Mengenal Doljanchi, Tradisi Korea yang Mirip Upacara Tedak Siten Jawa

Doljanchi lahir dari kisah pilu saat ekonomi Korea sulit dan banyak bayi meninggal sebelum setahun

10 Desember 2020

Mengenal Doljanchi, Tradisi Korea Mirip Upacara Tedak Siten Jawa
Instagram.com/riniyulianti

Ada beberapa tradisi menarik untuk menyambut kelahiran anak di Indonesia. Salah satu yang terkenal adalah Tedak Siten. Tradisi ini berasal dari kepercayaan masyarakat Jawa yang dilakukan pada bayi berusia tujuh atau delapan bulan. Biasanya tradisi ini dilakukan sebagai rasa syukur untuk kelahiran sang Anak ke dunia.

Di Korea Selatan, ternyata ada tradisi yang hampir mirip dengan Tedak Siten yakni Doljanchi. Tradisi ini adalah perayaan ulang tahun pertama sang Anak. Tradisi Doljanchi berawal dari banyaknya bayi yang meninggal sebelum berusia satu tahun saat itu. Sehingga perayaan Doljanchi menjadi harapan bagi orangtua agar bayinya berumur panjang.

Salah satu artis Indonesia yang merayakan Doljanchi adalah Rini Yulianti. Suami Rini merupakan orang Korea Selatan bernama Michael Andrew Ha. Pada 11 November 2018, Rini melahirkan putra bernama Xavier Young Min Ha. Setahun kemudian, tepatnya pada 11 November 2019 Rini dan suami merayakan ulang tahun pertama Xavier dan menyelanggarakan tradisi Doljanchi.

Apa saja persamaan tradisi Doljanchi dan Tedak Siten? Berikut Popmama.com rangkum informasi lengkapnya.

1. Sejarah tradisi Doljanchi, berawal dari kisah pilu

1. Sejarah tradisi Doljanchi, berawal dari kisah pilu
Pixabay/Modern Seoul

Tradisi Doljanchi atau jika ditulis dalam hangul λŒμž”μΉ˜ (doljabi) adalah tradisi yang sudah ada sejak Korea masih menjadi negara miskin. Tradisi ini disebut sebagai ulang tahun pertama anak yang biasanya diselenggarakan meriah oleh keluarga.

Tradisi ini dianggap penting bagi orang Korea karena menganggap umur satu tahun adalah awal dari kehidupan anak ke depannya. Ternyata ada kisah pilu dibalik tradisi ini. Saat keadaan Korea masih sulit bahkan dicap miskin, angka kematian bayi sangat tinggi dan banyak yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.

Sehingga tradisi Doljanchi ini diadakan sebagai ungkapan syukur dan memohon agar anak berumur panjang. Pada saat Doljanchi, orangtua bayi akan mengundang sanak saudara dan teman-teman mereka. Umumnya sajian yang dihidangkan untuk para tamu adalah kue-kue beras (tteok), sup rumput laut, dan buah-buahan.

2. Doljanchi dan Tedak Siten sebagai bentuk rasa syukur orangtua

2. Doljanchi Tedak Siten sebagai bentuk rasa syukur orangtua
Pixabay/kim881231

Di Indonesia ada tradisi Tedak Siten atau tradisi ‘turun tanah’ yang menjadi permulaan bagi anak untuk tumbuh menjadi anak yang mandiri ke depannya. Makna ini serupa dengan Doljanchi yang juga menjadi permulaan dari kehidupan anak.

Seperti yang diketahui, awal adanya tradisi Doljanchi adalah sebagai rasa syukur orangtua karena anak mereka berhasil hidup hingga umur satu tahun. Tradisi ini juga sebagai harapan dari orangtua bayi agar anaknya berumur panjang dan sukses. Nilai ini serupa dengan upacara Tedak Siten yang biasanya diiringi doa-doa dari orangtua dan sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya.

3. Tedak Siten dan Doljanchi dipercaya dapat memprediksi masa depan anak

3. Tedak Siten Doljanchi dipercaya dapat memprediksi masa depan anak
Instagram.com/riniyulianti

Ada satu hal unik yang menjadi kesamaan Tedak Siten dan Doljanchi meski berbeda budaya dan lahir dari asal-usul yang berbeda. Pasalnya, upacara Tedak Siten dan Doljanchi dipercaya bisa memprediksi masa depan anak.

Dalam upacara Tedak Sinten, ada satu momen di mana bayi dimasukkan ke dalam kurungan dan memilih benda-benda tertentu. Misalnya, perhiasan emas, uang, buku tulis, mainan dan sebagainya. Kemudian si anak memiliki salah satu di antaranya yang merupakan gambaran dari hobi dan masa depan kehidupan anak itu kelak. Misalnya, ketika ia mengambil uang maka ia akan memiliki kehidupan yang sejahtera dan kaya.

Hal serupa juga ada pada tradisi Doljanchi. Si Bayi akan memilih benda-benda yang telah disiapkan. Benda-benda itu mengandung arti yang akan memprediksi karir yang akan mereka tempuh pada masa depan.

Jika bayi memilih kuas atau buku maka di masa depan ia dipercaya akan jadi ilmuwan, jika mengambil uang atau beras maka saat dewasa ia akan jadi orang kaya. Si Bayi akan menjadi seorang pejabat bila memilih kue dan bisa menjadi pemimpin militer jika memilih pedang atau panah. Jika si Bayi memilih benang, orangtua percaya bahwa anaknya akan berumur panjang.

Itulah tadi keunikan tradisi Doljanchi yang ternyata mirip dengan upacara Tedak Siten di Indonesia. Meski Indonesia dan Korea ini memiliki latar budaya yang berbeda ternyata dalam dua tradisi menyambut kelahiran anak ini ada kesamaan ya, Ma.

Kira-kira apa lagi ya tradisi yang mirip-mirip di Indonesia dari Negeri Ginseng, ada yang tahu?

Baca juga:

The Latest