10 Kebiasaan Papa yang Tanpa Disadari Membentuk Kepribadian Anak Laki-laki

Mendidik anak laki-laki menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berkarakter kuat adalah tanggung jawab kedua orangtua. Namun, peran Papa seringkali menjadi panutan utama yang langsung ditiru oleh anak laki-laki.
Setiap tindakan dan sikap Papa di rumah adalah pelajaran hidup yang nyata bagi mereka. Anak laki-laki mengamati bagaimana Papa memperlakukan Mama, menyelesaikan masalah, dan menjalani peran sebagai kepala keluarga.
Untuk itu, yuk, cari tahu kebiasaan Papa apa saja yang tanpa disadari bisa membentuk kepribadian anak laki-laki kelak nanti. Simak dalam ulasan Popmama.com berikut ini ya, Pa, Ma.
1. Hanya mencari nafkah, bukan jadi Papa yang "hadir"

Seringkali saat sepulang kerja, energi Papa sudah habis lalu yang dilakukan hanya rebahan dan main ponsel. Tanpa disadari, ini memberi pesan pada anak bahwa tanggung jawab Papa hanya sampai menyediakan uang, sementara urusan anak sepenuhnya menjadi jatah Mama.
Padahal, Pa, anak laki-laki membutuhkan kehadiran fisik dan emosional kita lho! Ia perlu melihat bahwa menjadi seorang Papa dan suami adalah tentang keterlibatan penuh, bukan sekadar jadi mesin pencari nafkah yang lepas tangan di rumah.
2. Pasif dan tak membela kebenaran

Saat terjadi konflik, terutama dengan orang lain, memilih diam demi menghindari masalah bukanlah contoh yang baik. Contohnya saat si Kecil yang melihat Papa tak membela Mama atau keluarganya saat dirugikan, ia akan mencatat momen ini dalam memori.
Anak laki-laki perlu belajar bahwa keberanian seorang laki-laki justru ditunjukkan untuk membela yang benar dan melindungi keluarganya, meski situasinya sulit. Keberanian ini yang akan dibawanya hingga ia dewasa nanti.
3. Hanya menjadi penonton urusan ibadah

Memaksa anak untuk salat atau mengaji, sementara Papa sendiri sibuk dengan kegiatannya, adalah contoh yang kontradiktif.
Kepemimpinan spiritual dalam keluarga harus berasal dari Papa terlebih dahulu. Jadi, jangan sekadar melakukan tanpa mengajak dan membimbing anak ya, Pa.
Ketika Papa aktif mengajak dan memimpin kegiatan beribadah, anak laki-laki akan memahami bahwa ini adalah tanggung jawabnya kelak. Ia akan tumbuh dengan keyakinan bahwa menjadi imam keluarga dimulai dari keteladanan, bukan perintah.
4. Memerlihatkan emosi yang tak terkendali

Marah-marah di rumah karena masalah di kantor, atau mudah terpancing emosi oleh hal sepele, adalah pelajaran langsung bagi anak tentang cara menyelesaikan masalah. Sayangnya, ini adalah cara yang keliru, Pa.
Anak laki-laki seharusnya belajar dari Papa bahwa lelaki sejati bukanlah yang tidak punya emosi, melainkan yang mampu mengelola dan mengekspresikannya dengan cara yang sehat dan konstruktif.
5. Memberikan prioritas pada gadget

Ketika waktu kebersamaan lebih sering diselingi dengan notifikasi kerja atau scroll media sosial, anak akan merasa dirinya tak lebih penting dari sebuah layar. Perasaan diabaikan ini bisa membuatnya mencari perhatian di tempat yang salah.
Ingat ya, Pa, Ma, yang dibutuhkan anak adalah orangtua yang "benar-benar" ada, secara mental dan fisik. Yuk, mulai matikan ponsel sejenak dan berikan ia perhatian penuh, karena momen ini nggak akan terulang dua kali, lho!
6. Gengsi dan tak mau mengakui kesalahan

Bersikukuh pada pendapat meski tahu diri salah, atau enggan meminta maaf pada anak dan istri adalah kebiasaan yang tanpa disadari bisa mengajarkan anak bahwa harga diri seorang lelaki terletak pada gengsi, bukan pada integritas.
Padahal, kerendahan hati untuk mengakui kesalahan justru adalah tanda kekuatan dan kematangan karakter yang sesungguhnya. Inilah maskulinitas sejati yang perlu diteladani anak laki-laki pada Papanya.
7. Berpikir pekerjaan rumah bukan urusan lelaki

Membiarkan Mama mengerjakan semua pekerjaan rumah, padahal Mama juga bekerja, adalah contoh yang buruk dan perlu dihindari ya, Pa.
Hal ini karena anak akan mempelajari pembagian peran yang timpang dan menganggapnya sebagai hal yang normal saat dirinya dewasa nanti.
Cara Papa memperlakukan Mama adalah buku pertama anak laki-laki tentang cara memperlakukan perempuan. Tunjukkan bahwa rumah tangga adalah tanggung jawab bersama, dan nggak pekerjaan yang spesifik untuk gender tertentu.
8. Absen dalam pengasuhan dan pendidikan anak

Menyerahkan sepenuhnya urusan sekolah, tumbuh kembang, dan masalah anak kepada Mama, membuat anak kehilangan figur otoritas dan panutan dari sisi paternal mereka yakni Papa.
Padahal, keterlibatan Papa dalam hal-hal detail kehidupan anak membangun ikatan yang kuat dan rasa percaya diri anak, sekaligus membentuk identitasnya sebagai seorang laki-laki, lho.
9. Menghindar dari tanggung jawab dan konflik

Kebiasaan menyalahkan orang lain, berbohong, atau kabur dari masalah rumah tangga, bisa jadi momen yang akan terekam dalam benak anak. Ia akan belajar bahwa melarikan diri adalah solusi yang dapat diterima.
Papa harus menunjukkan bahwa lelaki yang bertanggung jawab adalah yang berani menghadapi konsekuensi, menyelesaikan masalah, dan jujur dalam setiap tindakannya. Integritas inilah yang akan menjadi warisan terbesar.
10. Hidup tanpa visi dan semangat

Papa yang hanya menjalani hari-harinya tanpa ada tujuan dan mimpi, ternyata bisa menjadi cerminan bagi anak, lho. Mereka akan kehilangan panutan dan inspirasi yang membuat hidupnya pun terasa datar dan tanpa arah.
Semangat pantang menyerah, visi untuk keluarga, dan perjuangan Papa dalam mengejar cita-cita ibarat bahan bakar bagi anak laki-laki untuk tumbuh menjadi pribadi yang optimis dan bertekad kuat.
Dari ke-10 kebiasaan di atas, terlihat jelas bahwa anak laki-laki belajar lebih banyak dari action ketimbang sekadar words. Setiap hal kecil yang Papa lakukan di rumah adalah cermin yang akan direfleksikan oleh si kecil saat ia dewasa nanti.
Yuk, para Papa lebih aware lagi dengan setiap tindakan kita, karena kita sedang mencetak calon suami dan Papa untuk generasi mendatang.
Semangat selalu ya, Pa!



















