Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Yuk, Stop Ketergantungan Inhaler, Ini Cara Tepat Atasi Asma!

Freepik.com/wayhomestudio
Freepik.com/wayhomestudio

Menurut data Global Burden of Disease hingga saat ini terdapat lebih dari 200 juta pasien asma di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat 57,5% pasien asma yang mengalami serangan. Tepat pada tanggal 2 Mei 2023 lalu diperingati sebagai Hari Asma Sedunia.

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Dalam perayaan ini Perhimpunan Dokter Paru Indonesia bersama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, mengajak masyarakat untuk dapat lebih peduli terhadap pencegahan, penanganan, dan tatalaksana asma melalui tema peringatan Hari Asma sedunia 2023 yaitu "Asma Care For All"

Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. H. Mohamad Yanuar Fajar, Sp.P, FISR, FAPSR, MARS menjelaskan saat ditemui dalam acara temu media Hari Asma Sedunia, Rabu, 10 Mei 2023, bagaimana hingga saat ini masih banyak kesalahpahaman di masyarakat mengenai penggunaan Inhaeler pada tatalaksana pasien dengan asma. Padahal kesalahpahaman ini justru menjadi sebab terjadinya serangan asma berulang.

Simak selengkapnya telah dirangkumkan oleh Popmama.com mengenai cara tepat atasi asma!

1. Apa itu ASMA?

Freepik
Freepik

Asma adalah penyakit inflamasi kronik jalan napas yang menyebabkan brokokonstriksi atau penyempitan saluran napas sehingga mengakibatkan sesak napas, batuk, dan suara mengi. Namun, tidak semua orang yang mengalami gejala tersebut dapat langsung serta-merta dikategorikan sebagai pengidap asma.

"Apakah ketika setiap ada orang yang sesak napas, batuk mengi, bengek lalu langsung kita sebut 'Wah, asma nih!' Tentu, tidak ya! Asma memang bergejala wheezing atau mengi dan sesak. Namun, tidak semua wheezing atau mengi dan sesak itu dikategorikan sebagai asma. Asma ini adalah penyakit yang sifatnya kronik atau akut jadi sudah berjalan bertahun-tahun," jelas Dr. Yanuar

2. Apa pemicu timbulnya Asma?

Pexels/Towfiqu barbhuiya
Pexels/Towfiqu barbhuiya

Ada banyak faktor yang dapat menimbulkan asma, seperti faktor lingkungan, pilihan makanan, hingga pengaruh aktivitas fisik yang berlebihan. Namun, yang paling sering adalah karena faktor lingkungan serta makanan.

Dijelaskan oleh Dr. Yanuar, seperti saat seseorang berada di lingkungan yang dingin atau setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang dingin, biasanya situasi seperti ini dapat menimbulkan serangan asma pasca paparan. Alasannya, dingin ini sifatnya memicu bronkokonstriksi atau penyempitan jalan napas. 

"Selain dingin, lingkungan juga sangat berpengaruh ya, ada pasien selalu mengeluh 'Dok, kenapa ya serangan asmanya kok berulang' tetapi saat ditanya, masih memilihara hewan berbulu, ya kalau seperti ini masalah tidak akan selesai," jelas Dr. Yanuar. 

3. Apa tatalaksana yang tepat untuk asma?

Pexels/Jeshootscom
Pexels/Jeshootscom

Dokter Yanuar menjelaskan, sebenarnya ada 2 obat untuk asma, yaitu pelega dan pengontrol.
Pada kondisi ketika seseorang mengalami serangan asma, maka dalam keadaan serangan tersebut dapat diberikan obat pelega.

Obat ini digunakan hanya untuk meredakan gejala, dan digunakan apabila perlu saja, bukan untuk penyembuhan asma. Contoh obat pelega adalah Inhaler, Nebulizer yang didalamnya mengandung SABA atau SAMA.

"Ketika seseorang terserang asma, maka yang harus dilakukan adalah membuka jalan napasnya dulu, agar dia bisa bernapas dengan menggunakan obat pelega, karena ini onsetnya cepat. Jadi obat pelega ini hanya membetulkan bronkokonstriksinya saja, dan bukan menyembuhkan inflamasinya atau asma secara keseluruhan," jelas Dr. Yanuar

Tetapi, selanjutnya, ketika serangan asma sudah mulai mereda pasca diberikan obat pelega, maka yang harus dilakukan berikutnya adalah diberi obat pengontrol.

