“Kalau mereka marah atau tersinggung cepat, seringkali itu bukan “serangan” personal ke kita. Kadang, mereka sedang kewalahan dengan tekanan sekolah, pertemanan, ekspektasi orang tua yang sadar atau nggak pernah kita katakan,” jelas Psikolog Irma Gustiana A mengutip dari akun Instagram pribadinya.
Cara Menghadapi Anak Remaja Mudah Emosian, Ini Kata Psikolog

- Remaja mudah emosian karena otaknya sedang berkembang
- Remaja tidak butuh ceramah panjang, tapi figur aman yang tetap tenang
- Respons suportif dan stabil diperlukan saat anak memperlihatkan emosi buruknya.
Berada di fase remaja membuat anak lebih sensitif, mudah tersinggung, dan kerap menunjukkan emosi yang meledak-ledak.
Banyak orangtua yang akhirnya bingung harus bersikap seperti apa ketika anak tiba-tiba marah, membentak, atau menutup diri tanpa alasan yang jelas.
Padahal, perubahan emosi ini adalah bagian dari proses tumbuh kembang mereka yang dipengaruhi oleh hormon, pencarian jati diri, hingga tekanan lingkungan.
Kunci menghadapi remaja emosian bukanlah dengan memarahi balik, tetapi memahami apa yang sebenarnya sedang dialami.
Berikut Popmama.com siap membahas informasi lebih lanjut mengenai cara menghadapi anak remaja mudah emosian melansir dari akun Instagram Psikolog @ayankirma.
1. Remaja mudah emosian karena otaknya sedang berkembang
Remaja sering cepat marah atau tersinggung, bukan karena sang anak ingin melawan orang tua. Di fase ini, otak khususnya bagian yang mengatur emosi sedang mengalami perkembangan besar.
Anak ada kalanya merasa bingung dengan perasaan yang datang tiba-tiba dan sulit dikendalikan. Yang perlu Mama ketahui adalah, ketika anak melampiaskan emosinya, itu bukan bermaksud sebagai serangan kepada orangtua.
Namun, mereka sedang merasa kewalahan dengan apa yang sedang dihadapinya. Bisa jadi karena tugas sekolah atau hal lain yang dianggap memberatkannya.
2. Remaja tidak butuh ceramah panjang, tapi figur aman yang tetap tenang

Saat anak remaja mulai memperlihatkan emosi buruknya, usahakan Mama sebagai orangtua untuk tidak merespons dengan kalimat seperti, “Udah ah, nggak usah lebay banget!”.
Pasalnya, hal itu hanya membuat anak merasa dirinya tidak dimengerti. Cobalah mengubah respons menjadi lebih suportif, misalnya: “Mama/papa lihat kamu lagi banyak pikiran ya. Mau cerita sekarang atau nanti?”
“Gunakan nada suara yang stabil. Buat batasan, tapi tetap hangat. Remaja itu sensitif sama nada, bukan hanya kata-kata. Validasi dulu, arahkan setelahnya. Coba katakan ‘Perasaan kamu valid. Kita cari cara biar kamu nggak keseret emosi, ya.’ ini bikin mereka merasa diterima, bukan dihakimi,” ungkap Psikolog Irma Gustiana A.
3. Orangtua harus apa jika anak sering emosian?

Remaja yang mudah meledak emosinya bukan berarti mereka anak bermasalah atau bahkan anak ‘nakal’. Mereka hanya sedang belajar mengendalikan badai emosi yang hadir bersamaan dengan masa pubertas.
Di sinilah orang tua perlu menjadi jangkar yang stabil, bukan badai tambahan yang ikut memperkeruh suasana. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua, antara lain:
- Atur ekspektasi dan jangan menuntut semuanya harus sempurna
- Latih komunikasi dua arah
- Sediakan ruang curhat bukan ruang interogasi
- Ajarkan teknik menenangkan diri seperti bernapas sadar, memberi jeda, atau keluar sebentar dari situasi yang membuat emosi memuncak.
4. Orangtua yang terpantik emosinya merupakan hal wajar

Ketika menghadapi anak remaja yang emosian, orangtua ada kalanya bisa ikut terpancing. Hal tersebut merupakan sesuatu wajar. Tidak ada orang tua yang harus selalu sempurna.
Ambil jeda untuk menenangkan diri sebelum kembali melanjutkan percakapan dengan kepala yang lebih dingin. Menjadi orang tua bukan tentang bisa melakukan semuanya tanpa salah, tapi tentang kesadaran dan kemauan untuk memperbaiki.
Perlu diingat bahwa anak akan belajar mengatur emosinya melalui cara orangtua mengatur emosi saat berhadapan dengannya. Sikap tenang orangtua adalah contoh nyata yang anak serap setiap hari.
“Dan kalau dirimu sebagai orang tua ikut ke-trigger? It’s okay. Ambil jeda. Kita nggak harus selalu sempurna jadi orang tua yang bisa segalanya....cukup sadar dan mau memperbaiki. Remaja akan belajar mengatur emosi… dari cara kita mengatur emosi saat berhadapan dengan mereka,” pungkas Psikolog Irma Gustiana A.
Itu dia pembahasan mengenai cara menghadapi anak remaja mudah emosian. Pada dasarnya, anak remaja memang sedang belajar menghadapi emosi mereka. Yang perlu orangtua lakukan adalah menanganinya dengan sabar.



















