Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Apa Saja yang Perlu Diperhatikan untuk Pilih Tontonan Anak

Anak ememgang ponsel dan ayah meliriknya
Pexels/George Pak

Tahukah Mama, memilih tontonan untuk anak tidak cukup hanya mempertimbangkan apakah kontennya aman atau tidak? Ada banyak aspek lain yang juga penting untuk diperhatikan. Tidak semua tayangan yang berlabel "kartun anak" benar-benar cocok untuk si Kecil, meskipun diklaim aman dan menghibur. Karena itu, Mama perlu tetap kritis dan tidak begitu saja menerima label-label tersebut tanpa mengecek lebih lanjut.

Sebagai sarana hiburan, sebaiknya Mama juga memilih tontonan yang tidak hanya bersifat pasif, tapi juga mampu merangsang perkembangan kemampuan anak. Tontonan yang terlalu pasif bisa menimbulkan ketergantungan dan membuat anak hanya menjadi penonton, tanpa memperoleh manfaat yang berarti.

Lalu, bagaimana cara menilainya? Di artikel ini, Popmama.com akan menjabarkan karakteristik yang perlu diperhatikan untuk pilih tontonan anak. Coba cek, apakah tontonan anak di rumah sudah memenuhi kriteria yang ideal?

1. Tempo yang lambat dengan alur yang tenang

Anak menonton video
Pexels/Kaboompics.com

Tontonan dengan pace (tempo) yang lambat dan alur cerita yang tenang sangat ideal untuk anak usia 4–5 tahun. Pada tahap ini, anak-anak masih dalam proses mengembangkan kemampuan bahasa, konsentrasi, serta pemahaman terhadap alur cerita dan emosi karakter.

Alur yang terlalu cepat dapat membuat anak kewalahan karena informasi datang terlalu banyak dalam waktu singkat. Sebaliknya, tayangan dengan tempo yang lebih pelan memberi waktu bagi anak untuk mencerna setiap adegan, memahami dialog, dan menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

Selain itu, tontonan yang tenang secara emosional juga membantu anak merasa lebih nyaman dan aman saat menonton. Ini penting karena anak usia dini masih belajar mengelola emosi dan memahami konteks sosial dari cerita. Dengan begitu, mereka tidak hanya menikmati hiburan, tetapi juga mendapat manfaat perkembangan dari segi kognitif dan emosional.

Jadi, pilihlah tayangan dengan alur yang tidak terburu-buru, transisi yang mulus, serta narasi yang mudah diikuti. 

2. Plot yang meningkatkan emotional intelligence

Ibu menemani anak menonton televisi
Pexels/Kaboompics.com

Pada usia 4–5 tahun, anak sedang belajar mengenali perasaannya sendiri, memahami emosi orang lain, dan membangun kemampuan memahami lingkungan sosial. Karena itu, penting bagi Mama untuk memilih tontonan yang tidak hanya menghibur, tapi juga mendukung perkembangan emosional mereka.

Kartun dengan alur cerita yang menampilkan berbagai emosi, seperti bahagia, sedih, marah, atau kecewa, membantu anak memberi nama dan memahami perasaan tersebut. 

Selain itu, melihat tokoh cerita yang menunjukkan empati, kerja sama, atau cara sehat mengatasi konflik bisa menjadi contoh nyata bagi anak dalam bersosialisasi.

Dengan kata lain, tontonan yang kaya secara emosional tak hanya memperluas pemahaman anak tentang perasaan, tetapi juga melatih mereka mengekspresikan emosi secara sehat dan membangun hubungan yang positif.

3. Minim distraksi pemicu overstimulasi

Anak mencium ponsel
Pexels/George Pak

Anak usia 4–5 tahun masih dalam tahap belajar mengelola perhatian, emosi, dan rangsangan sensorik. Tontonan yang terlalu ramai, seperti warna mencolok, suara keras, musik cepat, dan pergantian adegan yang terlalu cepat dapat memicu overstimulasi. Hal ini bisa menyebabkan anak menjadi gelisah, sulit fokus, mudah tantrum, bahkan mengalami gangguan tidur.

Konten yang berlebihan juga bisa memicu lonjakan dopamin, membuat anak kecanduan layar dan sulit mengatur diri. Sebaliknya, tayangan dengan visual yang tenang, transisi lembut, warna-warna kalem, dan alur cerita yang jelas membantu anak merasa lebih tenang, fokus, dan mampu memproses emosi secara sehat.

