Tak Sederhana, 7 Keterampilan yang Harus Diajarkan ke Anak Laki-laki

Di tengah masyarakat yang masih kerap menganut nilai-nilai patriarki, penting bagi kita untuk tidak membiarkan anak laki-laki tumbuh dengan pandangan yang sama. Mari membesarkannya dengan cinta kepada sesama.
Anak-anak, sejak usia sangat dini, memiliki kemampuan luar biasa dalam meniru perilaku orangtuanya. Berdasarkan data dari California Department of Education, bayi mulai meniru ekspresi wajah dan tindakan sederhana sejak usia 8 bulan, dan di usia 18 bulan, mereka sudah bisa menirukan perilaku yang lebih kompleks dari pengalaman sebelumnya. Artinya, apa yang mereka lihat setiap hari sangat membentuk cara pandang dan sikap mereka kelak.
Maka dari itu, mari kita bangun generasi laki-laki baru yang lebih terbuka, tidak terjebak pada stereotip maskulinitas kuno, dan mampu bersikap setara. Mereka juga harus diajarkan keterampilan-keterampilan yang mengarahkannya kepada kehidupan yang mandiri. Pelan tapi perlahan.
Bagaimana caranya? Simak artikel Popmama.com berikut yang membahas 7 keterampilan penting yang wajib diajarkan pada anak laki-laki sejak dini.
1. Cara mengelola finansial dan budget yang baik

Mengajarkan anak laki-laki untuk mengelola keuangan sejak dini merupakan bekal penting agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang bijak secara finansial.
Salah satu caranya adalah memperkenalkan konsep dasar tentang hubungan antara usaha dan hasil, misalnya melalui sistem upah untuk pekerjaan rumah seperti memotong rumput atau membantu mencuci mobil.
Dengan cara ini, anak belajar bahwa uang tidak datang begitu saja, melainkan hasil dari usaha yang sepadan. Selain itu, cara lain bisa dilakukan dengan membiasakan anak menggunakan uang saku sendiri untuk membeli barang kebutuhannya.
Ini dapat melatih mereka untuk mempertimbangkan prioritas, menabung, dan menghindari sikap boros. Jika mereka boros, maka mereka tidak bisa membeli barang pokok yang mereka inginkan. Pelajaran mengenai konsekuensi ini sangat penting karena menjadi langkah awal membangun sikap bertanggung jawab terhadap keuangan pribadi di masa depan.
2. Memasak dan memilih makanan yang sehat

Mengajarkan anak laki-laki untuk memasak dan memilih makanan sehat bisa menjadi bekal penting bagi kemandirian dan gaya hidup sehat mereka di masa depan.
Libatkan mereka dalam merencanakan dan menyiapkan menu keluarga, misalnya sekali dalam seminggu. Cara ini bukan hanya membuat mereka lebih mengenal berbagai jenis bahan makanan, tetapi juga membangun minat untuk mencoba makanan baru, tidak picky eater.
Beberapa aturan sederhana, seperti membatasi pilihan pada makanan bergizi dan membicarakan ukuran porsi yang tepat dapat membuat anak mulai memahami peran penting setiap kelompok makanan itu bagi tubuhnya.
3. Melihat perempuan dan gender lainnya secara lebih setara, bahkan meskipun teman-teman di sekitarnya tidak begitu

Mengajarkan anak laki-laki untuk melihat perempuan dan gender lain secara setara merupakan langkah penting dalam membentuk generasi yang lebih adil dan empatik.
Percakapan dan diskusi mengenai kesetaraan, keadilan, dan hak-hak perempuan sebaiknya dimulai sejak mereka kecil, dan tidak harus selalu bersifat formal. Diskusi bisa dilakukan saat sedang membaca buku bersama, menonton film, atau saat melakukan aktivitas sehari-hari.
Ini bisa dimulai dari membicarakan hal-hal domestik. Bagi rata tugas membantu membersihkan di rumah. Ketika anak laki-laki melihat pembagian tugas rumah tangga yang adil antara kedua orangtua, mereka belajar bahwa kontribusi semua anggota keluarga itu setara, tanpa memandang gender.
Sayangnya, di banyak tempat, anak perempuan masih lebih sering diminta membantu pekerjaan rumah dibandingkan anak laki-laki, padahal keterampilan ini penting untuk semua anak.
Dengan melibatkan semua anak dalam pekerjaan rumah tangga, kita tidak hanya membentuk anak yang lebih mandiri, tapi juga menanamkan rasa hormat terhadap waktu dan usaha orang lain.
4. Berbicara tegas dan mendengarkan dengan fokus

Seiring anak tumbuh, kepercayaan diri menjadi salah satu kemampuan yang penting untuk dimiliki. Untuk berkembang dengan baik, anak perlu yakin bahwa ia mampu melakukan sesuatu, dan juga tahu bahwa kegagalan bukan akhir dunia.
Dari pengalaman berhasil dan bangkit kembali setelah kegagalan, ia akan membentuk rasa percaya diri yang sehat.
Salah satu keterampilan komunikasi nonverbal yang sangat berpengaruh dalam membangkitkan percaya diri ini adalah kontak mata. Bagi sebagian anak, menjaga kontak mata bisa terasa sulit karena sifat pemalu, cemas sosial, atau alasan lainnya.
Untuk membantunya, dukung anak agar memulai dengan kontak mata singkat dan bertahap meningkat hingga lebih lama sesuai kenyamanan mereka. Hal ini membantu memperkuat koneksi dan menampilkan ketulusan saat berkomunikasi.
Selain itu, latih anak untuk menjadi pendengar aktif. Mendengarkan aktif berarti menaruh perhatian penuh, menunjukkan bahwa kita sedang mendengarkan, memberikan tanggapan, menahan diri untuk tidak segera menghakimi, dan merespons secara tepat.
Perlu waktu dan latihan agar kebiasaan ini terbentuk. Dengan tidak langsung bereaksi atau menjawab saat seseorang berbicara, anak bisa belajar mengelola konflik dan berkomunikasi lebih efektif.
5. Bagaimana melindungi dirinya sendiri dari ancaman

