"Misal selama sebulan anak-anak belajar konsep pengurangan. Setiap hari mereka diberi PR ringan lalu di akhir bulan ada worksheet evaluasi yang fokus pada topik pengurangan saja," jelas Wanda.
Sekolah di Jepang Nilai Siswa Tanpa Ujian Semester, Kok Bisa?

- Sekolah di Jepang menilai siswa per topik pelajaran, bukan per semester
- Tidak ada ranking, fokus pada pemahaman materi secara mendalam
- Siswa diajak memahami pelajaran tanpa tekanan menghafal
Sistem pendidikan di Jepang terkenal disiplin dan terstruktur, tapi ada satu hal yang cukup unik: mereka tidak menggunakan ujian semester seperti UTS (ujian tengah semester) dan UAS (ujian akhir semester) sebagai alat utama penilaian siswa. Berbeda dengan banyak negara yang mengandalkan ujian sebagai momen penentu nilai, sekolah di Jepang justru menerapkan metode evaluasi yang berbeda.
Lalu, bagaimana cara mereka menilai kemajuan belajar siswa tanpa ujian semester? Rupanya penilain di Jepang lebih menekankan pada proses belajar sehari-hari, seperti tugas, partisipasi kelas, hingga proyek kelompok.
Berikut Popmama.com rangkum cara sekolah di Jepang nilai siswa tanpa ujian semester nih!
1. Bukan satu semester, melainkan per topik pelajaran

Dikutip dari akun Instagram @wanda.erste, ia menceritakan pengalaman sang Anak yang bersekolah di Negeri Sakura. Mama Wanda menyebut kalau sang Anak tidak mengerjakan soal ujian dari kumpulan mata pelajaran satu semester.
Cara evaluasi sekolah di Jepang adalah dengan mengerjakan worksheet (soal) setiap satu topik pelajaran selesai selama beberapa minggu sekali. Hasil worksheet ini adalah evaluasi pemahaman dari siswa tersebut.
Evaluasi ini sebenarnya dilakukan setiap beberapa minggu setelah selesai satu unit pelajaran. Cara ini membuat anak tidak menerima tekanan harus menghafal dari awal semester.
2. Tidak ada ranking, siswa dibimbing sampai paham

Berbeda dengan sistem ujian semester yang sering kali berfokus pada siapa yang mendapat nilai tertinggi, evaluasi di sekolah Jepang justru menekankan pemahaman materi secara mendalam.
Tidak ada sistem ranking, dan nilai pun tidak dicantumkan dalam rapor. Fokus utama adalah memastikan setiap siswa benar-benar mengerti materi pelajaran.
"Tidak ada sistem ranking bahkan dalam rapor pun tidak mencantumkan nilai. Melainkan untuk mengukur pemahaman siswa dalam satu topik pelajaran," jelas Wanda dalam unggahan videonya.
3. Siswa diajak memahami pelajaran, bukan memaksanya menghafal

Jika seorang siswa belum memahami suatu topik atau membuat kesalahan, mereka diberi kesempatan untuk memperbaikinya dan mengulang sampai benar-benar paham.
Pendekatan ini mendorong proses belajar yang lebih inklusif dan tidak kompetitif, di mana setiap anak berkembang sesuai ritme masing-masing tanpa tekanan harus jadi yang terbaik di kelas.
"Di akhir semua siswa pasti dapat nilai 100 tapi bukan karena ditekan melainkan dibimbing sampai bisa," pungkas Wanda.
4. Apakah sistem pembelajaran ini berlaku hingga universitas?

Sebagai informasi, sistem seperti yang Mama Wanda sebutkan biasanya hanya berlaku di jenjang SD dan SMP di Jepang. Sementara untuk jenjang SMA dan universitas, penilaiannya akan berbeda.
Pada jenjang SD dan sebagian besar SMP, fokus utama pendidikan di Jepang adalah pada perkembangan holistik siswa dan bukan pada hasil ujian semata. Evaluasi dilakukan melalui observasi guru terhadap perilaku sehari-hari, partisipasi di kelas, dan sikap belajar siswa.
Nilai angka dan peringkat kelas umumnya tidak digunakan, terutama di SD. Sebagai gantinya, guru memberikan umpan balik kualitatif untuk membantu siswa memahami materi dengan lebih baik. Jika siswa belum memahami suatu topik, mereka diberi kesempatan untuk memperbaiki dan mengulang hingga benar-benar paham.
Itulah tadi tadi informasi mengenai cara sekolah di Jepang nilai siswa tanpa ujian semester. Semoga membantu!



















