7 Cara Meregulasi Rasa Ingin Tahu Anak

Rasa ingin tahu memiliki kekuatan besar dalam mendorong anak untuk belajar, berimajinasi, dan menemukan hal baru. Namun, tanpa pengawasan yang tepat, kecenderungan sikap ini justru bisa membawa risiko.
Anak yang terlalu ingin tahu bisa saja bertindak tanpa memikirkan dampaknya. Misalnya, memerangkap dirinya sendiri, bermain dengan benda berbahaya, memanjat tempat tinggi, atau masuk ke tempat yang tidak disangka.
Selain itu, secara psikologis, mereka bisa kewalahan dengan informasi, sulit memilah kebenaran, atau merasa stres saat menghadapi hal-hal baru yang mereka tidak ketahui.
Masalah utamanya bukan pada rasa ingin tahunya, tetapi pada kurangnya regulasi rasa ingin tahu itu.
Di sinilah orangtua dan guru berperan penting untuk membantu anak belajar.
Dengan mendampingi dan mengarahkan rasa ingin tahu mereka, anak bisa tumbuh menjadi lebih kritis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi namun tetap berhati-hati pada keputusannya.
Ma, ayo belajar cara mengelola potensi anak ini dengan membaca artikel dari Popmama.com mengenai 7 cara meregulasi rasa ingin tahu anak.
1. Ajukan pertanyaan yang bersifat terbuka

Untuk membantu anak berpikir lebih kritis, cobalah ajukan pertanyaan yang mendorong mereka untuk merenung dan berpikir tentang hubungan sebab-akibat.
Misalnya, dengan bertanya, "Menurutmu apa yang akan terjadi jika...?" atau "Kenapa kamu pikir begitu?", Mama memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang suatu situasi.
Pertanyaan seperti ini bukan hanya membantu mereka memahami sebab dan akibat, tetapi juga melatih mereka untuk melihat perspektif yang lebih luas dan membuat prediksi berdasarkan apa yang mereka ketahui
2. Alihkan perhatian, bukan memarahi

Saat anak menunjukkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang berbahaya, pendekatan terbaik bukanlah langsung memarahi atau melarang tanpa penjelasan.
Sebaliknya, alihkan perhatian mereka ke aktivitas lain yang serupa namun lebih aman.
Proses pendekatan dengan metode pengalihan ini membantu anak merasa bahwa keingintahuan mereka dihargai, tidak diacuhkan begitu saja.
Mereka akan lebih cenderung mendengarkan dan mengikuti arahan jika mereka merasa dipahami, daripada jika mereka terus-menerus dilarang tanpa alasan jelas.
Lebih jauh lagi, pendekatan ini mengajarkan anak cara mengelola dorongan eksploratif mereka dengan cara yang bertanggung jawab.
Ini juga memperkuat hubungan positif antara orang tua dan anak, karena anak belajar melihat orangtuanya sebagai sumber dukungan, bukan penghalang dalam proses belajar mereka.
3. Atur letak barang–barang di sekitar si Kecil

Membuat lingkungan yang terorganisir dan ramah anak adalah langkah penting untuk mendorong perilaku yang sesuai dan positif. Anak-anak belajar melalui pengamatan dan eksplorasi, sehingga penempatan barang di lingkungan mereka sangat memengaruhi bagaimana mereka bertindak.
Dengan menyimpan barang-barang yang berbahaya atau mudah rusak jauh dari jangkauan anak, Mama secara otomatis mengurangi potensi perilaku anak yang membahayakan atau merusak.
Ini adalah bentuk pencegahan yang efektif tanpa harus terus-menerus berkata "jangan" atau "tidak boleh."
Selain itu, menempatkan benda sesuai fungsinya membantu anak memahami konteks penggunaan.
Dengan menciptakan ruang-ruang yang terstruktur namun fleksibel, anak akan lebih mudah mengembangkan kebiasaan mereka secara alami tanpa terhambat dengan banyak larangan.
4. Bantu anak menilai konsep untung-rugi (trade-off)

Selain mendorong anak untuk terus mengeksplorasi hal-hal baru, penting juga untuk membantu mereka mempertimbangkan kapan lebih baik memilih hal yang sudah mereka kenal atau pahami.
Kemampuan ini berguna dalam membantu anak menetapkan tujuan belajar yang realistis dan terarah.
5. Bangun dasar pengetahuan yang konkret

Pengajaran langsung (direct instruction) bisa menjadi cara yang efektif untuk membantu anak mempelajari fakta dan konsep penting dengan cepat, yang dibutuhkan sebagai dasar untuk pengembangan pengetahuan yang lebih mendalam.
Penyampaian informasi secara efisien di tahap awal dapat mendukung proses belajar mandiri yang dipicu oleh rasa ingin tahu di kemudian hari.
6. Memahami keseimbangan

Rasa ingin tahu penting untuk perkembangan kognitif dan emosional anak.
Namun, tanpa batas yang tepat, bisa memicu perilaku berbahaya, seperti menjelajahi area berisiko atau menyentuh benda berbahaya.
Anak di bawah lima tahun sangat rentan membahayakan diri mereka sendiri karena mereka masih ada dalam tahap eksplorasi benda-benda di sekitarnya. Mama bisa lebih berhati-hati dalam mengawasi mereka.
7. Menciptakan lingkungan yang aman

Untuk menjaga keamanan anak, penting untuk menyiapkan rumah yang ramah anak dengan mengamankan lemari dan laci menggunakan kunci pengaman, memasang pagar pengaman di tangga, dan menutup colokan listrik.
Ini tentu tetap dibersamai dengan pengawasan ya, Ma. Pastikan selalu mengawasi anak, terutama saat mereka melakukan aktivitas berisiko atau saat menjelajah lingkungan baru.
Selain itu, tentukan area bermain yang aman dengan menggunakan karpet atau tikar empuk untuk menghindari cedera akibat jatuh dan pastikan semua perabotan serta objek di sekitarnya stabil dan aman.
Nah, Ma itu dia 7 cara meregulasi rasa ingin tahu anak. Praktikkan cara-cara itu agar anak tidak ceroboh dalam meregulasi rasa ingin tahunya, ya.



















