6 Hal yang Sebaiknya Tidak Mama Lakukan saat Anak Sedang Tantrum

- Jangan menyepelekan perasaan anakKetika si Kecil menangis atau marah, validasi emosi mereka dengan mengatakan, “Mama tahu kamu marah karena belum boleh nonton. Nggak apa-apa, yuk kita tenangin diri dulu ya.”
- Jangan gunakan logika untuk menenangkan anakSaat tantrum, tunggu sampai emosinya mereda baru ajak bicara dengan lembut.
- Hindari memberi hukumanBantu mereka mengenali perasaan dengan cara sederhana, misalnya dengan pelukan atau ajakan bernapas dalam-dalam bersama.
Tantrum sering kali menjadi momen yang melelahkan bagi orangtua, terutama ketika anak mulai berteriak, menangis kencang, atau melempar barang karena tidak mendapatkan keinginannya. Meski terlihat sepele, cara Mama merespons saat anak sedang tantrum sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosinya, lho.
Beberapa reaksi spontan seperti membentak atau menuruti semua keinginan anak justru bisa membuat perilaku tantrum semakin sering terjadi.
Agar tidak salah langkah, berikut Popmama.com rangkum informasi penting bagi Mama untuk mengetahui hal yang tidak boleh dilakukan saat anak sedang tantrum, supaya bisa membantu si Kecil belajar mengelola emosinya dengan lebih sehat.
Disimak ya, Ma!
1. Jangan menyepelekan perasaan anak

Ketika si Kecil menangis atau marah, wajar jika Mama ingin segera menenangkannya. Namun, mengucapkan kalimat seperti “Ah, gitu aja nangis” justru membuat anak merasa perasaannya tidak diterima.
Cobalah validasi emosi mereka dengan mengatakan, “Mama tahu kamu marah karena belum boleh nonton. Nggak apa-apa, yuk kita tenangin diri dulu ya.” Cara ini membantu anak merasa dimengerti dan lebih mudah tenang.
2. Jangan gunakan logika untuk menenangkan anak

Saat tantrum, bagian otak anak yang mengatur logika belum berfungsi dengan baik karena sedang dikuasai emosi. Itu sebabnya, menjelaskan panjang lebar kenapa mereka harus diam atau berhenti menangis biasanya tidak efektif. Lebih baik, tunggu sampai emosinya mereda baru ajak bicara dengan lembut.
3. Hindari memberi hukuman

Memberi hukuman, seperti mengurung anak di kamar atau melarang bermain, tidak membuat mereka belajar mengelola emosi. Justru, si Kecil bisa merasa takut atau tidak aman. Alih-alih menghukum, bantu mereka mengenali perasaan dengan cara sederhana, misalnya dengan pelukan atau ajakan bernapas dalam-dalam bersama.
4. Jangan beri ceramah panjang lebar

Tantrum bukan waktu yang tepat untuk memberikan nasihat atau ceramah. Anak belum mampu menerima informasi saat emosinya sedang memuncak. Mama bisa menunggu sampai anak tenang, lalu berbicara dengan bahasa sederhana tentang apa yang bisa dilakukan di lain waktu.
5. Jangan memaksa anak untuk diam sendiri

Beberapa orangtua mungkin menyuruh anak “menenangkan diri” sendirian, tapi pada usia dini, mereka justru membutuhkan kehadiran orang dewasa untuk merasa aman. Duduklah di dekatnya, tunjukkan bahwa Mama tetap ada di situ tanpa marah. Kehadiran yang tenang membantu anak belajar mengatur emosinya.
6. Jangan komentari sikap atau sopan santunnya dulu

Saat tantrum, mengingatkan anak tentang “jangan berteriak” atau “nggak sopan marah-marah begitu” hanya akan membuat situasi makin tegang.
Setelah semuanya tenang, baru Mama bisa mengajarkan tentang cara mengekspresikan emosi dengan lebih baik.
Dengan memahami hal yang tidak boleh dilakukan saat anak sedang tantrum, Mama bisa membantu si Kecil belajar menenangkan diri dengan lebih baik dan penuh kasih sayang.



















