7 Tanda Hormon Stres Sedang Tinggi, Bisa Bikin Susah Tidur

Setiap orang pasti pernah mengalami stres, tetapi jika hormon kortisol terus tinggi, dampaknya bisa menjadi serius. Menurut National Institutes of Health (NIH), kadar kortisol yang tinggi dalam jangka panjang dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh.
Dalam hal ini, WebMD juga mencatat, bahwa hormon stres yang berlebihan bisa memicu berbagai gangguan. Jika akhir-akhir ini kamu merasa sulit tidur, bisa jadi hormon stres sedang berada di level yang tidak sehat.
Berikut ini Popmama.com akan mengulas lebih lanjut terkait 7 tanda hormon stres sedang tinggi yang perlu kamu waspadai. Scroll informasinya di sini!
1. Sulit tidur atau insomnia

Kadar kortisol yang tinggi membuat tubuh tetap waspada meskipun sudah waktunya beristirahat. American Sleep Association menyebutkan, bahwa stres kronis bisa mengganggu ritme sirkadian, sehingga tubuh kesulitan untuk rileks dan tertidur.
Akibatnya, kamu sering merasa gelisah dan sulit mendapatkan tidur yang nyenyak. Selain itu, tubuh yang kurang istirahat akan lebih sulit mengontrol emosi dan fokus dalam aktivitas sehari-hari.
Cara mengatasinya: Coba lakukan teknik relaksasi sebelum tidur seperti meditasi atau pernapasan dalam. Membatasi paparan cahaya biru dari layar gadget sebelum tidur juga bisa membantu tubuh lebih cepat merasa mengantuk.
2. Mudah lelah sepanjang hari

Hormon kortisol yang terlalu tinggi di malam hari bisa menyebabkan tubuh sulit beristirahat dengan baik. Menurut Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, kurang tidur akibat stres dapat menyebabkan kelelahan yang berkepanjangan di siang hari.
Rasa lelah ini juga bisa menyebabkan produktivitas menurun dan sulit berkonsentrasi. Mayo Clinic menjelaskan, bahwa stres yang tidak terkontrol dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan menyebabkan kelelahan kronis.
Cara mengatasinya: Untuk mengurangi efek ini, cobalah untuk berolahraga ringan di pagi hari. Aktivitas fisik terbukti dapat menurunkan kadar kortisol dalam tubuh dan membantu mengatur energi dengan lebih baik.
3. Sering mengalami sakit kepala

Hormon stres yang tinggi dapat menyebabkan ketegangan otot, termasuk di area kepala dan leher. World Health Organization (WHO) mencatat, bahwa stres adalah salah satu penyebab utama sakit kepala tegang dan migrain.
Sakit kepala akibat stres biasanya terjadi di kedua sisi kepala dan terasa seperti ada tekanan yang kuat. Jika kamu sering mengalami sakit kepala tanpa sebab yang jelas, periksa apakah ada faktor stres yang memicunya.
Cara mengatasinya: Coba luangkan waktu untuk beristirahat dan lakukan teknik relaksasi seperti yoga atau pijat kepala. Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol juga bisa membantu mengendalikan ketegangan otot dan menurunkan risiko sakit kepala.
4. Nafsu makan berubah drastis

Saat stres, sebagian orang menjadi lebih sering makan, sementara yang lain justru kehilangan selera makan. National Institute of Mental Health (NIMH) menjelaskan bahwa kortisol dapat memengaruhi hormon lapar dan kenyang dalam tubuh.
Penelitian dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, stres yang berkepanjangan sering kali dikaitkan dengan kebiasaan makan emosional. Orang yang mengalami stres cenderung mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak sebagai cara untuk mengatasi kecemasan.
Cara mengatasinya: Untuk menghindari dampak buruk pada pola makan, penting untuk mengenali perubahan nafsu makan yang terjadi akibat stres. Cobalah untuk mengatur jadwal makan yang teratur dan memilih makanan kaya akan nutrisi.
5. Mudah cemas dan sulit berkonsentrasi

Hormon stres yang tinggi dapat membuat otak sulit untuk fokus dan lebih rentan terhadap perasaan cemas. Dikutip dari American Psychological Association (APA), stres kronis bisa memengaruhi fungsi kognitif, termasuk daya ingat dan konsentrasi.
Jika kamu sering merasa cemas tanpa alasan yang jelas, bisa jadi itu adalah tanda bahwa kadar kortisol sedang tidak stabil. Mengutip dari Yale Stress Center, stres berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan pada struktur otak.
Cara mengatasinya: Cobalah untuk rutin melakukan aktivitas yang menenangkan seperti berjalan-jalan di alam atau melakukan latihan pernapasan. Mengatur waktu istirahat selama bekerja juga bisa membantu otak tetap segar dan lebih mudah berkonsentrasi.
6. Sistem imun melemah

Kortisol yang tinggi dalam jangka panjang dapat menekan sistem imun dan membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi. World Health Organization (WHO) menjelaskan, bahwa stres bisa menyebabkan peradangan kronis yang dapat melemahkan pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Orang dengan tingkat stres tinggi lebih sering mengalami flu dan infeksi lainnya dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar stres yang lebih rendah. Jika kamu merasa sering sakit, bisa jadi itu akibat kadar kortisol yang tidak seimbang.
Cara mengatasinya: Untuk memperkuat sistem imun, pastikan kamu mendapatkan cukup tidur. Olahraga ringan juga bisa membantu tubuh lebih rileks dan memperkuat daya tahan tubuh.
7. Detak jantung lebih cepat dari biasanya

Saat stres meningkat, sistem saraf simpatik akan aktif dan menyebabkan detak jantung lebih cepat. Dikutip dari American Heart Association (AHA), stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Jika kamu sering merasa jantung berdebar tanpa alasan jelas, itu bisa menjadi tanda bahwa hormon stres sedang tinggi. Melansir dari Mayo Clinic, stres kronis dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Cara mengatasinya: Untuk menenangkan detak jantung yang terlalu cepat, coba lakukan latihan pernapasan atau meditasi. Menjaga pola tidur juga bisa membantu menstabilkan detak jantung dan mengurangi dampak stres pada tubuh.
Itulah 7 tanda hormon stres sedang tinggi yang perlu kamu waspadai. Jangan abaikan tanda-tandanya, karena stres berlebih dapat berdampak buruk pada kesehatan.



















