- “Tidak apa-apa kalau kamu merasa sedih dan menangis, semua orang punya perasaan dan boleh menunjukkannya.”
- “Kalau kamu marah atau kecewa, coba ceritakan pada Mama. Dengan bercerita, perasaanmu bisa lebih lega.”
- “Menangis bukan berarti kamu lemah, justru itu tanda kamu berani menunjukkan apa yang kamu rasakan.”
11 Ajaran untuk Mendidik Anak Laki-Laki yang Menghargai Pasangannya

Setiap orangtua tentu ingin membesarkan anak dengan karakter baik, yang akan membentuk sifat dan tabiat si Anak hingga ia berumah tangga kelak.
Bagi anak laki-laki, penting untuk ditanamkan bahwa perilaku menghargai perempuan bukan hanya sebatas sopan santun, melainkan juga pemahaman mendalam tentang kesetaraan, rasa hormat, dan pentingnya komunikasi yang sehat.
Dalam perjalanan tumbuh kembangnya, si Anak perlu diajarkan untuk melihat perempuan sebagai sosok yang setara, berharga, dan memiliki hak yang sama.
Dengan begitu, anak mama akan lebih siap menghadapi kehidupan dewasa, membangun rumah tangga yang harmonis, serta menciptakan lingkungan yang penuh cinta dan pengertian.
Berikut telah Popmama.com rangkum 11 ajaran untuk mendidik anak laki-laki yang menghargai pasangannya yang bisa Mama ajarkan sejak dini.
1. Pekerjaan rumah bukan hanya pekerjaan Mama atau anak perempuan

Sering kali anak laki-laki tumbuh dengan anggapan bahwa pekerjaan rumah hanya tanggung jawab perempuan. Padahal, tanggung jawab ini seharusnya dibagi secara adil.
Mama perlu meluruskan pemahaman ini sejak dini dengan melibatkan si Anak dalam aktivitas rumah tangga.
Melibatkan si Anak dalam aktivitas rumah, seperti mencuci piring, menyapu, atau menata tempat tidur, membantu menumbuhkan pemahaman bahwa semua anggota keluarga memiliki peran dalam menjaga kebersihan rumah.
Dengan membiasakan hal ini, si Anak akan belajar bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya Mama atau saudara perempuannya.
Sikap ini juga mengajarkan si Anak untuk tidak memandang rendah peran perempuan. Dengan membiasakan hal tersebut, si Anak akan memahami bahwa pekerjaan domestik tidak mengenal gender.
Saat dewasa, anak mama akan lebih menghargai pasangannya karena telah memahami bahwa menjaga rumah tangga harus dilandasi oleh kerja sama, bukan kewajiban satu pihak saja.
2. Papa perlu meminta maaf pada Mama jika berbuat kesalahan

Teladan orangtua adalah pelajaran utama dan pertama bagi anak.
Saat Papa berani meminta maaf kepada Mama jika berbuat salah, si Anak laki-laki belajar bahwa meminta maaf adalah bentuk kedewasaan dan tanggung jawab, bukan kelemahan.
Mama bisa menjelaskan bahwa hubungan sehat adalah hubungan yang setara, di mana setiap orang bisa berbuat salah dan perlu memperbaikinya.
Dengan melihat interaksi tersebut, si Anak akan terbiasa menghormati pasangan dan tidak merasa lebih tinggi hanya karena ia adalah seorang laki-laki.
Kebiasaan ini juga mengajarkan pentingnya komunikasi yang sehat dalam hubungan. Saat dewasa, ia tidak akan ragu mengakui kesalahan, memperbaikinya, serta menjaga kepercayaan pasangannya.
Dengan demikian, si Anak akan tumbuh menjadi sosok yang rendah hati dan mampu menjaga hubungan tetap harmonis melalui sikap jujur dan terbuka.
3. Laki-laki juga boleh menunjukkan emosi