Dengan memilih tayangan yang tidak terlalu ‘ribut’ dan ramai secara visual maupu audio, Mama bisa membantu anak membangun konsentrasi mereka sendiri dengan lebih baik.

4. Mendorong fokus yang lama

Cocomelon
Deadline.com

Tontonan dengan alur cerita yang pelan dan minim distraksi mendorong anak untuk mempertahankan perhatian dalam waktu yang lebih lama. 

Hal ini penting karena kemampuan berkonsentrasi bukanlah bawaan lahir, melainkan keterampilan yang berkembang secara bertahap. Dengan memilih tayangan yang tepat, Mama dapat membantu melatih daya tahan fokus anak sejak dini.

Sebaliknya, tayangan dengan pergantian adegan yang terlalu cepat justru bisa mengganggu proses ini. 

Sebagai contoh, banyak kritik ditujukan pada tayangan seperti CoComelon, yang dinilai memicu stimulasi berlebih karena terlalu sering mengganti sudut pandang dan adegan, bahkan hanya dalam hitungan kurang dari dua detik. 

Sebagai perbandingan, tayangan lain seperti seperti My Little Pony mengganti latarnya dengan jarak sekitar setiap empat hingga lima detik. Pola tayangan yang sangat cepat ini dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan rentang perhatian anak, menyebabkan gangguan fokus, dan menurunkan kesadaran mereka terhadap lingkungan sekitar.

5. Bebas unsur kekerasan

My Little Pony
Edp.fandom.com

Tontonan anak harus sepenuhnya bebas dari unsur kekerasan, baik fisik maupun verbal. Paparan terhadap kekerasan dalam kartun atau animasi dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional dan perilaku anak. 

Di usia dini, anak masih belajar mengelola emosi, mengenal empati, dan membangun interaksi sosial yang sehat. Konten yang mengandung kekerasan berisiko menormalkan perilaku agresif, mengurangi sensitivitas terhadap kekerasan di dunia nyata, serta mengganggu pemahaman anak tentang cara menyelesaikan konflik secara damai.

Tak hanya itu, kekerasan dalam tayangan juga dapat memicu rasa takut, cemas, bahkan membuat anak merasa tidak aman. Anak bisa saja meniru perilaku kasar yang mereka lihat di layar, alih-alih belajar bekerja sama atau menyelesaikan masalah dengan cara yang positif.

Sebaliknya, pilihlah tayangan yang mengandung pesan positif, mendorong empati, serta menampilkan penyelesaian masalah secara damai. Konten yang mengajarkan kerja sama, pengendalian emosi, dan kreativitas akan jauh lebih bermanfaat bagi tumbuh kembang anak, baik secara emosional maupun sosial.

6. Merangsang kreativitas dan critical thinking

Ayah menemani anaknya meonton
Pexels/Tima Miroshnichenko

Tontonan yang mendorong anak untuk berpikir, berimajinasi, dan memecahkan masalah sangat bermanfaat bagi perkembangan kognitif mereka. Di usia dini, otak anak sedang aktif membangun kemampuan kreatif mereka yang akan mendukung kemampuan belajar di masa depan. 

Oleh karena itu, tayangan yang melibatkan proses berpikir aktif, seperti menebak alur cerita, memecahkan teka-teki sederhana, atau mengeksplorasi solusi dari suatu masalah, dapat membantu melatih daya nalar dan logika anak sejak dini.

Lebih dari sekadar hiburan, tayangan yang merangsang kreativitas juga mengajak anak untuk berimajinasi dan berpikir di luar kebiasaan. Misalnya, cerita yang memperlihatkan berbagai cara menyelesaikan masalah atau mengajukan pertanyaan terbuka memberi ruang bagi anak untuk mengembangkan cara pandang yang fleksibel dan solutif. 

Konten seperti ini tidak hanya memperkaya daya pikir, tetapi juga membentuk anak menjadi individu yang lebih reflektif, kreatif, dan mampu menghadapi tantangan secara mandiri.

Nah, Ma, itu dia karakteristik yang perlu diperhatikan untuk pilih tontonan anak. Apakah tontonan si Kecil sudah memenuhi kriteria di atas, Ma?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Seru! Rayakan Natal dan Tahun Baru yang Meriah Bersama Lippo Malls

04 Des 2025, 18:39 WIBKid