Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Ragam Kriya Nusantara, Bukan Sekadar Pameran UMKM Lokal

Foto Pendopo X EKRAF (11).JPG
Dok. Pendopo X EKRAF
Intinya sih...
  • Produk harus punya cerita, bukan cuma barang
  • Venue dan kolaborasi membantu konsumen ‘melihat’ rekam jejak
  • Inkubasi sampai ekspor: rangkaian yang harus disiapkan sejak awal
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ragam Kriya Nusantara baru saja digelar pada 26–30 November 2025 di Living World Kota Wisata Cibubur bukan sekadar pameran—ini ruang di mana cerita, keterampilan, dan pasar bertemu.

Dari sesi Bincang Pendopo x EKRAF hingga workshop yang melibatkan jenama lokal, ada banyak pelajaran berguna untuk Mama yang suka kerajinan lokal atau sedang merintis usaha kreatif.

Berikut Popmama.com ulas 5 poin penting yang dirangkum dari acara Ragam Kriya Nusantara.

1. Produk harus punya cerita, bukan cuma barang

Foto Pendopo X EKRAF (5) (1).jpg
Dok. Pendopo X EKRAF

Dalam talk show bertajuk Ragam Kriya Nusantara yang diadakan di Atrium Woodland, Ground Floor, Living World Kota Wisata, Jumat (28/11/2025).

Thio Siujinata, Co-Founder Craftote Gallery & Coffee, menegaskan, “produk yang kami buat bukan sekadar kerajinan tangan, tapi sebuah karya yang memiliki cerita dan narasi.” Mama bisa lihat bagaimana tiap keranjang, lampu, atau wall decor menyimpan cerita mulai dari bahan, proses pengerjaan, hingga upaya menghemat dampak lingkungan.

Narasi itulah yang membuat produk berbeda di mata pembeli. Thio menjelaskan bahwa ketika konsumen tahu jejak produksi dan makna di balik karya, mereka membeli bukan hanya karena fungsi, tapi karena nilai emosional yang tertanam.

2. Venue dan kolaborasi membantu konsumen ‘melihat’ rekam jejak

Foto Pendopo X EKRAF (3).JPG
Dok. Dok. Pendopo X EKRAF

Salah satu strategi Craftote adalah menggabungkan toko dengan coffee shop, bukan hanya untuk menjual, tapi memberi ruang agar pengunjung bisa merasakan cerita produk. Thio mengatakan saat pameran di PRJ yang dikelilingi produk impor, “orang beli bukan hanya karena produknya, tetapi karena mereka melihat rekam jejak karya kami.”

Pendopo bersama EKRAF menghadirkan 20 UMKM terkurasi dalam Ragam Kriya Nusantara. Kehadiran venue yang tepat dan kolaborasi dengan institusi lokal membantu jenama lokal mendapatkan pasar yang tersegmentasi, sekaligus memberi konteks lebih pada pembeli.

3. Inkubasi sampai ekspor, rangkaian yang harus disiapkan sejak awal

Foto Pendopo X EKRAF (17).JPG
Dok. Pendopo X EKRAF

Diskusi di Bincang Pendopo x EKRAF menegaskan pentingnya program yang berkelanjutan dari inkubasi desain sampai penguatan akses pasar. Program (direncanakan berlanjut 2025–2029) mencakup penguatan di 15 provinsi prioritas dan 9 subsektor kreatif agar pelaku bisa naik kelas.

Persiapan ekspor pun bukan soal produk saja: ada dokumen, pengiriman, dan sertifikasi. Seperti yang disampaikan peserta diskusi, pemerintah ingin menjadikan ekonomi kreatif “the new engine of growth” yang dimulai dari daerah jadi pelatihan teknis dan akses ke partner perdagangan internasional menjadi kunci.

4. Ketekunan dan pengulangan, bahan bakar kreativitas yang nyata

Foto Pendopo X EKRAF (14).JPG
Dok. Pendopo X EKRAF

Founder Galeri Keramik F. Widayanto mengingatkan bahwa kreativitas juga butuh kerja keras yang konsisten. Ia menekankan nilai pengulangan: bukan untuk membunuh kreativitas, tetapi untuk mengasah keterampilan. “Pengulangan itu adalah buat saya rajin. Rajin karena ulang-ulang terus,” ujarnya.

Di sisi lain, Widayanto juga merayakan ‘melamun’ sebagai sumber ide: momen melamun yang singkat sering kali memicu gagasan segar. Untuk Mama yang berkarya, pesan ini sederhana: jangan takut bereksperimen, tapi latih juga teknik sampai matang.

5. Nilai penting tentang penguatan produk kreatif lokal

Foto Pendopo X EKRAF (15).JPG
Dok. Pendopo X EKRAF

Deputi Bidang Kreativitas dan Desain Kementerian Ekonomi/Badan Ekonomi RI, Yuke Sri Rahayu menegaskan bahwa kekuatan utama produk kreatif lokal bukan hanya pada barangnya, tetapi pada value dan cerita di balik setiap karya. Di era ketika masyarakat membeli karena alasan emosional, bukan sekadar kebutuhan, storytelling menjadi pembeda paling kuat.

"Ekraf mendorong pelaku usaha untuk tidak berfokus pada perang harga, melainkan membangun karakter, diferensiasi, dan keunikan yang membuat produk punya alasan untuk dipilih. Strategi ini berjalan beriringan dengan kampanye seperti Beli Kreatif Lokal dan Bangga Buatan Indonesia, yang bertujuan menyejahterakan para pelaku ekonomi kreatif sekaligus memperkuat pasar lokal," katanya.

Untuk mencapai itu, Ekraf menekankan perlunya kerja sama lintas sektor melalui konsep Hexahelix: kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, akademisi, media, lembaga keuangan, komunitas bisnis, hingga masyarakat. Menurut mereka, ekosistem ekonomi kreatif hanya dapat tumbuh ketika semua pihak bergerak bersama.

"Kolaborasi ini juga menjadi upaya untuk menghadapi gempuran produk luar, terutama produk murah dari China, dengan memberikan edukasi kepada konsumen bahwa membeli produk lokal berarti mendukung perajin, memperkaya budaya, dan memperkuat ekonomi bangsa. Produk kreatif lokal tidak hanya barang—tetapi jejak karya, identitas, dan keberlanjutan yang harus terus dijaga," tambahnya.

Ragam Kriya Nusantara menghadirkan bukti nyata, produk lokal yang kuat bukan hanya soal desain, tapi juga cerita, ketekunan, dan jaringan. Kalau Mama berencana belanja atau men-support usaha lokal, coba mampir ke pameran semacam ini kamu tidak cuma membeli barang, tetapi juga menopang mata rantai kreatif yang lebih besar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Onic Metheany
EditorOnic Metheany
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Foto Dekorasi Pohon Natal Marsha Aruan Tahun 2025, Tema Gingerbread Man

14 Des 2025, 19:48 WIBLife