Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Contoh Cerita Fiksi Beserta Pengertian, Jenis, Ciri, dan Unsurnya

Freepik/Zinkevych
Freepik/Zinkevych

Cerita fiksi termasuk salah satu materi sekolah yang diajarkan pada anak. Selain memahami cerita fiksi, anak juga diharapkan bisa membuat contoh cerita fiksi serta mengidentifikasi ciri-cirinya. Sehingga, anak bisa membedakan cerita fiksi dan cerita non fiksi.

Sebagai orangtua, Mama dan Papa juga bisa mengajarkan anak materi tersebut di rumah. Temani anak membaca contoh cerita fiksi dan diskusikan ciri-cirinya. Dengan bantuan orangtua, anak pun makin memahami materi pelajaran.

Selain contoh cerita fiksi, apa saja pengetahuan yang bisa diajarkan pada anak? Simak ulasan Popmama.com berikut, ya.

1. Apa itu cerita fiksi?

Freepik/Freepik
Freepik/Freepik

Sebelum memberikan contoh cerita fiksi, sebaiknya jelaskan tentang pengertian cerita fiksi terlebih dulu. Sehingga, anak memahami dasar pengetahuan cerita fiksi serta bisa mengidentifikasikan ciri-cirinya.

Berbeda dengan cerita non fiksi, cerita fiksi adalah karya sastra yang dibuat berdasarkan fantasi atau imajinasi penulisnya.

Sedangkan cerita non fiksi adalah karya yang dibuat berdasarkan data. Sehingga, karya non fiksi bersifat nyata dan sesuai kaidah ilmiah.

Berawal imajinasi, seorang penulis menggambarkan suatu kejadian atau realitas. Kemudian, ia menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan. Jadi, penulisan cerita fiksi sangat bergantung pada daya imajinasi dan kreativitas penulisnya. 

Meski tidak berdasarkan kejadian nyata, cerita fiksi mengandung pesan atau nilai-nilai yang ingin disampaikan penulis. Pesan moral yang terkandung pun bermacam-macam, mulai dari pesan tentang pendidikan, pola asuh, sampai kesopanan.

2. Ciri-ciri cerita fiksi

Freepik/Gpointstudio
Freepik/Gpointstudio

Selain memberikan contoh cerita fiksi, Mama dan Papa bisa mengajarkan tentang ciri-cirinya. Salah satu ciri cerita fiksi yang mudah diketahui adalah sifatnya yang fiktif (tidak nyata). Sifat inilah yang menjadi dasar perbedaan cerita fiksi dan cerita non fiksi.

Berikut ciri-ciri cerita fiksi yang penting diketahui anak:

  1. Berdasarkan imajinasi pengarang
  2. Menggunakan bahasa konotatif
  3. Mengandung pesan moral atau amanat
  4. Bersifat fiktif
  5. Gaya bahasa bisa tidak formal, tapi seperti gaya bertutur
  6. Berisi alur cerita yang saling terhubung, memiliki tokoh, konflik, dan penyelesaian konflik.

3. Jenis-jenis cerita fiksi

Freepik/Pressfoto
Freepik/Pressfoto

Contoh cerita fiksi dipengaruhi oleh jenis-jenisnya. Jadi, jenis cerita fiksi bukan hanya satu, ada cerita fiksi yang berbentuk novel, cerita pendek (cerpen), dan roman.

Novel adalah karya prosa panjang sampai berlembar-lembar. Novel menceritakan kisah beberapa tokoh yang saling terhubung.

Sementara itu, cerpen bisa dibilang cerita sekali duduk karena bisa dibaca dalam hitungan menit. Cerpen lebih ringkas dan padat. Namun, cerpen bisa menceritakan alur mulai dari awal konflik sampai konflik terselesaikan.

4. Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita fiksi

Freepik/PV Productions
Freepik/PV Productions

Perbedaan karya fiksi dan non fiksi adalah unsur yang terkandung di dalamnya. Cerita fiksi mengandung unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerita fiksi, mulai dari tema, tokoh, alur, konflik, dan amanat.

Berikut penjelasan unsur intrinsik:

  • Tema adalah gagasan umum yang mendukung cerita
  • Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Ada tokoh utama dan pendukung. Selain itu, ada tokoh antagonis dan protagonis
  • Penokohan adalah penggambaran karakter tiap tokoh
  • Latar adalah tempat kejadian yang memuat latar tempat, latar waktu, dan latar sosial atau suasana
  • Alur adalah jalan cerita yang memuat rangkaian peristiwa
  • Konflik merupakan ketegangan antar tokoh dalam cerita
  • Klimaks adalah ketika konflik mencapai intensitas tertinggi dan tak terelakkan
  • Sudut pandang adalah cara penulis dalam menyajikan cerita.

Sementara itu, ada unsur ekstrinsik dalam cerita fiksi. Unsur ini berada di luar cerita, tapi memengaruhi pengarang dalam menulis ceritanya. Berikut unsur cerita ekstrinsik:

  • Kondisi psikologi pengarang
  • Kondisi lingkungan
  • Keyakinan pengarang
  • Pandangan hidup pengarang
  • Pandangan hidup masyarakat.

5. Contoh cerita fiksi

Freepik/Freepik
Freepik/Freepik

Terakhir, berikut contoh cerita fiksi dan pengarangnya. Mama dan Papa bisa memberitahu contoh ini pada anak sebagai bahan belajar.

Rahasia Logam Cerpen

(Karya Alif Kurniawan)

Ini untuk pertama kalinya aku berulang tahun di negeri orang. Tidak ada teman, saudara, atau tetangga sebelah rumah yang bisa kuajak merayakannya. Ah, tapi tak apa-apa. