Mengatasi Anak Suka Teriak dengan Teknik Berbisik

Sebagai orangtua, seringkali Mama menghadapi situasi di mana si Kecil berteriak atau tantrum ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Reaksi alami yang sering muncul dari orangtua adalah ikut berteriak atau meninggikan suara, berharap anak akan berhenti berteriak.
Namun, tahukah Mama bahwa ada teknik sederhana yang justru lebih efektif daripada membalas teriakan si Kecil?
Teknik ini sangat sederhana, Mama dan si Kecil cukup bercakap dengan berbisik, metode ini sudah terbukti secara psikologis dapat mengubah dinamika komunikasi antara orangtua dan anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak secara alami memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya, termasuk cara berkomunikasi.
Ketika si Kecil berteriak dan Mama merespons dengan suara yang tenang dan berbisik, hal ini memberikan contoh positif tentang cara berkomunikasi yang baik.
Si Kecil akan tertarik untuk mendengarkan lebih seksama dan secara bertahap belajar bahwa berbicara dengan tenang lebih efektif daripada berteriak untuk mendapatkan perhatian atau menyampaikan keinginan.
Untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, Popmama.com telah merangkum informasi seputar mengatasi anak suka teriak dengan teknik berbisik, Mama harus tahu!
1. Mengapa ketenangan bersifat menular

Ketenangan adalah emosi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain, fenomena yang dikenal dalam psikologi sebagai emotional contagion.
Ketika Mama berbicara dengan suara yang tenang dan terkontrol, sistem saraf si Kecil secara otomatis akan merespons dengan menurunkan tingkat stres dan kecemasan mereka.
Ini terjadi karena mirror neurons di otak anak akan meniru keadaan emosional yang dipancarkan oleh Mama.
Anak-anak memiliki sistem saraf yang masih berkembang dan sangat sensitif terhadap suasana emosional orang di sekitarnya.
Ketika Mama tetap tenang dalam situasi yang menantang, si Kecil akan belajar strategi regulasi emosi yang lebih sehat.
Sebaliknya, ketika Mama berteriak, hormon stres kortisol akan meningkat pada anak, yang justru membuat mereka lebih sulit untuk fokus dan mendengarkan instruksi.
2. Anak akan meniru perilaku orang dewasa

Anak-anak belajar melalui observasi dan imitasi terhadap orang dewasa di sekitarnya. Si Kecil tidak hanya meniru apa yang Mama katakan, tetapi juga bagaimana cara Mama mengatakannya.
Jika Mama terbiasa berteriak ketika marah atau frustrasi, si Kecil akan mempelajari pola komunikasi yang sama dan menganggapnya sebagai cara normal untuk mengekspresikan emosi.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Rochester menunjukkan bahwa anak-anak yang sering dibentak atau diteraki cenderung mengembangkan perilaku agresif dan kesulitan dalam mengatur emosi mereka sendiri.
Mereka juga lebih mungkin untuk berteriak kembali kepada orangtua atau teman sebayanya ketika menghadapi konflik.
Dengan memberikan contoh komunikasi yang tenang dan terkontrol, Mama sedang mengajarkan si Kecil keterampilan hidup yang sangat berharga untuk masa depan mereka.
3. Teknik berbisik bisa menarik perhatian si Kecil

Berbisik memiliki kekuatan psikologis yang unik karena memaksa pendengar untuk fokus dan memberikan perhatian penuh.
Ketika Mama berbisik, si Kecil secara otomatis akan mendekatkan diri dan memusatkan perhatian untuk mendengar apa yang sedang dikatakan.
Hal ini berbeda dengan berteriak yang seringkali membuat anak menjadi defensif atau bahkan mengabaikan karena merasa diserang.
Dilansir dari Hand in Hand Parenting, berbisik menciptakan intimasi dan koneksi yang lebih dalam antara orangtua dan anak.
Ketika Mama menurunkan suara, si Kecil akan merasa bahwa mereka sedang menerima informasi yang penting dan khusus.
Teknik ini juga membantu menurunkan tingkat ketegangan dalam situasi konflik, sehingga komunikasi menjadi lebih efektif dan anak lebih kooperatif dalam mendengarkan instruksi atau aturan yang diberikan.
4. Mengapa bisikan bisa menjadi elemen kejut pada anak