Nah, obat inilah Ma yang sifatnya menyembuhkan faktor inflamasi penyebab asma tersebut, dimana masa kerjanya lebih lama yaitu selama 12 jam, sehingga pasien asma perlu untuk mengonsumsi obat 2x sehari, sehingga mendapatkan perlindungan selama 24 jam, atau kondisi inflamasi tersebut dapat ditekan dan dikontrol selama waktu tersebut. Contoh dari obat pengontrol adalah obat hirup asma yang mengandung ICS atau formoterol, misalnya Symbicort maupun lainnya.

"Mungkin, ini yang perlu digarisbawahi masyarakat, bahwa, SABA dalam Inhaler itu hanya untuk digunakan pada saat serangan, begitu setelah serangan selesai, maka pasien itu harus dikontrol dengan obat pengontrol. Inhaeler itu hanya pertolongan pertama pada serangan yang sifatnya membantu melegakan jalan napas, jika tidak dikontrol maka faktor inflamasi atau radang akan tetap ada, sehingga besok serangan kembali lagi dan terus berulang," kata Dr. Yanuar

4. Apakah benar Inhaler membuat ketergantungan?

Freepik
Freepik

Faktanya inhaler tidak secara medis membuat ketergantungan, namun pemahaman masyarakat yang salah akan penggunaan inhaler, secara 'kebetulan' membuat penggunaan inhaler dianggap menyebabkan ketergantungan karena jika tidak menggunakan inhaler maka Asma tidak reda.

"Hampir 90% masyarakat khususnya pengidap Asma, pada saat kondisi serangan berlangsung, maka akan segera diberikan inhaler, ketika serangan sudah reda, maka dianggap sudah sembuh dan baik-baik saja. Padahal kembali lagi, Inhaler hanyalah obat yang tujuannya meredakan jalan napas bukan menyembuhkan, sehingga jika masyarakat tidak ingin mendapati serangan Asma berulang. Tatalaksana yang tepat adalah dengan mengonsumsi obat pengontrol setelah penggunaan inhaler dan konsumsi secara rutin, karena obat inilah yang perannya mengatasi inflamasi atau peradangan, sehingga dapat mencegah serangan Asma berulang," ungkap Dr. Yanuar

Jika, memahami penjelasan tersebut, tentu Mama akan paham, mekanisme  yang tepat dalam tatalaksana Asma, dan fakta bahwa sebenarnya bukan Inhaler yang menyebabkan kecanduan dan serangan Asma berulang, namun kesalahanpahaman masyarakat akan konsep penanganan Asma secara tepat.

5. Bagaimana cara untuk mencegah terjadinya serangan Asma?

Freepik/Racool_studio
Freepik/Racool_studio

Dr. Yanuar juga berbagi tips mengenai bagaimana cara yang dapat Mama lakukan untuk mencegah Asma kambuh dan berulang, berikut diantaranya:

  • Tidak memelihara hewan berbulu.
  • Tidak menyimpan banyak buku dan kardus di dalam kamar. Hal ini karena, buku dan kardus dapat menjadi temapt akumulasi debu yang dapat memicu onset dari Asma, bahkan debu tersebut dapat menyebabkan kolonisasi bakteri di saluran napas yang dapat menyebabkan pneumonia.
  • Rutin mencuci gorden. Hal ini juga agar tidak ada penumpukan debu, minimal cuci gorden seminggu sekali.
  • Cuci baju yang sudah 2 bulan berada di dalam lemari, juga untuk menghindari penumpukan debu.
  • Rutin bersihkan AC atau pendingin ruangan. Setidaknya AC dibersihkan 3 bulan sekali untuk bagian blowernya dan seminggu sekali untuk bagian dalamnya, untuk mencegah debu-debu berkumpul dan berputar dalam udara di satu ruangan.
  • Hindari polusi udara melalui asap kendaraan. Polusi udara juga dapat memicu penyakit saluran pernapasan yang lebih berbahaya seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Itulah Ma, informasi yang telah dirangkumkan oleh Popmama.com mengenai cara tepat atasi asma!

Baca Juga :

Share
Editorial Team