Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Belajar Bijak di Dunia Digital, Hindari Ujaran Kebencian dan Rasisme

Momen streamer ditangkap
TikTok/bandungfootball
Intinya sih...
  • Streamer online ditetapkan sebagai tersangka ujaran kebencian terhadap suku Sunda.
  • Rasisme dan SARA bukan bahan candaan.
  • Orangtua bisa menjadi pemandu bijak anak di dunia digital.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Adimas Firdaus (Resbob), seorang streamer di platform seperti YouTube dan TikTok, resmi ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan ujaran kebencian bernuansa SARA terhadap suku Sunda.

Ia diamankan polisi sejak Senin (15/12/2025), karena ujarannya yang disampaikan saat siaran langsung. Dari pemeriksaan, motivasinya adalah mendapatkan saweran atau dukungan finansial dari penonton. Ujaran kebencian yang mengandung SARA mencuat amarah publik. Pada akhirnya, Resbob dijerat hukum di Mapolda Jawa Barat.

Bersama Popmama.com mari kita belajar bijak di dunia digital, hindari ujaran kebencian dan rasisme!

1. Kasus streamer online yang mengujarkan kebencian terhadap suku Sunda

momen streamer klarifikasi atas tindakannya
TikTok/resbobbb

YouTuber dan streamer Adimas Firdaus, yang dikenal sebagai Resbob, resmi ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan ujaran kebencian terhadap suku Sunda. Ia ditangkap polisi sejak Senin (15/12/2025).

Dari hasil pemeriksaan, ujaran tersebut dilontarkan saat siaran langsung dengan motivasi memperoleh saweran dari penonton. Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudi Setiawan, menegaskan bahwa aktivitas live streaming yang menghasilkan pendapatan inilah yang menjadi latar belakang tindakan tersebut.

Pada unggahannya, Resbob mengatakan hal-hal tak pantas terhadap suku Sunda dengan cacian hewan. Resbob dijerat dengan Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal 45A ayat (2) dan/atau Pasal 34 juncto Pasal 50 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua UU ITE, menegaskan bahwa ujaran kebencian di ruang digital memiliki konsekuensi hukum serius.

2. Rasisme dan SARA bukan bahan candaan

Ilustrasi masyarakat dunia yang beragam suku agama dan ras
Freepik

Ucapan yang menyinggung suku, ras, atau kelompok tertentu sering muncul sebagai lelucon atau ekspresi spontan. Tapi bagi yang disasar, kata-kata itu bisa melukai dan meninggalkan stigma.

Sebagai generasi yang terdidik, kita perlu paham identitas seseorang bukan bahan guyonan. Empati lebih penting dari konten lucu dan keinginan untuk viral.

Dari kasus ini, dapat diambil kesimpulan bahwa begitu kata-kata disampaikan di depan kamera, ia bisa menjangkau ratusan atau ribuan orang, bahkan yang berbeda dari latar belakang dan suku.

3. Popularitas bukan alasan untuk menyakiti

stop rasisme
Freepik

Resbob melontarkan ujaran kebencian karena ingin saweran dan perhatian dari penonton. Ini pelajaran penting, mengejar penonton atau viralitas tidak boleh mengorbankan orang lain. Nilai diri dan karya sejati datang dari dampak positif yang kita ciptakan, bukan kontroversi yang sengaja dipancing.

Menyerang suku, ras, atau agama orang lain? Itu sudah melanggar etika dan bahkan bisa berurusan dengan hukum, seperti kasus ini.

4. Orangtua bisa jadi pemandu bijak anak di dunia digital

anak yang bermedia digital
Freepik

Kasus ini bisa jadi momen diskusi yang berharga di rumah. Orangtua bisa mengajak anak ngobrol tentang rasisme, bahayanya ujaran SARA, dan cara menyampaikan pendapat tanpa menyakiti orang lain.

Dengan dialog terbuka, anak akan belajar bertanggung jawab dan menimbang kata-katanya, bukan sekadar takut kena hukum. Karena sejatinya, ruang digital adalah ruang publik yang harus tetap dijaga moralitasnya. Mari kita belajar bijak di dunia digital, hindari ujaran kebencian dan rasisme!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Kumpulan Game Horor Roblox, Ada ScaryRoad Side Shawarma dan The Mimic!

22 Des 2025, 12:05 WIBBig Kid