Mengenal Kelainan dan Faktor Risiko Gangguan Tiroid di Indonesia

Kolaborasi antara IDI dan InaTa dalam program RAISE!

26 Mei 2023

Mengenal Kelainan Faktor Risiko Gangguan Tiroid Indonesia

Bertepatan dengan Pekan Kesadaran Tiroid Internasional (ITAW) dan Hari Tiroid Sedunia 2023, PT Merck Tbk bersama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Pengurus Pusat Indonesian Thyroid Association (PP InaTA) pada Kamis (25/5/2023) menandatangani Nota Kesepahaman sehubungan dengan Program RAISE Tiroid.

Kerja sama dalam Program RAISE Tiroid berfokus pada peningkatan kapabilitas dokter untuk skrining dan diagnosis gangguan tiroid yang terjadi pada populasi dewasa berisiko tinggi. Selain itu, dipastikan adanya skrining hipotiroid kongenital (SHK) pada bayi yang baru lahir. 

Dalam program ini, diharapkan dapat meningkatkan terapi penanganan Hipotiroid sebanyak 5,5 kali lipat dan hipotiroid sebanyak 2,5 kali lipat pada tahun 2030 mendatang.

Faktanya, masih banyak masyarakat Indonesia yang masih mengesampingkan kelainan dan risiko gangguan tiroid. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia, Popmama.com telah merangkum informasi penting seputar kelainan dan faktor risiko gangguan Tiroid.

Yuk, bersama tingkatkan kesadaran pentingnya deteksi dini gangguan tiroid agar bisa mendapatkan terapi yang tepat!

1. Program RAISE Tiroid

1. Program RAISE Tiroid
Dok. Merck

Nota kesepakatan yang telah ditandatangani merupakan bentuk komitmen bersama untuk terus meningkatkan kapabilitas dokter dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya skrining dan diagnosis gangguan tiroid. 

Nota kesepakatan ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal PB IDI, dr. Ulul Albab, Sp.OG. dan Ketua PP InaTA, Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD, KEMD, FINASIM., bersama Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin, yang disaksikan oleh Head of Medical Affairs Asia Pacific Merck Group, Rajiv Rana, MD. 

“Merck Global berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran, diagnosis, dan penanganan gangguan tiroid melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Sejak 2008, Merck Global telah bekerja sama dengan Thyroid Federation International (TFI) untuk meningkatkan kesadaran akan gangguan tiroid selama Pekan Kesadaran Tiroid Internasional yang diadakan setiap tahun antara tanggal 25-31 Mei.

Selain itu, berbagai inisiatif multichannel yang dilakukan Merck Global antara lain dengan meluncurkan platform edukasi berkelanjutan bagi tenaga kesehatan profesional melalui hcp.merckgroup.com dan FlixMD (platform edukasi berbasis video).

Sementara itu, untuk masyarakat umum bisa mengakses www.thyroidaware.com, portal online yang tersedia dalam 12 bahasa, termasuk bahasa Indonesia, untuk mempelajari mengenai penyakit tiroid dan memanfaatkan fitur pemeriksa gejala gangguan tiroid,” tutur dr. Rajiv Rana, Head of Medical Affairs Asia Pacific Merck Group.

Editors' Pick

2. Apa itu Tiroid?

2. Apa itu Tiroid
Dok. Merck

Untuk kamu yang belum mengenal apa itu Tiroid, Tiroid merupakan kelenjar penting dalam tubuh manusia yang berperan dalam mengatur metabolisme dan kesehatan tubuh. Hormon tiroid sangat diperlukan untuk membantu tubuh menggunakan energi agar tetap hangat, serta membuat otak, jantung, otot, dan organ lainnya bekerja sebagaimana mestinya.

Namun, sayangnya, berdasarkan data tahun 2022, prevalensi hipotiroid mencapai 12,4 juta orang dengan tingkat penanganan yang masih sangat rendah, yaitu 1,9 persen. 

Dalam catatan, beberapa kasus hipotiroid dapat diturunkan dari ibu ke anak, yakni Hipotiroid Kongenital pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius serta disabilitas intelektual.

3. Kelainan Tiroid yang kerap terjadi

3. Kelainan Tiroid kerap terjadi
Dok. Merck

Ada beberapa kelainan tiroid yang umum terjadi, seperti Hipotiroidisme. Gangguan ini terjadi ketika kelenjar tiroid cukup menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid biasanya mengatur metabolisme tubuh. Ciri-ciri dari gejala ini adalah meliputi kelelahan, penurunan energi, penambahan berat badan, kulit kering, rambut rontok, dan sulit berkonsentrasi.

Kedua, Hipertiroidisme. Gangguan ini terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon, sehingga meningkatkan metabolisme tubuh. Gejala ini meliputi peningkatan denyut jantung, kelelahan, penurunan berat badan, kecemasan, kesulitan tidur, peningkatan keringat, dan tremor tangan.

Ketiga, Gondok yang merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kekurangan yodium atau penyakit autoimun. Gondok dapat menyebabkan benjolan atau pembengkakan di leher, kesulitan menelan, batuk, suara serah, dan perubahan bentuk tenggorokan.

Keempat, kanker Tiroid yang dapat terjadi ketika sel-sel tiroid lepas kendali. Gejala yang dialami cukup bervariasi, termasuk benjolan di leher, rasa sakit, atau rasa tidak nyaman di daerah leher, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Kelima, Tiroiditis yang merupakan peradangan pada kelenjar tiroid. Hal ini disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimun, dan lainnya. Gejala yang sering dialami adalah demam, kelelahan, hingga fluktuasi kadar tiroid.

”Penanggung jawab utama kasus-kasus tiroid tidak hanya melibatkan satu spesialisasi, melainkan juga berbagai dokter spesialis,” tutur Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp. PD-KEMB., FINASIM, Ketua Pengurus Pusat Indonesia Thyroid Association (PP InaTA).

4. Faktor risiko gangguan tiroid

4. Faktor risiko gangguan tiroid
Dok. Merck

Penyakit tiroid dapat terjadi pada setiap tahapan hidup, seperti kelainan kongenital retardasi mental, gangguan perkembangan kognitif, pubertas tertunda, gangguan perkembangan mental, depresi post partum, menopause dini, gangguan CV, GIT, atau sistem saraf.

Penyakit tiroid dapat terjadi pada siapa saja. Namun, terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang berisiko menderita penyakit Tiroid, di antaranya:

  1. Berjenis kelamin wanita
  2. Berusia diatas 60 tahun
  3. Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tiroid
  4. Memiliki riwayat menderita penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit autoimun
  5. Pernah menjalani pengobatan dengan iodium radioaktif
  6. Pernah menjalani operasi tiroid
  7. Pernah menjalani radioterapi pada dada

”Skrining dengan akses pengobatan bisa meningkatkan penanganan gangguan tiroid,” tutur dr. Agustina Puspitasari, Sp.OK, Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).

Sebagai masyarakat Indonesia yang melek akan pentingnya deteksi dini gangguan tiroid, yuk bersama sebarkan informasi penting ini. Untuk apa? supaya orang di sekitar kita yang memiliki gejala tiroid bisa dengan cepat mendapatkan penanganan yang baik. Mari jaga orang sekeliling kita!

Baca Juga:

The Latest