Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Dedi Mulyadi Terapkan Masuk Sekolah di Jabar Mulai Jam 6 Pagi

Dedi Mulyadi
Instagram.com/dedimulyadi71

Gubernur Jawa Barat lagi-lagi membuat aturan yang mengundang banyak reaksi masyarakatnya, setelah aturan memasukkan siswa 'nakal' ke barak, kemudian mengatur jam malam bagi siswa, saat ini mengatur jam waktu sekolah yang dimulai dari pukul 6 pagi.

Sebagai Mama, tentu perubahan jam masuk sekolah anak menjadi perhatian utama. Sehingga tentu membuat masyarakat pro dan kontra dengan kebijakannya. Pasalnya kebijakan ini diterapkan untuk membuat siswa lebih disiplin dan tidak ada remaja nakal.

Tak hanya itu, kebijakan ini membuat hari belajar dilaksanakan dari hari Senin sampai Jumat agar diseragamkan di semua jenjang.

Kebijakan ini tentu membawa dampak bagi rutinitas keluarga, terutama bagi anak-anak dan orangtua. Berikut Popmama.com rangkum 3 hal penting yang perlu Mama ketahui tentang kebijakan masuk sekolah pukul 6 pagi.

Tujuan kebijakan

Siswa sekolah
Parboaboa.com

Dedi Mulyadi mengusulkan jam masuk sekolah lebih pagi untuk membiasakan anak-anak disiplin, memanfaatkan waktu belajar secara lebih optimal, dan mengurangi potensi siswa remaja nakal.

Dengan mulai belajar lebih awal, diharapkan kegiatan sekolah bisa selesai lebih awal pula, sehingga anak-anak memiliki waktu luang lebih banyak di sore hari untuk istirahat atau aktivitas positif lainnya.

Dampak bagi Mama dan anak

Siswa ketiduran
Freepik

Masuk sekolah jam 6 pagi berarti anak harus bangun lebih awal, biasanya sekitar pukul 4.30-5 pagi. Ini bisa mempengaruhi kualitas tidur mereka jika tidak diatur dengan baik, jika kualitas tidur tidak baik, anak-anak akan kesulitan konsentrasi saat belajar.

Selain itu, waktu pukul 6 pagi terlalu singkat untuk anak menyiapkan diri sebelum pergi sekolah. Hal ini membuat anak terburu-buru dan akan melewatkan waktu sarapan pagi.

Tak hanya itu, bagi orangtua khususnya Mama, harus menyiapkan perlengkapan sekolah dan sarapan untuk anak sejak dini hari. Bisa jadi kegiatan ini membuat Mama lebih stress karena Mama perlu bangun lebih awal lagi.

Belum lagi Mama yang harus bekerja atau memiliki aktivitas lain, kebijakan ini akan menjadi beban. Seperti salah satu komentar dalam sebuah unggahan di media sosial,

"Kali ini gak setuju! Makin nyusahin emaknya pak 😌😒🤨".

Pengaruh psikologis apabila anak belajar terlalu pagi

Siswa tidak konsentrasi saat belajar
Freepik/photoroyalty

Pengaruh psikologis bagi anak apabila belajar terlalu pagi cukup signifikan dan berpotensi menimbulkan beberapa masalah kesehatan mental, antara lain:

  1. Gangguan tidur yang berdampak pada kesehatan mental
    Anak-anak yang harus bangun terlalu pagi sering kali tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup. Kurang tidur ini menyebabkan anak merasa lelah, mudah marah, dan cemas. Kondisi ini mengganggu kemampuan konsentrasi di sekolah dan membuat anak lebih emosional serta sulit mengatasi stres. Gangguan tidur yang terus-menerus juga bisa menurunkan kemampuan memproses informasi dan mengingat pelajaran, sehingga prestasi akademik bisa menurun.

  2. Peningkatan stres akibat waktu persiapan yang terbatas
    Dengan jadwal sekolah yang terlalu pagi, anak-anak sering terburu-buru menyelesaikan persiapan seperti sarapan, mandi, dan berpakaian. Hal ini menimbulkan kecemasan dan tekanan yang memperburuk kesehatan mental mereka. Stres di pagi hari membuat anak kurang fokus dan mudah frustrasi sepanjang hari, serta memengaruhi interaksi sosial dengan teman dan guru.

  3. Penurunan kualitas hubungan sosial dan perkembangan emosional
    Stres dan kurang tidur membuat anak menjadi lebih tertutup dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Mereka mungkin merasa terasing atau kesepian, yang dapat menyebabkan kesulitan mengatur emosi dan meningkatkan risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi dalam jangka panjang.

Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengubah jam masuk sekolah menjadi pukul 6 pagi bertujuan meningkatkan disiplin dan produktivitas siswa dengan hari belajar dari Senin hingga Jumat dan libur di akhir pekan.

Namun, kebijakan ini juga menuai kritik dari berbagai kalangan yang menyoroti potensi dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental anak, terutama terkait waktu tidur yang berkurang dan kesiapan anak di pagi hari.

Untuk itu, pelaksanaan kebijakan ini perlu disertai kajian mendalam dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua dan tenaga pendidik, agar tujuan positifnya dapat tercapai tanpa mengorbankan kesejahteraan siswa

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us