Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Laringomalasia: Gejala, Penyebab, dan Bahayanya bagi Bayi

Unsplash/Minnie Zhou
Unsplash/Minnie Zhou

Laringomalasia adalah kelainan bawaan pada tulang rawan laring. Ini adalah lesi dinamis yang mengakibatkan kolapsnya struktur supraglotis ketika bayi bernapas, sehingga menyebabkan tersumbatnya jalan napas.

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Setiap bayi memiliki risiko untuk mengalami laringomalasia. Untuk itu, penting bagi Mama untuk mewaspadai kelainan ini. Lalu apa saja penyebab dan gejala laringomalasia yang bisa terjadi pada bayi?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai penyebab dan gejala laringomalasia, serta informasi penting lainnya yang perlu Mama ketahui.

1. Apa itu laringomalasia

Unsplash/Peter Oslanec
Unsplash/Peter Oslanec

Laringomalasia merupakan kelainan bawaan yang menyebabkan terganggu atau terlambatnya pertumbuhan jaringan laring. Hal ini bisa berakibat pada jaringan-jaringan pada sistem pernapasan menjadi lemah dan menutup sebagian jalan napas.

Tingkat keparahan laringomalasia pada bayi bisa beragam. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini bukanlah hal yang serius karena biasanya ada kemungkinan laring akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Laringomalasia biasanya mengalami perbaikan saat si Kecil berusia 20-24 bulan.

Namun pada kondisi yang lainnya, laringomalasia bisa menyebabkan si Kecil mengalami kesulitan makan, bernapas, hingga akhirnya menyebabkan si Kecil sulit untuk mengalami kenaikan berat badan. Jadi, disarankan untuk Mama agar selalu memeriksa kesehatan si Kecil ya, Ma.

2. Penyebab laringomalasia

Unsplash/Jonathan Borba
Unsplash/Jonathan Borba

Penyebab dari kondisi ini masih belum diketahui secara jelas mengapa bayi dapat mengembangkan laringomalasia.

Menurut para ahli respiratori anak di Rumah Sakit Anak Monroe Carell Jr Vanderbilt, Nashville, Texas, kondisi ini dianggap sebagai perkembangan abnormal tulang rawan laring atau bagian lain dari pita suara. Penyebab laringomalasia diduga akibat dari kondisi neurologis yang memengaruhi saraf pita suara.

Penyebab laringomalasia lain diduga merupakan kelainan yang diturunkan oleh orangtua, meskipun bukti untuk penyebab ini masih belum cukup kuat. Terkadang kelainan bawaan ini juga dihubungkan dengan cacat lahir tertentu, seperti disgenesis gonad dan sindrom Costello.

Namun, anggota keluarga dengan sindrom tertentu tidak selalu memiliki gejala yang sama dan tidak semua memiliki laringomalasia.

3. Tanda dan gejala laringomalasia pada bayi

Unsplash/Khoa Pham
Unsplash/Khoa Pham

Bayi yang lahir dengan laringomalasia dapat menunjukkan gejala sesaat setelah dilahirkan. Tidak jarang pernapasan yang terdengar seperti dengkuran memburuk sebelum kemudian membaik dengan sendirinya, biasanya sekitar 4-8 bulan.

Bila si Kecil mengalami kondisi ini saat ia lahir, biasanya Mama dapat melihat gejalanya dengan jelas dalam beberapa minggu pertama. Beberapa gejala yang bisa Mama amati, antara lain:

  • Suara napas terdengar grok grok. Sering kali menjadi lebih buruk ketika bayi sedang menyusu, gelisah, menangis atau tidur telentang,
  • mengalami kesulitan makan,
  • suara bernada tinggi,
  • berat badan buruk,
  • sering tersedak saat makan,
  • sleep apnea,
  • sianosis atau kulit membiru,
  • menarik leher dan dada setiap bernapas,
  • aspirasi (menghirup makanan ke paru-paru),
  • mengalami gastroesophageal reflux seperti muntah-muntah.

4. Kapan Mama perlu khawatir?

Pexels/Gustavo Fring
Pexels/Gustavo Fring

Sebaiknya Mama segera menghubungi dokter bila si Kecil mengalami beberapa gejala yang patut mendapatkan pertolongan medis seperti berikut ini:

  • Berat badan si Kecil tidak kunjung naik.
  • Bibir berubah menjadi biru dan napasnya terdengar berisik.
  • Si Kecil berhenti bernapas selama lebih dari 10 detik.
  • Leher atau dada nampak tertarik setelah dibangunkan.

5. Apa saja upaya yang bisa Mama lakukan?

Unsplash/Raul Angel
Unsplash/Raul Angel

Pada kondisi laringomalasia yang normal, biasanya operasi tidak sampai dilakukan. Namun, si Kecil yang mengalami kondisi ini sebaiknya diperhatikan kebutuhan dan cara pemberian ASI.

Beberapa upaya yang bisa Mama lakukan, antara lain:

  • Posisikanlah si Kecil tegak saat jeda minum ASI, hal ini dilakukan agar penapasannya bisa lebih lancar.
  • Setelah si Kecil merasa kenyang, sebaiknya jangan langsung membaringkannya agar tidak terjadi refluks ASI.
  • Sebaiknya Mama tunggu si Kecil sampai sendawa atau mengeluarkan gumoh.

Bila Mama sudah mempraktikkan beberapa hal di atas namun si Kecil menunjukkan gejala berbahaya, sebaiknya Mama segera konsultasikan ke dokter.

Itulah beberapa informasi mengenai laringomalasia pada bayi. Bila si Kecil mengalami berbagai gejala di atas sebaiknya Mama segera periksakan ke dokter. Semoga informasi ini bisa membuat Mama lebih waspada dan cepat tanggap ya, Ma.

Share
Editorial Team

Anak Makan Makanan yang Sudah Disemutin, Ini Bahayanya Kata Dokter!

bayimakann.png
Freepik.com

Makanan sering kali dikerumuni semut, terutama makanan yang disimpan di ruang terbuka. Ketika makanan sudah dikerumuni semut, tak jarang anak-anak tetap mengonsumsi makanan tersebut.

Nah, kebiasaan makan makanan yang sudah disemutin itu sebetulnya tidak baik, Ma. Hal ini karena makanan yang sudah disemutin bisa menyebabkan bahaya untuk kesehatan.

Kali ini Popmama.com telah rangkum bahaya anak makan makanan yang sudah disemutin berdasarkan penjelasan dokter.

Apakah Bahaya jika Anak Tak Sengaja Makan Semut?

bayimakan.png
Freepik.com

Anak-anak umumnya tidak memeriksa makanan yang akan dimakan, sehingga bisa saja semut yang ada pada makanan tersebut ikut tertelan.

Ada dua kemungkinan jika anak tidak sengaja makan semut, bisa tidak berbahaya dan bisa juga jadi berbahaya

Tidak akan jadi masalah jika jumlah semutnya sedikit dan jenis semut yang termakannya semut hitam atau semut yang suka ada pada gula.

Bisa jadi berbahaya dan perlu waspada jika semut yang termakannya banyak dan jenis semutnya yang berbahaya seperti semut api. Hal ini bisa menyebabkan anak mual, muntah, demam, dan muncul reaksi alergi.

Bahaya Konsumsi Makanan yang Disemutin