Suatu saat Mama mendengarkan suara "duk duk duk" dan mendapatkan si Kecil sedang membentur-benturkan kepalanya ke tempat tidurnya, ke dinding, ke lemari, atau ke kaca mobil. Mama bisa jadi khawatir, namun si Kecil nampak menikmatinya.
Berbahayakah hal ini dan mengapa ia melakukannya?
Membenturkan kepala atau mengangguk-anggukkan kepala adalah hal yang wajar bagi bayi. Kegiatan ini merupakan salah satu gerakan ritmis, yang mulai ia nikmati saat mencapai usia di atas enam bulan.
Ada beberapa penyebab dari kegiatan membentur-benturkan atau menangguk-anggukkan kepala yang ia lakukan.
1. Menirukan gerakan ayunan gendongan
Pixabay/Free-Photos
Pada saat-saat seperti ini, bisa jadi si Kecil sedang menirukan dan ingin menikmati rasanya digendong dan diayun oleh Mama atau Papa.
Maka, ia mengayun-ayunkan tubuhnya termasuk kepalanya dan tanpa sadari ia membenturkan kepalanya ke dinding atau tempat keras lainnya, misalnya pagar ranjang.
Namun, karena bergoyang memberikan sensasi tenang dan nyaman, ia tidak menyadari bahwa ia telah menyakiti tubuhnya dengan membenturkannya ke dinding.
Editors' Pick
2. Mengalami sakit gusi
Pixabay/PublicDomainPictures
Saat giginya mulai bermunculan, bisa jadi si Kecil berusaha menghilangkan rasa sakit yang ia alami dengan menggoyangkan atau membenturkan kepalanya.
Gerakan membenturkan kepala bisa mengalihkan perasaan sakit dan tak nyaman karena gusinya yang bengkak itu. Jadi, berikan hal lain yang bisa membuat gusinya nyaman, misalnya teether atau buah-buahan dingin agar ia tak lagi membenturkan kepalanya karena sakit gigi.
3. Saat bayi mengantuk
Pixabay/Ben_Kerckx
Jika bayi melakukan hal ini pada saat seharusnya ia tidur siang, atau pada saat terbangun di malam hari, bisa jadi ini adalah cara dia untuk mengusir rasa kantuk yang sedang melandanya.
Kadang, meski telah sangat mengantuk, si Bayi enggan menghentikan kegiatan bermainnya. Demi tetap terjaga, ia membenturkan kepalanya. Ini sama seperti jika Mama mengantuk kemudian tanpa sengaja membenturkan kepala dan kemudian menjadi kembali terjaga.
4. Bayi mengalami stres
Flickr/Berenice Garcia
Salah satu alasan bayi melakukan hal ini bisa jadi akibat stres yang ia alami, karena sedang disapih misalnya, atau karena ia sedang belajar berjalan.
Membenturkan kepala di saat seperti ini mirip saat orang dewasa melepas kemarahan dengan memukul dinding. Cara menyakiti diri sendiri untuk melawan stres tidak boleh dibiasakan lho, Ma!
Hal yang Harus Mama Waspadai!
Pxabay/PublicDomainPictures
Kegiatan menganggukkan kepala bisa jadi dimulai sejak usia enam bulan. Sedangkan kegiatan membenturkan kepala biasanya dimulai oleh bayi pada usia sekitar sembilan bulan. Hal ini dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, bahkan bisa lebih dari setahun.
Bisa jadi Mama khawatir. Namun ternyata, menurut para ahli, kebiasaan membenturkan kepala ini tidak berbahaya bagi bayi, dengan catatan bahwa ia melakukannya dalam keadaan riang, bukan dalam keadaan tertekan.
Hal yang bisa Mama lakukan untuk mengurangi hal ini adalah lebih banyak memberinya perhatian dan pelukan. Mama juga bisa mengendong dan mengayunnya sebelum tidur, dan pastikan ia benar-benar terlelap sebelum diletakkan di tempat tidurnya.
Ajak bayi duduk di kursi goyang, atau ajak ia bermain ayunan jika ada. Mama bisa pula memberinya permainan yang bisa menciptakan suara ritmis.
Jika Mama tak memiliki mainan yang bisa ia pukul seperti drum kecil, sendok serta panci bisa menjadi alternatif yang menyenangkan. Ajak juga si Kecil untuk mendengarkan musik sambil menari-nari.
Namun, jika bayi membenturkan kepalanya setiap saat, dalam keadaan selalu marah atau kesakitan, disertai perkembangan motorik yang lambat, Mama harus berkonsultasi dengan dokter anak mengenai masalah ini, ya.