Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Hati-Hati Pola Asuh Anak yang Mengajarkan Tidak Jujur Demi Nilai Tinggi

Hati-Hati Pola Asuh yang Mengajarkan Anak Tidak Jujur Demi Nilai!
Freepik

Dalam dunia pendidikan, nilai sering kali menjadi tolok ukur keberhasilan si Anak.

Mama mungkin merasa bangga saat si Anak berhasil meraih nilai sempurna, seolah nilai tersebut menjadi bukti keberhasilan pola asuh di rumah.

Namun, ada kalanya dorongan untuk mengejar nilai tinggi justru membuat orangtua tanpa sadar mengajarkan hal yang keliru.

Misalnya, membiarkan anak menyontek, mengerjakan tugas tanpa usaha sendiri, atau hanya menekankan bahwa hasil lebih penting daripada proses.

Jika hal ini terus berlanjut, anak bisa tumbuh dengan pemahaman bahwa kejujuran tidak terlalu penting asalkan target tercapai.

Pola asuh seperti ini berpotensi membentuk mentalitas yang mirip dengan perilaku korupsi sejak dini. Anak yang terbiasa menghalalkan segala cara demi nilai berisiko membawa cara pandang ini hingga dewasa.

Oleh karena itu, Mama perlu berhati-hati dalam menanamkan nilai kejujuran sejak awal, bukan hanya berfokus pada pencapaian akademis semata.

Berikut telah Popmama.com rangkum informasi mengenai hati-hati pola asuh yang mengajarkan anak tidak jujur demi nilai!

1. Bahaya memuji hasil tanpa menghargai proses

Hati-Hati Pola Asuh yang Mengajarkan Anak Tidak Jujur Demi Nilai!
Freepik/Lifestylememory

Ketika Mama terlalu menekankan hasil, si Anak bisa menganggap bahwa cara untuk mencapai tujuan tidak penting.

Misalnya, jika si Anak dibiasakan mencontek atau mengandalkan orang lain demi mendapatkan nilai bagus, ia akan belajar bahwa keberhasilan boleh dicapai dengan jalan pintas.

Padahal, hal ini bisa membuat si Anak kehilangan kesempatan untuk mengasah kerja keras, disiplin, dan rasa tanggung jawab.

Penghargaan yang terlalu berfokus pada hasil justru meningkatkan kemungkinan anak untuk menyontek.

Jadi, penting untuk Mama sadari bahwa pola asuh yang terlalu menekankan hasil akademis tanpa memberi penghargaan pada proses justru dapat menjadi pintu masuk berkembangnya perilaku tidak jujur sejak dini.

2. Mental korupsi yang terbentuk sejak dini

Hati-Hati Pola Asuh yang Mengajarkan Anak Tidak Jujur Demi Nilai!
Freepik

Kebiasaan membiarkan si Anak berbohong atau menyontek demi nilai sebenarnya memiliki kesamaan pola dengan perilaku korupsi.

Salsa Erwina, seorang kreator konten dan aktivis diaspora turut memberi analogi terkait hal ini dalam video pendek yang diunggah di akun Instagram @salsaer pada Minggu (8/6/2025).

Menurutnya, anak yang belajar bahwa aturan bisa dilanggar demi keuntungan akan lebih mudah menghalalkan segala cara, persis dengan praktik korupsi.

“Dari kecil, ada budaya yang mengajarkan bahwa nilai dibentuk dari apa yang kita punya bukan siapa diri kita. Ini adalah bibit budaya materialisme di pendidikan dan keluarga, karena anak selalu diajari untuk sukses tapi tidak pernah diajari untuk jujur.” ungkap Salsa.

Jika pola bibit budaya materialisme ini tidak dihentikan sejak kecil, si Anak berpotensi membawa perilaku manipulatif ini ke dunia kerja, pergaulan, bahkan rumah tangganya kelak.

Membangun budaya kepercayaan dan integritas sejak dini sangatlah penting untuk mencegah berkembangnya mental 'asal hasil sesuai target.'

