Cara Mengeluarkan Bayi yang Meninggal dalam Kandungan

- Bayi meninggal dalam kandungan disebut stillbirth setelah usia kehamilan 20 minggu, bisa menyebabkan trauma bagi orang tua dan memiliki beragam penyebab.
- Prosedur medis untuk mengeluarkan bayi meliputi induksi persalinan, menunggu persalinan alami, operasi caesar, dan dilatasi serta kuretase (D&C).
- Setiap prosedur harus disesuaikan dengan kondisi ibu dan memerlukan dukungan keluarga untuk pemulihan fisik dan mental.
Mengalami kehilangan bayi dalam kandungan menjadi kabar yang paling berat untuk diterima mama dan papa. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut stillbirth, yaitu ketika janin meninggal di dalam rahim setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu atau lebih.
Meski menyedihkan, bayi yang meninggal harus segera dikeluarkan agar kesehatan ibu tetap terjaga. Di sini dokter atau bidan akan melakukan berbagai prosedur medis untuk membantu mengeluarkan bayi tersebut.
Berikut Popmama.com rangkum cara mengeluarkan bayi yang meninggal dalam kandungan, seperti apa?
Bisa Bikin Trauma, Ini Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun ada hampir dua juta kasus stillbirth, dan sekitar 40 persennya terjadi saat proses persalinan berlangsung. Penyebab kematian janin dalam kandungan sendiri beragam, bisa berasal dari faktor ibu maupun janinnya itu sendiri.
Informasi pendukung menyebut kalau bayi yang meninggal dalam kandungan bisa menyebabkan trauma. Tidak hanya untuk ibu kebanyakan, tapi juga untuk papa.
Beberapa faktor penyebab umum diantaranya: gangguan pada plasenta yang menghambat asupan oksigen dan nutrisi, masalah pada tali pusar, kelainan genetik atau kromosom, infeksi selama kehamilan, komplikasi medis pada ibu seperti preeklampsia, diabetes gestasional, hingga obesitas.
Prosedur dan Cara Mengeluarkan Bayi yang Meninggal dalam Kandungan
1. Induksi persalinan

Induksi persalinan biasanya jadi pilihan pertama untuk membantu ibu melahirkan secara normal. Dokter akan memberikan obat khusus, seperti prostaglandin yang dimasukkan ke vagina agar serviks lebih cepat membuka.
Selain itu, infus oksitosin juga diberikan untuk merangsang kontraksi rahim. Proses ini biasanya membutuhkan waktu 6-12 jam sampai persalinan dimulai.
Meski melelahkan secara fisik dan mental, induksi dinilai aman bagi sebagian besar ibu dan memungkinkan bayi lahir melalui jalan lahir secara alami.
2. Menunggu persalinan alami

Pada usia kehamilan yang sudah mendekati cukup bulan, persalinan bisa saja terjadi secara alami dalam dua minggu setelah janin meninggal. Namun, dokter akan mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu.
Jika ada risiko infeksi atau komplikasi, biasanya disarankan segera melakukan persalinan.
3. Melalui operasi caesar

Selain itu, pada kondisi tertentu ibu bisa dianjurkan menjalani operasi caesar. Operasi ini bertujuan mencegah komplikasi serius, termasuk perdarahan.
Prosedur ini pada umumnya disarankan bila posisi bayi sungsang, ukuran bayi lebih besar dari panggul ibu, ibu mengalami kelainan plasenta, atau ibu hamil kembar.
4. Dilatasi dan kuretase (D&C)

Bila kehamilan masih berada di trimester kedua, dokter mungkin memilih tindakan dilatasi dan kuretase. Prosedur ini dilakukan dengan memperlebar leher rahim, lalu mengeluarkan jaringan janin menggunakan alat medis khusus.
Metode kuretase biasanya lebih cepat dan memiliki risiko komplikasi lebih rendah dibanding induksi persalinan. Meski begitu, tetap dibutuhkan pemulihan fisik dan mental setelah prosedur ini, sehingga dukungan keluarga sangat penting untuk membantu ibu melewati masa sulit.
Itulah tadi cara mengeluarkan bayi yang meninggal dalam kandungan. Setiap prosedur tentu akan disesuaikan dengan kondisi ibu, sehingga penting untuk selalu mengikuti arahan dokter agar prosesnya aman dan sehat.



