Salah satu alasan mengapa teknik berbisik sangat efektif adalah karena si Kecil tidak mengantisipasi atau mempersiapkan diri untuk melawan seperti yang biasa mereka lakukan ketika mendengar Mama mulai berteriak.
Ketika anak sudah terbiasa dengan pola komunikasi yang keras, mereka akan secara otomatis mengaktifkan mekanisme pertahanan diri, yang membuat mereka kurang reseptif terhadap pesan yang disampaikan.
Berbisik menciptakan elemen kejutan positif yang dapat memutus siklus konflik yang biasa terjadi.
Anak-anak menjadi penasaran dan tertarik untuk mengetahui apa yang akan Mama katakan, sehingga mereka akan lebih fokus mendengarkan.
Mengubah pola komunikasi yang sudah diprediksi anak dapat membuka peluang untuk interaksi yang lebih positif dan produktif.
5. Bagaimana berbisik bisa membuat komunikasi dengan anak lebih efektif

Ketika Mama berbisik, si Kecil harus menggunakan lebih banyak energi kognitif untuk memproses informasi yang diterima.
Hal ini membuat mereka lebih fokus pada pesan yang disampaikan, berbeda dengan ketika Mama berteriak yang seringkali membuat anak menutup dirinya secara emosional.
Fokus perhatian yang meningkat ini membuat instruksi atau pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami dan diingat oleh anak.
Ketika anak harus berkonsentrasi untuk mendengar sesuatu, area prefrontal cortex di otak mereka menjadi lebih aktif.
Area ini bertanggung jawab untuk fungsi eksekutif seperti perhatian, kontrol impuls, dan pengambilan keputusan.
Dengan melatih area otak ini melalui teknik berbisik, Mama tidak hanya meningkatkan komunikasi saat itu, tetapi juga membantu mengembangkan kemampuan kognitif si Kecil dalam jangka panjang.
6. Bagaimana berbisik mengurangi resistensi anak

Berbisik mengurangi resistensi anak karena tidak memicu respons fight or flight yang biasanya muncul ketika mereka merasa diserang atau diancam.
Ketika Mama berteriak, sistem limbik si Kecil akan mengaktifkan mode pertahanan, yang membuat mereka lebih cenderung untuk melawan, melarikan diri, atau membeku daripada mendengarkan dan bekerja sama. Sebaliknya, berbisik menciptakan suasana yang aman dan tidak mengancam.
Anak lebih kooperatif ketika mereka merasa aman dan tidak terancam. Berbisik memberikan sinyal kepada sistem saraf anak bahwa situasi tersebut aman dan mereka tidak perlu mempertahankan diri.
Hal ini membuat si Kecil lebih terbuka untuk mendengarkan, memahami, dan mengikuti instruksi yang diberikan.
Teknik ini sangat efektif terutama untuk anak-anak yang sensitif atau memiliki temperamen yang lebih reaktif.
7. Cara menerapkan teknik berbisik

Untuk berhasil menerapkan teknik berbisik, Mama perlu memulai dengan mengatur emosi diri sendiri terlebih dahulu.
Ketika merasa frustrasi atau marah, ambil napas dalam-dalam beberapa kali sebelum berbicara kepada si Kecil.
Mulailah dengan menurunkan volume suara secara bertahap, bukan langsung berbisik, agar anak tidak kaget dengan perubahan yang tiba-tiba.
Barulah Mama mengajak anak untuk mendekatkan telinganya ke bibir mama dan bisikkan nasihat yang ingin diberikan pada si Kecil.
Gunakan kontak mata yang lembut dan posisikan diri sejajar dengan tinggi anak untuk menciptakan koneksi yang lebih hangat.
Konsistensi adalah kunci keberhasilan teknik ini. Mama perlu melatih diri untuk selalu merespons dengan suara yang tenang, bahkan dalam situasi yang paling menantang.
Berikan pujian dan apresiasi ketika si Kecil merespons dengan baik terhadap komunikasi yang tenang. Ingatlah bahwa perubahan perilaku membutuhkan waktu, jadi bersabarlah dan terus konsisten menerapkan teknik ini.
Seiring waktu, si Kecil akan terbiasa dengan pola komunikasi yang baru dan lebih sehat ini.
Itulah cara mengatasi anak suka teriak dengan teknik berbisik, Mama harus tahu! Semoga membantu, Ma!


















