Seorang Papa Juga Bisa Mengalami Postnatal Depression, Ini Gejalanya
Postnatal depression bukan cuma dialami Mama, tapi juga Papa. Cek penjelasannya di sini
3 Mei 2022

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penelitian yang dilakukan para ahli belakangan ini menunjukkan bahwa seseorang tidak perlu melahirkan lebih dulu untuk mengalami Postnatal Depression. Fenomena itu terjadi pada 7%-10% Papa baru dan 12% Mama baru.
Sayangnya, hingga kini banyak orang kerap menyangkal situasi yang dihadapi Papa baru tersebut, bisa jadi termasuk Papa juga, Ma. Sudah menjadi mitos bahwa laki-laki tidak bisa mengalami depresi. Kalaupun mereka mengalaminya, tidak wajar untuk mengungkapkan hal tersebut.
Padahal, Papa sama seperti Mama, sama-sama manusia dewasa yang tengah beradaptasi menghadapi suatu peristiwa besar dalam hidup: kelahiran si Kecil. Apalagi, kehadiran si Kecil ke dunia otomatis mengubah hari-hari Mama dan Papa kan?
Nah, agar Mama lebih sensitif pada situasi ini, termasuk perubahan diri sendiri dan juga Papa, Popmama.com merangkum beberapa poin penting terkait postnatal depression yang sering dialami orang tua baru.
1. Postnatal depression harus dipandang serius
Mama pernah baca posting di media sosial yang viral tentang curhat driver taksi online mengenai istrinya yang mengalami depresi pasca melahirkan? Sang istri kewalahan beradaptasi dengan bayinya, tetapi justru mendapat banyak komentar negatif dari orang-orang di sekelilingnya.
Ya, postnatal depression itu nyata, Ma. Nggak hanya dialami para Mama, tetapi juga Papa baru.
Dilansir dari postpartummen.com, beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko seorang Papa mengalami PPND adalah:
- Kurang tidur
- Perubahan hormon
- Punya riwayat depresi
- Proses melahirkan sulit atau bayi lahir dalam kondisi kurang baik
- Hubungan kurang baik dengan pasangan, orangtua, atau mertua
- Kurang dukungan dari lingkungan, baik secara emosional maupun sosial
- Masalah finansial atau keterbatasan sumber daya lainnya
- Terkejut menghadapi kenyataan menjadi orangtua sungguh sulit, berbeda dari harapan
- Perasaan terpinggirkan dari relasi antara Mama dan bayi.
Editors' Pick
2. Perubahan emosional itu wajar terjadi untuk beberapa saat
Situs Raisingchildren.net.au menyatakan, perubahan emosional yang dialami Papa (dan juga Mama) pada minggu-minggu awal kelahiran si Kecil sebenarnya wajar. Apalagi, ada faktor perubahan hormon yang berpengaruh pada mood atau energi.
Ini juga sejalan dengan masa “perkenalan” Papa pada bayi. Baik Papa dan Mama sama-sama tengah mempelajari dan membentuk pola aktivitas harian si kecil.
Perubahan paling mencolok mungkin saja soal jam tidur bayi yang berbeda dengan jam tidur orang dewasa. Makanya, kurang tidur pada bulan-bulan pertama bisa dimaklumi. Umumnya, situasi ini akan membaik setelah bayi berusia di atas 3 bulan.
Namun, jika perubahan emosional tadi berlangsung lebih dari dua minggu dan mulai mengganggu aktivitas Papa, bisa saja itu mengarah ke depresi.
Apalagi, jika Papa mengalami faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya postnatal depression. Sebaiknya, jangan biarkan Papa melawannya sendiri atau mengabaikannya, Ma. Demikian sebaliknya.