Dalam bayangan ideal, saat anak mengalami perundungan di sekolah, tentu kita berharap pihak sekolah akan turun tangan, sistem berjalan sebagaimana mestinya, dan semuanya bisa selesai lewat mediasi atau permintaan maaf. Tapi pada kenyataannya, dunia tak selalu berjalan seadil yang kita bayangkan.
Dalam kisah reflektifnya di Medium, Stian Pedersen, seorang esais mengungkap bahwa luka akibat perundungan tidak serta-merta sembuh hanya dengan maaf. Ketika sekolah gagal memberikan perlindungan, kekuatan fisik dan keberanian bisa menjadi bekal penting agar anak mampu menjaga dirinya sendiri.
Pengalaman masa kecil Pedersen, dipukul, dihina, dan diabaikan oleh lingkungan yang seharusnya melindunginya, meninggalkan bekas mendalam. Ia menyadari bahwa ketakutan yang ia rasakan saat itu membuatnya kehilangan banyak kesempatan, mulai dari membangun percaya diri dalam dirinya hingga ketika ia ingin mengejar cita-citanya.
Dari pengalaman pahit tersebut, ia menarik satu pelajaran penting: kita tidak bisa selalu mengandalkan dunia untuk berubah cepat. Karena itu, orangtua perlu mengajari anak menjadi kuat agar mampu menjaga dirinya sendiri ketika diperlukan.
Yang dimaksud Pedersen bukanlah mendorong kekerasan, tetapi membangun ketangguhan anak. Ia menganjurkan pentingnya latihan bela diri, bukan semata-mata agar anak bisa melawan, tetapi untuk menumbuhkan disiplin, rasa percaya diri, dan kemampuan mengendalikan diri.
Dalam pandangannya, menjadi lemah bukanlah pilihan. Anak harus tumbuh kuat, baik secara fisik maupun mental, agar mampu menghadapi dunia yang tidak selalu ramah.
6. Rapih dalam berpakaian

Mengajarkan anak laki-laki untuk berpakaian rapi dan sesuai situasi adalah keterampilan penting yang bisa mulai dibangun sejak dini. Salah satu cara paling efektif adalah dengan memberi contoh langsung.
Jika orangtua, khususnya ayah, menunjukkan bahwa tampil rapi dan bergaya itu menyenangkan, anak pun lebih mudah menirunya. Bahkan saat di rumah, biasakan berpakaian yang rapi agar anak melihat bahwa penampilan bukan semata urusan keluar rumah, tetapi juga cerminan dari rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Langkah awal bisa dimulai dengan memberikan anak beberapa item fashion pertamanya. Pilih pakaian atau aksesori yang menarik dan sesuai usianya, misalnya, baju kembar ayah-anak atau gelang sederhana. Barang-barang ini bisa membuat anak merasa lebih tertarik untuk mencoba gaya baru. Dari situ, orangtua bisa perlahan mengajarkan mana pakaian yang cocok untuk acara formal seperti pesta atau undangan resmi, dan mana yang pas untuk acara kasual seperti main ke taman atau kumpul keluarga.
Mengajarkan anak mencocokkan warna dan pola juga penting agar mereka tak asal pilih baju. Mulailah dari dasar-dasar seperti mengenal warna netral, warna yang saling melengkapi, dan menghindari terlalu banyak motif dalam satu penampilan.
Orangtua juga bisa menunjukkan buku atau majalah mode fashion anak sebagai contoh referensi. Jika pilihannya terus diapresiasi, anak laki-laki akan lebih mudah belajar menemukan gayanya sendiri, jadi lebih percaya diri, serta tahu bagaimana berpakaian sesuai tempat dan kondisi yang dihadirinya.
7. Berdiri tegap membela opininya jika itu benar, bahkan meskipun dia hanya sendiri

Setiap orang berhak memiliki pendapat, dan anak-anak pun perlu tahu bahwa suara mereka penting, terutama ketika tahu bahwa mereka membela hal yang benar.
Mengajarkan anak laki-laki untuk berani menyuarakan pendapatnya, bahkan saat tidak ada yang mendukungnya, adalah bentuk penguatan karakter yang perlu diajarkan. Namun, keberanian ini juga perlu dibarengi dengan kemampuan untuk tetap menghargai pendapat orang lain.
Anak perlu dilatih bagaimana menyampaikan pikirannya dengan tenang, terbuka, dan penuh hormat, terutama ketika terjadi perbedaan pandangan.
Dalam kehidupan nyata, konflik dan perbedaan pendapat pasti terjadi, baik di sekolah, dalam pertemanan, atau bahkan dalam keluarga sendiri.
Kemampuan untuk tidak langsung menyetujui semua hal demi diterima orang lain, tetapi tetap menyampaikan pandangannya secara positif tanpa merendahkan orang lain, akan menjadi bekal penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
Nah, Ma, itu dia 7 hal yang harus diajarkan ke anak laki-laki. Apakah Mama setuju dan sudah mencoba mengajarkan konsep yang sama kepada anak?