Stop! Jangan Sembarangan Pilih Pelumas saat Berhubungan Intim

Tekturnya memang licin dan lembut, tapi belum tentu aman bagi kelamin Mama

27 Juli 2020

Stop Jangan Sembarangan Pilih Pelumas saat Berhubungan Intim
Pexels/Anna Shvets

Gesekan saat berhubungan seks tak hanya membuat situasi tak nyaman, tapi juga bisa mengakibatkan robeknya lapisan vagina.

Demi menghindari hal ini, Mama bisa menggunakan bantuan pelumas. Namun jangan sembarang memilih pelumas ya, Ma.

Dilansir dari Medicalnewstoday.com, Popmama merangkum pendapat ahli mengenai beberapa jenis pelumas alternatif yang pernah digunakan dan keamanannya bagi tubuh alat kelamin:

1. Bagaimana pelumas alami berproduksi?

1. Bagaimana pelumas alami berproduksi
Freepik/8photo

Jaringan vagina secara alami lembab. Cairan dari serviks dan sekresi dari kelenjar Bartholin, dua kelenjar seukuran kacang polong di pintu masuk vagina, membantu menjaga vagina tetap basah (dilumasi). Dan saat Mama bergairah, kelenjar Bartholin mengeluarkan cairan ekstra untuk mengurangi gesekan.

Pelumas ini mengurangi gesekan pada vagina, meningkatkan kenyamanan saat berhubungan seks, dan meminimalkan rasa sakit atau iritasi. Jika pelumas alami tidak cukup, Mama dapat menggunakan pelumas alternatif untuk membuat aktivitas seksual lebih nyaman.

Untuk mengatasinya, Mama bisa menggunakan bantuan produk pelumas atau pelumas alternatif.

Namun, sebelum memilih pelumas, pertimbangkan risikonya. Apakah pelumas itu dapat mengubah keseimbangan pH alami yang dapat menyebabkan infeksi pada vagina atau hal lainnya.

Editors' Pick

2. Cairan yang tak boleh digunakan sebagai pengganti pelumas seksual

2. Cairan tak boleh digunakan sebagai pengganti pelumas seksual
Freepik/awesomecontent

Kebanyakan orang berpikir, cairan berbasis minyak bisa digunakan sebagai pelumas seksual. Alasannya, karena teksturnya licin dan halus.

Padahal, di luar produk yang memang diproduksi untuk pelumas seksual, cairan itu tidak aman digunakan pada alat kelamin. Berikut ini beberapa cairan yang tidak aman yang sering digunakan sebagai pelumas:

1. Baby Oil

Baby oil adalah minyak mineral berbasis minyak. Sesuai namanya, baby oil banyak digunakan untuk membantu melembabkan dan melembutkan kulit bayi. Beberapa penelitian menunjukkan, menambahkan baby oil ke dalam bak mandi bermanfaat melembutkan kulit penderita eksim. Lantas bagaimana jika digunakan sebagai pengganti pelumas? Hmm, kemungkinan dapat menyebabkan efek samping, loh, Ma. di antaranya infeksi

2. Olive Oil

Minyak yang teksturnya lebih kental dari baby oil dan lembut ini memiliki banyak manfaat kesehatan, entah itu kesehatan kulit juga kesehatan organ-organ tubuh lainnya. Tapi sama seperti baby oil, Mama tidak disarankan menggunakannya sebagai pelumas seksual.

3. Petroleum Jelly

Petroleum jelly salah satunya Vaseline adalah salep berbasis minyak yang dapat digunakan orang untuk melembabkan dan melembutkan kulit kering.

Teksturnya yang lembut dan halus dikira dapat digunakan sebagai pelumas seksual. Ya, Vaseline memang tidak lengket atau mengering jika diaplikasikan ke permukaan kulit, itulah yang menjadikannya pilihan pelumas yang baik.

Dalam sebuah studi 2013 yang melibatkan 141 perempuan dari Amerika Serikat, wanita yang menggunakan petroleum jelly sebagai pelumas seksual memiliki risiko lebih tinggi terkena bakteri vaginosis daripada mereka yang menggunakan produk dan metode lain.

4. Pelumas lainnya

Produk rumah tangga tertentu secara teknis dapat berfungsi sebagai pelumas. Namun Food and Drug Administration (FDA) menyarankan, agar orang yang menggunakan menghindari pelumas atau zat berbasis minyak yang mengandung lemak atau lemak. Di antaranya adalah:

  • Minyak goreng
  • Minyak kelapa
  • Mentega susu dan mentega putih
  • Krim wajah dan lotion tubuh

3. Dampak penggunaan sembarang pelumas untuk aktivitas seksual

3. Dampak penggunaan sembarang pelumas aktivitas seksual
Pexels/Pixabay

Iritasi. Bisa menyumbat pori-pori di kulit, yang kemudian menyebabkan jerawat atau iritasi yang dapat menyebabkan infeksi di dalam atau di dekat vagina dan anus.