3. Dampak jangka panjang terhadap kepribadian anak

Hati-Hati Pola Asuh yang Mengajarkan Anak Tidak Jujur Demi Nilai!
Freepik

Anak yang tumbuh dengan kebiasaan mencari jalan pintas cenderung memiliki rasa percaya diri yang rapuh.

Si Anak paham bahwa pencapaiannya bukan berasal dari kemampuan diri, melainkan kecurangan. Hal ini bisa menimbulkan kecemasan, rasa takut gagal, hingga kebiasaan manipulatif.

Anak yang mengalami penolakan dari orangtua atau parental rejection cenderung lebih sering untuk melakukan tindakan berbohong atau menyontek.

Selain itu, kemampuan anak memahami pikiran orang lain juga bisa membuatnya lebih mahir mempertahankan kebohongan.

Hal ini membuktikan bahwa pola asuh yang tidak sehat, ditambah tekanan akademis, bisa membentuk perilaku tidak jujur jangka panjang.

4. Cara sederhana menanamkan kejujuran pada anak

Hati-Hati Pola Asuh yang Mengajarkan Anak Tidak Jujur Demi Nilai!
Freepik/tiarchardz

Menanamkan kejujuran pada si Anak tidak cukup dengan nasihat saja, tetapi juga teladan nyata dari Mama.

Misalnya, berani mengakui kesalahan kecil atau tidak mencari alasan palsu saat lupa melakukan sesuatu.

Anak belajar lebih cepat dari contoh yang dilihat setiap hari. Oleh karena itu, Mama bisa melakukan tindakan ini untuk membangun kejujuran anak:

  • Mengakui kesalahan sendiri: jika Mama lupa janji kecil, seperti membeli sesuatu untuk si Anak, akui kesalahan itu tanpa menyalahkan hal lain.
  • Tidak mencari alasan palsu: saat terlambat menjemput si Anak, jujurlah bahwa Mama terjebak macet atau terlambat berangkat, bukan dengan alasan yang dibuat-buat.
  • Memberi apresiasi pada kejujuran si Anak: jika si Anak berterus terang tentang kesalahannya, hargai kejujuran itu meski ia tetap mendapat konsekuensi.
  • Tidak menutupi masalah dengan kebohongan kecil: contohnya, tidak hanya mengatakan “uang mama habis” untuk menolak permintaan anak untuk dibelikan mainan, tetapi jelaskan alasan sebenarnya.
  • Berbicara tentang perasaan Mama: sampaikan pada si Anak bagaimana Mama merasa senang ketika ia jujur, dan sebaliknya sedih ketika anak berbohong.

Dengan kata lain, alih-alih hanya menghukum, Mama bisa menjelaskan bagaimana perasaan Mama ketika si Anak tidak jujur, sehingga anak memahami konsekuensi emosional dari tindakannya.

Langkah kecil ini, jika dilakukan dengan konsisten, akan membantu membentuk kepribadian yang jujur dan bertanggung jawab.

5. Fokus pada perkembangan anak, bukan hanya prestasi

Hati-Hati Pola Asuh yang Mengajarkan Anak Tidak Jujur Demi Nilai!
Freepik/YuliiaKa

Mama perlu mengubah sudut pandang terhadap pendidikan si Anak. Nilai tinggi memang penting, tetapi perkembangan karakter, etika, dan rasa percaya diri adalah hal yang jauh lebih berharga.

Mama bisa mendukung si Anak untuk belajar sesuai kemampuannya, menghargai usaha kerasnya, dan tidak membandingkan hasilnya dengan anak lain.

Nilai moral dan rasa keadilan bisa terbentuk lebih kuat pada anak-anak yang mendapat dukungan emosional sejak dini.

Dengan menekankan apresiasi terhadap perkembangan kepribadian daripada capaian prestasinya, Mama bukan hanya membantu si Anak menjadi pintar secara akademis, tetapi juga bijak, adil, dan jujur dalam kehidupannya kelak.

Itulah informasi tentang hati-hati pola asuh yang mengajarkan anak tidak jujur demi nilai! Waspadai dari sekarang, ya, Ma!

Share
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Contoh & Ciri Gerak Manipulatif dalam Olahraga, Materi PJOK Kelas 4 SD

04 Des 2025, 18:38 WIBBig Kid