- Subkoronal, pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.
- Midshaft, pembukaan uretra terletak di sepanjang poros penis.
- Penoscrotal, pembukaan uretra terletak di mana penis dan skrotum bertemu.
Kisah Hipospadia Aprilia Manganang, Hidup 29 Tahun sebagai Perempuan

Pengumuman dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa karena kondisi Serdan Dua (Serda) Aprilia Manganang menyenot perhatian.
Rupanya, setelah 29 tahun hidup sebagai perempuan, mantan atlet voli perempuan Indonesia ini berjenis kelamin laki-laki dengan kelainan hipospadia.
Dikutip dari website CDC, hipospadia adalah cacat lahir pada bayi laki-laki di mana pembukaan uretra atau tempat keluarnya kencing tidak terletak di ujung penis. Bayi laki-laki dengan hipospadia, mengalami pembentukan uretra secara tidak normal pada 8-14 minggu kehamilan.
Setelah pengumuman ini, banyak orang yang bersimpati kepada sosok Serda Aprilia Manganang. Bagaimana perjalanan dan dukungan keluarga mengenai perubahan jenis kelaminnya?
Berikut Popmama.com rangkum informasi lengkapnya.
1. Perjalanan Aprilia sebelum ditetapkan sebagai laki-laki dengan hipospadia

Aprilia Manganang adalah atlet voli yang sangat berprestasi. Sosok kelahiran 27 April 1992 ini tercatat 4 kali menjuarai Proliga hingga akhirnya pensiun pada 2020 lalu.
Ia juga tercatat membeli Tim Nasional (Timnas) voli putri dan membawa medali perak pada SEA Games 2017. Aprilia juga mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia bersama Timnas Indonesia pada SEA Games 2013 dan 2017.
Selama 29 tahun hidup dalam ambiguitas kelamin, lewat konferensi pers dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menyebut jika Aprilia Manganang dinyatakan sebagai laki-laki. Hal itu berdasarkan serangkaian tes dan pemeriksaan yang dilakukan Aprilia sejak 3 Februari 2021 di RSPAD Gatot Subroto.
Aprilia Manganang dipastikan mengalami kondisi langka yang disebut hipospadia. Berdasarkan hasil tes urologi, Aprilia Manganang lebih memiliki organ kelamin laki-laki dan tidak ada organ internal jenis kelamin perempuan. Sementara itu, berdasarkan pemeriksaan hormonal ia memiliki hormon testoteron laki-laki.
Dari hasil itu membuat kabar soal transgender hingga interseks Aprilia Manganang ditepis.
"Dari tes urologi, sersan Manganang lebih memiliki jenis kelamin laki-laki dan tidak ada alat kelamin perempuan," ujar Andika Perkasa dalam konferensi persnya.
2. Dukungan keluarga hingga staf TNI dengan perubahan kelamin Aprilia Manganang

Disebutkan oleh Jenderal Andika Perkasa, kasus hipospadia Aprilia Manganang termasuk serius sehingga harus dilakukan corrective surgery atau operasi sebanyak dua kali. Saat ini, Aprilia Manganang sudah menjalani operasi sebanyak satu kali.
"Secara umum hasilnya baik. Saat ini sersan manganang masih dalam recovery dan operasi sudah berjalan sesuai rencana. Proses recovery-nya juga bagus tapi belum bisa keluar dari rumah sakit," jelas Andika Perkasa.
Melalui dirinya, segenap jajaran TNI AD pun memberikan semangat kepada sosok Aprilia untuk segera pulih dan menjalani kembali hidupnya. Dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh TNI AD, Aprilia Manganang ditemani oleh kedua orangtua.
"Disitu didampingi (orangtua), kita ingin sersan Manganang punya tekad yang kuat punya semangat," ujar Andika Perkasa.
Aturan dalam UUD 1945 Pasal 28 Ayat 1 menyebut setiap jiwa di tanah air bebas dari perlakuan diskriminatif. KSAD Jenderal Andika Perkasa turut disorot karena keterbukaan pengumuman perubahan kelamin Aprilia Manganang karena dianggap memunuhi hak Aprilia sebagai warna negara dari tindakan diskriminasi.
Dikutip dari berbagai sumber, Komisioner Komnas Perempuan Bahrul Fuad menyebut tindakan tersebut sebagai wujud inklusivitas di tubuh TNI sendiri. Di mana Jenderal Andika Perkasa dipandang sudah menghormati Hak Asasi Manusia Aprilia Manganang.
Selanjutnya, yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah memberikan dukungan kepada Aprilia Manganang sebagai sosok untuk terus berkarya dan berkontribusi terhadap Indonesia.
3. Presentase kasus hipospadia di dunia dan Indonesia

Hipospadia ini merupakan kasus langka yang terjadi di dunia. Menurut CDC, peneliti memperkirakan sekitar 1 dari setiap 200 bayi dilahirkan dengan hipospadia di Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, hipospadia termasuk dalam 16 jenis kelainan kongenital yang menjadi prioritas surveilans.
Adapun jenis hipospadia yang bisa diderita oleh laki-laki tergantung pada lokasi pembukaan uretra:
Bayi yang lahir dengan hipospadia akan meningkat kemungkinannya 13 kali lipat pada laki-laki yang orangtua dan saudaranya memiliki hipospadia. Di mana sekitar 8% insiden berasal dari orangtua dan 14% dari saudara laki-laki dengan hipospadia. Hipospadia distal merupakan kasus terbanyak yaitu 50-80% kasus.
Bayi laki-laki dengan hipospadia kadang memiliki penis melengkung. Mereka bisa memiliki masalah dengan ketika buang air kecil dan mungkin harus duduk. Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke skrotum.
4. Penyebab dan faktor risiko bayi lahir dengan hipospadia

Mengutip dari CDC, kebanyakan kasus hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor-faktor lain. Misalnya, lingkungan ibu hamil, hal yang dimakan atau diminum ibu hamil, hingga obat-obatan tertentu selama kehamilan.
Sama seperti keluarga yang memiliki kasus langka, beberapa tahun terakhir peneliti dari CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia:
- Usia dan berat badan, yakni ibu yang berusia 35 tahun ke atas dan yang dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki bayi dengan hipospadia.
- Perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi bantuan untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi memiliki bayi dengan hipospadia.
- Hormon tertentu pada ibu hamil tepat sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi memiliki bayi dengan hipospadia.
Karena termasuk kasus yang cukup langka, CDC terus mempelajari kelainan lahir seperti hipospadia dan cara mencegahnya.
5. Pengobatan hipospadia

Soal perawatan dan pengobatan hipospadia, tergantung pada jenis kelainan yang dialami oleh anak tersebut. Sebagian besar kasus hipospadia membutuhkan operasi untuk memperbaiki kelainan yang dimiliki.
Operasi biasanya dilakukan ketika anak berusia antara 3-18 bulan. Dalam beberapa kasus operasi dilakukan secara bertahap. Beberapa perbaikan yang dilakukan selama operasi mungkin termasuk menempatkan pembukaan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki kurva di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.
Dokter juga mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan beberapa perbaikan. Ada beberapa kasus bayi laki-laki dengan hipospadia tidak boleh disunat.
Itulah tadi informasi mengenai kisah hipospedia Aprilia Manganang yang menjadi sorotan. Semoga kondisi Aprilia Manganang yang saat ini sedang pemulihan bisa segera membaik ya, Ma!



