Infeksi. Penelitian menemukan, menggunakan baby oil, olive oil¸atau cairan berbasis minyak lainnya dapat menyebabkan infeksi ringan, infeksi pada vagina (bakteri vaginosis), Infeksi Menular Seksual (IMS) hingga kehamilan.

Sulit dibersihkan. Pelumas berbasis minyak tidak larut dalam air, artinya akan sangat sulit dihilangkan setelah berhubungan seks atau masturbasi. Saat berusaha mengeluarkan pelumas dari kulit kemaluannya, terutama di bagian dalam, seseorang perlu menggosok area tersebut dengan sabun dan air, dan ini dapat menyebabkan kemungkinan iritasi. Membersihkan setelah berhubungan seks juga menimbulkan tantangan karena pelumas tidak larut dalam air, yang berarti perlu waktu lebih lama untuk menghilangkannya.

Merusak kondom. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), penggunaan kondom pria yang benar tidak boleh melibatkan produk berbasis minyak. Mengapa? Karena minyak dapat merusak lateks dan menyebabkan kondom rusak (bolong atau robek). Sebuah penelitian lama menunjukkan, kerusakan kondom dapat terjadi mulai dari 1 menit setelah terpapar minyak. Ini berarti, risiko kehamilan atau infeksi menular seksual (IMS) saat menggunakan pelumas berbasis minyak sangat tinggi.

Sebagai gantinya, CDC merekomendasikan pelumas berbasis air atau silikon.

Racun. Beberapa pelumas alternatif yang digunakan saat seks oral, seperti baby oil, dapat berubah menjadi racun jika tertelan dalam jumlah banyak.

Bernoda. Cairan berbahan dasar minyak akan sangat susah dihilangkan jika melekat di pakaian atau seprai.

4. Pelumas alternatif yang aman

4. Pelumas alternatif aman
Freepik/jcomp

Pelumas untuk aktivitas seksual tersedia banyak di pasaran. Jika Mama sangat membutuhkannya, pelajari hal berikut sebagai preferensi dan pertimbangan sebelum membeli.

1. Pelumas berbasis air

Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan, agar orang menggunakan pelumas berbasis air untuk mencegah kerusakan (jika digunakan bersamaan dengan kondom lateks), iritasi, dan infeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan pelumas berbasis air dengan pH sekitar 4,5 untuk hubungan seks vaginal dan pH 5,5-7 untuk seks anal.

2. Pelumas berbasis glikol

Glikol adalah humektan yang ditambahkan oleh banyak pabrikan ke pelumas berbasis air (agar kulit tetap lembab setelah menggunakannya).

3. Pelumas berbasis silikon

Pelumas berbasis silikon umumnya kompatibel dengan karet alam dan kondom lateks, juga bertahan lebih lama dari pelumas berbasis air.

Namun, pelumas berbasis silikon cenderung lebih mahal daripada pelumas yang mengandung air atau glikol, juga sulit hilang saat dibilas dengan air.

4. Gel lidah buaya

Gel lidah buaya adalah senyawa berbasis air yang dapat diekstrak dari daun tanaman lidah buaya. Gel lidah buaya mengandung antioksidan dan glikoprotein yang bermanfaat bagi Kesehatan. Di antaranya mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan hidrasi kulit, menghasilkan efek anti-inflamasi dan antimikroba, dan meningkatkan kadar air di dalam usus.

Gel lidah buaya adalah pelumas alami yang cocok, dan banyak produk pelumas komersial yang menggunakannya sebagai bahan utama.

Meski tak ada penelitian ilmiah yang mendukung klaim ini, secara teori kandungan air dalam produk lidah buaya 100% membuatnya relatif aman untuk digunakan dengan kondom lateks.

Penyebab Pelumas Alami Tak Berproduksi Baik

Penyebab Pelumas Alami Tak Berproduksi Baik
Freepik/jcomp

Vagina secara alami menghasilkan pelumas yang berproduksi saat Mama mersa bergairah (libido meningkat). Namun pada beberapa kasus, pelumas alami itu tidak berproduksi. Hal ini umum terjadi pada wanita sebenarnya. Berikut ini faktor yang memengaruhinya:

  • Perimenopause atau menopause
  • Efek samping dari obat-obatan, seperti kontrol kelahiran hormon (kontrasepsi)
  • Perubahan hormon karena kehamilan atau baru melahirkan
  • Dehidrasi
  • Kondisi medis tertentu
  • Menjalani kemoterapi
  • Merokok

Usia merupakan salah satu faktornya. Ya, Seiring bertambahnya usia, jaringan vagina menipis. Selama dan setelah menopause, tubuh memproduksi lebih sedikit estrogen, yang menyebabkan sekresi pelembab lebih sedikit dan dapat membuat vagina terasa kering.

Jika Mama mengalami hal-hal yang tidak disebutkan di atas, ada baiknya Mama segera mengkonsultasikan masalah ini kepada dokter.

Baca juga:

The Latest