Banyak anak laki-laki tumbuh dengan pemahaman bahwa laki-laki tidak boleh menangis atau menunjukkan kelemahan. Hal ini adalah stigma yang salah dan dapat menghambat perkembangan emosional anak.
Mengekspresikan emosi adalah bagian penting dari kesehatan mental. Mama bisa mengajarkan pada si Anak bahwa perasaan seperti sedih, takut, kecewa, bahkan menangis adalah hal yang wajar.
Dengan memberi ruang bagi si Anak untuk mengungkapkan emosinya, Mama membantu si Anak membangun regulasi emosi yang sehat.
Mama bisa menggunakan kalimat berikut untuk mengajarkan si Anak bahwa mengekspresikan emosi adalah hal yang wajar dan sehat:
Kemampuan ini sangat penting agar hubungan tidak hanya dibangun atas logika, tetapi juga empati dan rasa pengertian.
4. Jangan membuat stereotip terhadap perempuan

Ucapan seperti “perempuan itu lemah” atau “perempuan itu cerewet” adalah bentuk stereotip yang bisa menanamkan cara pandang diskriminatif sejak kecil.
Mama perlu mengajarkan pada si Anak bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing yang tidak bisa dipukul rata hanya karena jenis kelamin.
Cara mendidik ini bisa dimulai dari percakapan sehari-hari, misalnya ketika ada teman perempuan si Anak yang berprestasi di sekolah.
Mama bisa menekankan bahwa kemampuan tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan usaha dan kerja keras individu.
Dengan begitu, si Anak belajar menilai orang lain berdasarkan kualitas personal, bukan label yang melekat. Sikap ini akan membuatnya lebih adil, terbuka, dan menghargai keberagaman.
5. Jangan menjadikan perempuan sebagai bahan candaan

Candaan sering dianggap oleh anak sebagai hal yang ringan, padahal candaan memiliki kemampuan untuk melukai perasaan orang lain.
Banyak anak laki-laki terbiasa dengan guyonan yang merendahkan perempuan, baik dari segi fisik maupun status. Mama bisa mengajarkan si Anak untuk lebih berhati-hati dengan kata-katanya.
Tekankan bahwa humor seharusnya tidak menyakiti atau merendahkan orang lain. Mama juga bisa memberi contoh dengan mengoreksi si Anak dengan tegas saat ia melontarkan candaan yang tidak pantas.
Dengan kebiasaan ini, si Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih perhatian terhadap perasaan orang lain.
Ketika dewasa, si Anak tidak akan menormalisasi perilaku merendahkan pasangannya, melainkan berusaha menjaga harga diri dan rasa aman pasangannya.
6. Menghargai batasan

Sejak kecil, si Anak perlu memahami arti menghargai batasan.
Mama bisa mengajarkan lewat hal sederhana, misalnya saat si Anak ingin bermain dengan temannya yang sedang tidak mau, Mama bisa menegaskan bahwa jika orang lain sudah mengatakan “tidak,” maka keputusan tersebut harus diterima.
Konsep ini akan membentuk pola pikir bahwa setiap orang berhak menentukan pilihan atas dirinya sendiri, termasuk perempuan.
Nilai ini sangat penting untuk mencegah perilaku memaksakan kehendak di kemudian hari. Dengan memahami bahwa “tidak” berarti benar-benar tidak, si Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang menghormati keputusan orang lain, baik dalam hal kecil maupun besar.
Saat dewasa, si Anak tidak akan bersikap memaksa atau mengabaikan keinginan pasangannya, melainkan menghormati setiap batasan yang ada demi menjaga kepercayaan dan kenyamanan bersama.
7. Jangan malu untuk meminta tolong dan berterima kasih

Meminta bantuan sering dianggap kelemahan bagi laki-laki. Padahal, meminta tolong justru menunjukkan sikap rendah hati.
Mama bisa mengajarkan si Anak untuk tidak ragu meminta pertolongan ketika membutuhkan, baik pada keluarga maupun teman.
Sama halnya dengan berterima kasih, kebiasaan ini menumbuhkan sikap apresiatif terhadap kebaikan orang lain. Anak yang terbiasa berterima kasih akan tumbuh lebih menghargai orang-orang di sekitarnya.
Nilai ini sangat penting ketika si Anakdewasa, karena ia akan terbiasa menghargai pasangan yang telah mendukung dan membantunya.
Dengan begitu, hubungan yang dibangun tidak timpang, melainkan hubungan yang berlandaskan kebiasaan untuk saling memberi, menerima, dan mengapresiasi satu sama lain.
8. Berani bertanggung jawab atas pilihan sendiri

