Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Metode Freezing Egg, Simak Penjelasan dari dr. Nicho!

acara media meet up eka hospital 4.jpg
Popmama.com/Evelly Antony Noor
Intinya sih...
  • Metode Freezing Egg: Prosedur medis pembekuan sel telur untuk digunakan kembali di masa depan, ideal dilakukan sebelum usia 35 tahun.
  • Siapa yang Sebaiknya Melakukan: Cocok bagi perempuan yang ingin menunda kehamilan, memiliki kondisi medis tertentu, atau belum menemukan pasangan hidup.
  • Manfaat dan Efektivitas: Meningkatkan fleksibilitas, survival rate sel telur berkisar 60-70%, penting untuk memaksimalkan jumlah sel telur dalam satu siklus.

Keputusan untuk menjadi orang tua bukanlah sebuah keputusan yang sederhana. Di zaman yang sudah semakin modern, banyak perempuan lebih memilih untuk menunda kehamilan karena pertimbangan karier, pendidikan, ataupun belum menemukan pasangan yang tepat. Tetapi, tahukah Mama, kualitas dan jumlah sel telur terus menurun seiring bertambahnya usia. Hal ini tentunya membuat peluang kehamilan menjadi lebih kecil.

Dalam acara media meet up Eka Hospital PIK yang digelar pada Jumat, 20 Juni 2025 di Mewatu Coffee & Gallery, dr. Febriyan Nicholas, Sp.OG, seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi, menjelaskan bahwa freezing egg bisa menjadi pilihan yang tepat bagi Mama yang ingin menjaga kemungkinan hamil di masa depan, terutama jika dilakukan sebelum usia 35 tahun.

Dengan teknologi yang semakin canggih, sel telur mama dapat dibekukan dan disimpan dalam jangka panjang tanpa menurunkan kualitasnya. Saat Mama merasa sudah siap hamil, sel telur tersebut dapat dibuahi. Nah, Mama pasti penasaran kan dengan metode ini. Berikut, Popmama.com rangkum mengenal metode freezing egg, simak penjelasan dari dr. Nicho!

Apa Itu Metode Egg Freezing dan Bagaimana Cara Kerjanya?

acara media meet up eka hospital 1.jpg
Popmama.com/Evelly Antony Noor

Pembekuan sel telur atau freezing egg adalah proses medis di mana sel telur diambil dari ovarium, dibekukan dengan teknik vitrifikasi, dan disimpan dalam nitrogen cair bersuhu -196°C. Sel telur ini nantinya dapat digunakan kembali saat Mama sudah siap menjalani program kehamilan. Prosedur ini sendiri terbagi ke dalam beberapa tahap, mulai dari stimulasi ovarium, pengambilan sel telur, pembekuan, hingga penyimpanan jangka panjang.

“Salah satu prosesnya adalah dengan mengambil sel telur sebanyak-banyaknya dari perempuan melalui stimulasi. Dalam satu siklus, misalnya, bisa tumbuh hingga 10 sel telur. Namun, secara normal, tanpa stimulasi, hanya satu sel telur yang berkembang, sementara sisanya akan mati,” ujar dr. Nicho dalam media meet up yang diselenggarakan oleh Eka Hospital PIK, Jumat (20/05/2025) di Mewatu Coffee and Gallery.

Usia sendiri menjadi faktor krusial karena kualitas dan kuantitas sel telur akan menurun drastis setelahnya. Menurut dr. Nicho, prosedur ini sendiri idealnya dilakukan saat perempuan masih memiliki cadangan sel telur yang tinggi, yaitu di bawah usia 35 tahun. Dengan freezing egg, sel telur terbaik bisa disimpan sebelum kualitasnya turun.

“Pada perempuan di atas usia 35 tahun, tingkat kemampuan untuk bisa hamil hanya tersisa sekitar 30%. Setelah usia 35 tahun, penurunan ini berlangsung sangat cepat. Pada usia 40 tahun, kemampuannya tinggal sekitar 5%, dan saat menginjak usia 43 tahun, hanya tersisa sekitar 3%,” tambah dr. Nicho.

Siapa yang Sebaiknya Melakukan Freezing Egg

acara media meet up eka hospital 3.jpg
Popmama.com/Evelly Antony Noor

Freezing egg merupakan prosedur yang sangat cocok bagi Mama yang belum menikah atau ingin menunda kehamilan. Selain itu, prosedur ini juga sangat cocok bagi Mama dengan kondisi medis seperti endometriosis, insufisiensi ovarium prematur, penyakit autoimun, serta pasien kanker yang akan menjalani kemoterapi atau radioterapi.

