5 Tips Sebelum Memulai Potty Training Anak

Membiasakan anak untuk menggunakan toilet sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah potty training sering menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua.
Banyak Mama yang menunggu tanda-tanda kesiapan anak, padahal ada langkah awal yang bisa dilakukan jauh sebelum masa itu tiba.
Hal ini disebut pre-potty training, yaitu tahap persiapan ringan yang dapat membuat proses transisi menggunakan toilet terasa lebih mudah dan menyenangkan bagi si Kecil.
Memperkenalkan anak pada konsep potty sejak dini dengan tanpa tekanan dapat membantu si Kecil merasa lebih percaya diri dan mengurangi drama saat benar-benar mulai berlatih.
Dengan cara tersebut, potty training dapat menjadi sebuah pencapaian yang membanggakan bagi anak dan orangtua.
Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum 5 tips sebelum memulai potty training anak agar Mama bisa mendampingi proses ini dengan efektif.
1. Mulai dengan potty priming

Potty priming adalah langkah awal untuk mengenalkan anak pada konsep buang air di tempat khusus.
Caranya sederhana namun harus dilakukan dengan konsisten, seperti mengajak anak melihat Mama atau Papa menggunakan toilet, mengenalkan istilah “pipis” dan “pup” dengan bahasa yang mudah dimengerti, atau membaca buku bergambar tentang toilet.
Anak yang sudah terbiasa dengan konsep potty akan lebih cepat menyesuaikan diri ketika waktunya benar-benar berlatih.
Dengan potty priming, si Kecil tidak akan merasa terkejut atau takut. Sebaliknya, si Kecil akan memahami bahwa kloset adalah bagian alami dari kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga membantu anak membangun rasa ingin tahu yang positif. Ketika anak mama sudah akrab dengan ide tersebut, Mama bisa melanjutkan dengan menyediakan potty chair di rumah.
Bahkan jika anak belum langsung menggunakan kloset untuk buang air, sekadar duduk di atas potty sudah menjadi langkah besar menuju keberhasilan potty training.
2. Perkenalkan konsep toilet sejak dini

Banyak orangtua berpikir potty training harus dimulai saat anak menunjukkan tanda siap, seperti bisa berjalan ke toilet atau melepas celana sendiri.
Namun, memperkenalkan kloset sebagai sebuah konsep baru sejak dini bisa menjadi cara yang efektif. Mama bisa mulai sejak anak berusia 12–18 bulan, bukan untuk benar-benar berlatih, melainkan hanya mengenalkan.
Misalnya, Mama bisa menaruh potty chair di kamar mandi agar anak terbiasa melihatnya setiap hari. Biarkan anak memegang kloset, sehingga si Kecil menganggapnya sebagai sesuatu yang normal.
Dengan cara ini, kloset tidak lagi menjadi benda yang asing atau menakutkan. Anak yang sudah akrab sejak awal biasanya lebih cepat dan lebih percaya diri ketika benar-benar memulai potty training di usia yang lebih besar.
3. Persiapkan mental dan emosional orangtua

Selain anak, orangtua juga perlu menyiapkan diri untuk potty training. Banyak Mama mengira ini hanya soal membeli potty chair, padahal persiapan mental dan emosional juga penting.
Dilansir dari KidsHealth, keberhasilan potty training sangat dipengaruhi oleh konsistensi dan kesabaran orangtua. Mama perlu menyiapkan rutinitas, seperti mengajak anak duduk di kloset setelah bangun tidur, sebelum mandi, atau setelah makan.
Selain itu, siapkan juga perlengkapan pendukung, seperti celana dalam khusus potty training, buku bergambar, hingga hadiah sederhana untuk memotivasi anak.
Ketika orangtua siap dengan strategi dan peralatan, anak akan merasa lebih tenang dan aman.
Perlu Mama ingat bahwa potty training bukanlah kompetisi. Tidak apa-apa jika si Kecil butuh waktu lebih lama, yang terpenting adalah proses berjalan dengan konsisten tanpa tekanan yang berlebih.
4. Lakukan tahap persiapan jauh sebelum memulai

Potty training tidak perlu dimulai mendadak. Justru lebih baik jika Mama sudah menyiapkan anak sejak beberapa bulan sebelumnya.
Misalnya, jika Mama berencana memulai potty training di usia 2 tahun, maka pada usia 18 bulan anak sudah bisa diperkenalkan dengan rutinitas kecil yang mendukung.
Pendekatan bertahap akan mengurangi risiko stres baik pada anak maupun orangtua.
Contoh persiapan ini bisa berupa membacakan cerita tentang toilet setiap malam, mengajak anak mengenakan celana yang mudah dilepas, atau sekadar mengajak anak duduk di kloset meski masih mengenakan popok.
Dengan cara ini, ketika saatnya tiba untuk melepas popok, si Kecil sudah familiar dengan seluruh prosesnya. Pendekatan bertahap seperti ini terbukti membantu anak lebih cepat mandiri.
5. Bangun kebiasaan sejak usia 1 tahun

Anak mama bisa dipersiapkan untuk potty training sejak usia 1 tahun. Namun, bukan berarti mereka sudah harus berhenti memakai popok, melainkan membangun rasa percaya diri dan keterampilan dasar terlebih dahulu.
Misalnya, melatih anak untuk memberi tahu Mama saat popoknya basah, atau mengajarkan mereka untuk ikut ke kamar mandi setelah makan.
Dengan langkah kecil ini, anak mama akan mengasosiasikan kegiatan buang air dengan rutinitas tertentu. Lama-kelamaan, si Kecil akan siap beralih ke kloset.
Memulai sejak dini juga mengurangi potensi drama dan penolakan. Ketika potty training dilakukan dengan cara ini, anak merasa lebih bangga, orangtua lebih tenang, dan proses belajar mandiri menjadi lebih menyenangkan.
Itulah 5 tips sebelum memulai potty training anak, semoga dapat membantu Mama dan si Kecil di rumah, ya!



