Tanggung jawab adalah salah satu nilai dasar yang perlu ditanamkan pada si Anak sejak dini. Mama bisa melatihnya dengan memberi konsekuensi yang jelas saat ia melakukan kesalahan.
Misalnya, jika si Anak menumpahkan minuman, ajarkan untuk segera membersihkannya sendiri. Dengan begitu, anak mama belajar bahwa setiap tindakan memiliki akibat dan harus diselesaikan dengan baik.
Anak laki-laki yang terbiasa bertanggung jawab akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur, disiplin, dan tidak mudah menyalahkan orang lain.
Nilai ini akan sangat berpengaruh dalam hubungan dewasa, karena si ANnak akan lebih mampu menghadapi masalah bersama pasangan tanpa lari dari kenyataan.
Sikap bertanggung jawab ini juga membuatnya lebih dipercaya, baik oleh pasangan maupun lingkungannya.
9. Berikan kesempatan semua orang untuk bicara

Mendengarkan orang lain adalah bentuk penghargaan sosial yang sering kali terlupakan.
Mama bisa membiasakan si Anak untuk memberikan kesempatan bicara kepada semua orang, termasuk perempuan di sekitarnya.
Hal ini bisa dilatih dalam diskusi keluarga dengan memberi waktu yang sama untuk semua anggota menyampaikan pendapat.
Dengan kebiasaan ini, si Anak belajar bahwa pendapat siapa pun memiliki nilai yang sama. Saat dewasa, ia akan terbiasa menghargai pasangan dengan cara mendengarkan, bukan mendominasi percakapan.
Sikap ini akan membangun komunikasi dua arah yang sehat, di mana pasangan merasa didengar dan dihargai.
Anak laki-laki yang tumbuh dengan kebiasaan ini akan lebih mampu menciptakan hubungan yang penuh pengertian, jauh dari sikap otoriter atau meremehkan pasangan.
10. Bangun hubungan yang baik antara anak dan Mama

Hubungan anak dengan Mama adalah pelajaran pertama anak laki-laki tentang cara memperlakukan perempuan.
Mama bisa mengajarkan si Anak untuk menunjukkan rasa hormat, bukan hanya lewat ucapan, tetapi juga tindakan. Misalnya,
- Membantu pekerjaan rumah.
- Mendengarkan saat Mama berbicara.
- Menunjukkan kasih sayang secara nyata, seperti memeluk Mama sebelum tidur, mengucapkan “terima kasih” setelah dibantu, atau menanyakan kabar Mama setelah pulang kerja.
- Menghargai waktu istirahat Mama, misalnya ketika Mama sedang beristirahat, si Anak diajarkan untuk tidak berisik.
Sikap ini menumbuhkan rasa empati dan penghargaan yang mendalam terhadap sosok perempuan dalam hidupnya.
Anak laki-laki yang terbiasa menghormati ibunya akan lebih mudah membawa nilai ini dalam hubungannya dengan pasangan.
Si Anak akan lebih menghargai perjuangan, perasaan, dan peran pasangannya, sehingga hubungan yang terjalin kelak lebih harmonis dan setara.
11. Menghargai waktu

Salah satu bentuk penghargaan yang perlu diajarkan sejak dini kepada anak laki-laki adalah tentang pentingnya menghargai waktu.
Mama bisa melatih si Anak dengan mengajarkan disiplin sederhana, seperti menepati jadwal belajar, waktu makan, atau waktu tidur.
Sikap ini akan menumbuhkan kesadaran bahwa waktu adalah hal berharga yang tidak bisa diulang kembali. Saat si Anak terbiasa menghargai waktunya sendiri, ia juga akan belajar menghargai waktu orang lain.
Misalnya, tidak membuat orang lain menunggu, menepati janji dengan pasangan, serta mampu membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, dan istirahat.
Keterampilan manajemen waktu yang baik akan membentuk pribadi yang lebih bertanggung jawab, disiplin, dan penuh perhatian pada kebutuhan pasangan.
Itulah 11 ajaran untuk mendidik anak laki-laki yang menghargai pasangannya. Yuk, tanamkan dari sekarang, Ma!



















