Mama Berjuang Keras, Anak dengan Cerebral Palsy Jadi Mahasiswa Harvard

Perjuangan yang dilakukan pun tak sia-sia dan membuahkan hasil

19 Juli 2019

Mama Berjuang Keras, Anak Cerebral Palsy Jadi Mahasiswa Harvard
South China Morning Post

Kasih sayang seorang ibu terhadap anak tak akan pernah lekang oleh waktu, bahkan dimulai sejak anak masih berada di dalam kandungan.

Demikian pula yang terjadi di Tiongkok. Baru-baru ini viral sebuah berita di mana seorang ibu sedang bahagia karena putranya kini menjadi mahasiswa Harvard.

Lantas apa yang istimewa dari hal tersebut? Simak dulu cerita lengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Popmama.com dari Elite Readers:

1. Diprediksi akan mengalami disabilitas dan keterlambatan tumbuh kembang

1. Diprediksi akan mengalami disabilitas keterlambatan tumbuh kembang
South China Morning Post

Zou Hongyan melahirkan putra pertamanya di tahun 1988. Anak yang kemudian diberi nama Ding ini sempat menjadi perdebatan di keluarga Zou dan juga suaminya.

Ini karena sesaat setelah dilahirkan, Ding mengalami komplikasi persalinan yang membuatnya hampir meninggal karena kondisinya sudah lemah. Dokter pun sempat menganjurkan Zou untuk menyerah saja.

Sebab akibat komplikasi dan masalah kesehatan bawaan yang ada, Ding diperkirakan mengalami cerebral palsy. Peluangnya untuk bisa bertahan hidup pun sangat sedikit.

Ding dianggap nantinya mungkin akan menyulitkan keluarga karena berisiko tumbuh dengan kondisi disabilitas dan memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.

Tentu saja rekomendasi dari dokter ini sangat membuat Zou sedih. Ia memikirkan matang-matang sebelum mengambil keputusan besar ini.

Editors' Pick

2. Sang ibu tolak anjuran dokter untuk menyerah

2. Sang ibu tolak anjuran dokter menyerah
South China Morning Post

Tak cuma dokter, suami Zou pun turut memintanya untuk tidak memperjuangkan nyawa Ding Ding dan menyerah saja. Namun demikian, rasa cinta tulus Zou sebagai seorang ibu tak bisa dikalahkan begitu saja.

Ia memutuskan untuk tetap memperjuangkan nyawa Ding Ding. Zou bertekad akan tetap membesarkan Ding Ding dengan sepenuh hati apapun kondisinya.

Sayangnya, hubungan pernikahan antara Zou dan suaminya harus kandas beberapa waktu kemudian. Ini berarti Zou harus berjuang hidup seorang diri, sambil tetap membesarkan Ding Ding.

Zou kembali tetap gigih dan tak mau mudah menyerah. Ia mengambil beberapa pekerjaan sekaligus, mulai dari menjadi pengajar sampai menjadi agen asuransi. Semua demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama Ding.

Sambil sibuk bekerja, Zou tak lupa tetap mengajarkan banyak hal pada Ding. Tak cuma mengajarkan pelajaran, tetapi juga mengajarkan keterampilan dasar seperti memakai sumpit dan berjalan.

Seperti diketahui, kondisi Ding membuatnya harus belajar lebih keras untuk bisa melakukan aktivitas sehari-hari untuk anak seusianya.

Selain mengajarkan sendiri di rumah, Zou juga menyisihkan uang untuk bisa membawa Ding ke tempat rehabilitasi. Di sana Ding diajarkan untuk bermain puzzle dan bahkan bermain permainan lain demi merangsang kinerja otaknya.

3. Tumbuh cerdas dan jadi mahasiswa berprestasi

3. Tumbuh cerdas jadi mahasiswa berprestasi
South China Morning Post

Seluruh perjuangan dari Zou tak sia-sia, Ma. Ding tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas, ia bahkan juga bisa belajar dengan nilai yang baik, tidak jauh berbeda dengan anak-anak normal lain seusianya.

Ding diketahui sudah lulus dari Peking University’s Environmental Science and Engineering School di tahun 2011 lalu. Kini ia bahkan menjadi mahasiswa hokum di Harvard.

Meski dulunya kerap dicemooh, Ding berhasil membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi seseorang yang berprestasi. Semua karena keyakinan dan juga perjuangan dari Zou.

“Saya tidak mau Ding merasa malu dengan kondisi fisiknya. Ini karena saya yakin dia memiliki banyak kemampuan ekstra di berbagai bidang. Saya pun tak menyerah mengajarkan dia banyak hal dan membiarkannya melakukan hal yang ia sukai,” ungkap Zou. Salut ya, Ma!

4. Apa itu cerebral palsy?

4. Apa itu cerebral palsy
Freepik

Dilansir Healthline, cerebral palsy (CP) mengacu pada sekelompok gangguan yang memengaruhi pergerakan dan koordinasi otot. Dalam banyak kasus, sistem penglihatan, pendengaran, dan sensasi juga terpengaruh.

Kata cerebral  berarti berkaitan dengan otak, sementara palsy berarti kelemahan atau masalah dengan gerakan tubuh. Cerebral palsy adalah penyebab paling umum dari kecacatan motorik di masa kecil.

Gejala cerebral palsy bervariasi pada setiap pasien, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Beberapa pasien dengan cerebral palsy mungkin mengalami kesulitan berjalan dan duduk. Sementara pasien lainnya dapat mengalami kesulitan dalam menangkap benda.

Gejala-gejalanya bisa menjadi lebih parah atau semakin parah dari waktu ke waktu. Mereka juga bervariasi tergantung pada bagian otak yang terpengaruh.

Beberapa tanda yang lebih umum di antaranya seperti keterlambatan dalam mencapai standar keterampilan motorik, seperti berguling, duduk, atau merangkak. Kemudian bisa juga berupa masalah pada otot, seperti terlalu lemas atau justru terlalu kaku.

Gejala lain dari cerebral palsy juga termasuk keterlambatan perkembangan bicara dan kesulitan berbicara, kurangnya koordinasi otot (ataksia), sulit berjalan, masalah neurologis seperti kejang, serta gangguan kecerdasan.

Nah, apa yang menyebabkan cerebral palsy? Perkembangan otak yang tidak normal atau cedera pada otak yang sedang berkembang seringkali menjadi penyebab cerebral palsy. Kerusakan ini kemudian memengaruhi bagian otak yang mengontrol gerakan tubuh, koordinasi, dan postur tubuh.

Kerusakan otak biasanya terjadi sebelum kelahiran, tetapi juga bisa terjadi selama proses kelahiran atau pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Dalam kebanyakan kasus, penyebab pasti cerebral palsy tidak diketahui.

Namun demikian, beberapa kondisi yang disebut-sebut juga bisa menjadi penyebab cerebral palsy yakni kekurangan oksigen ke otak selama persalinan dan persalinan (asfiksia neonatorum), penyakit kuning parah pada bayi, infeksi ibu (misalnya seperti campak Jerman dan herpes simpleks), serta gangguan infeksi otak (seperti ensefalitis dan meningitis).

Nah, Ma, kisah dari kehidupan Zou dan Ding bisa menjadi pembelajaran bagi kita. Selalu tanamkan rasa kasih sayang pada anak, supaya kelak anak bisa tumbuh sehat, bahagia dan tentunya berprestasi.

Baca juga: Awas! Wajah Miring atau Bell's Palsy Sering Terjadi pada Ibu Hamil

The Latest