“Saat ini, angka kasus kanker terus meningkat. Bagi Mama yang akan menjalani kemoterapi, perlu diketahui bahwa prosedur tersebut dapat menurunkan kualitas sel telur. Oleh karena itu, sebelum kemoterapi dilakukan, dalam waktu sekitar satu bulan, Mama masih bisa menjalani prosedur pembekuan sel telur jika ingin tetap hamil,” ujar dr. Nicho.

Selain itu, freezing egg sangat cocok bagi Mama yang belum menemukan pasangan hidup. Dengan metode ini, Mama tetap dapat hamil tanpa merasa terjebak oleh waktu.

"Dengan membekukan sel telur saat masih sehat dan muda, kita memberi diri kita sendiri kesempatan terbaik untuk hamil di masa depan," ujar dr. Febriyan.

Manfaat dan Efektivitas dari Freezing Egg

acara media meet up eka hospital 2.jpg
Popmama.com/Evelly Antony Noor

Salah satu keuntungan utama dari melakukan freezing egg adalah fleksibilitas. Dengan melakukan metode ini, Mama tidak perlu merasa terburu-buru untuk menikah atau hamil. Meski tidak menjamin 100% keberhasilan, freezing egg secara signifikan membantu meningkatkan peluang kehamilan jika dilakukan pada usia yang tepat.

Survival rate sel telur yang dibekukan sendiri berkisar 60-70%, sehingga semakin banyak sel telur yang berhasil diambil dan dibekukan, semakin besar kemungkinan keberhasilan program kehamilan. Oleh karena itu, penting untuk memaksimalkan jumlah sel telur dalam satu siklus.

“Karena dalam prosedur freezing egg, angka survival rate sel telur hanya sekitar 60–70%, maka dari itu kita perlu membekukan sebanyak mungkin sel telur. Misalnya, jika membekukan 10 sel telur, saat dicairkan kembali, yang bertahan hidup biasanya hanya 6–7 sel,” ujar dr. Nicho.

Efektivitas freezing egg  juga ditentukan oleh kualitas embrio dan kesiapan rahim saat dilakukan transfer. Oleh karena itu, meski sel telur dibekukan dalam kondisi baik, proses transfer embrio tetap harus mempertimbangkan usia dan kondisi tubuh saat itu. Mama disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter spesialis fertilitas untuk memastikan keberhasilan program kehamilan.

Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Melakukan Egg Freezing

acara media meet up eka hospital 12.jpg
Popmama.com/Evelly Antony Noor

Meski terdengar menjanjikan, freezing egg bukanlah prosedur yang bisa dilakukan sembarangan. Mama tetap memerlukan pemeriksaan awal, seperti pengukuran kadar AMH (Anti-Müllerian Hormone) dan USG transvaginal untuk menilai cadangan ovarium. Selain itu, proses pengambilan sel telur ini akan dilakukan melalui jalur bawah. Sehingga, prosedur ini hanya dapat dilakukan oleh perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Jika belum, prosedur bisa dilakukan dari jalur atas, namun biayanya akan menjadi lebih mahal.

Selain itu, Mama juga perlu memperhatikan waktu untuk melakukan transfer embrio. Meski sel telur dibekukan di usia muda, peluang keberhasilan akan tetap dipengaruhi oleh usia saat embrio.

“Jangan sampai sudah pernah melakukan freezing egg di bawah usia 35 tahun, tetapi baru melakukan transfer pada usia 45 tahun. Angka keberhasilannya tetap akan menurun seiring bertambahnya usia,” ujar dr. Nicho.

Biaya juga menjadi pertimbangan penting karena prosedur ini tidak murah. Terdapat beberapa tahapan yang memerlukan biaya tersendiri, mulai dari stimulasi hormon, pengambilan sel telur, penyimpanan, hingga program bayi tabung di masa depan. Oleh karena itu, perencanaan dan konsultasi dengan spesialis fertilitas sangatlah penting.

Itu dia, mengenal metode freezing egg, simak penjelasan dari dr. Nicho! Dengan memahami metode egg freezing dan mempertimbangkan waktu, Mama dapat mengambil langkah cerdas untuk menjaga kesuburan dan membuka peluang menjadi ibu di waktu yang tepat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Onic Metheany
EditorOnic Metheany
Follow Us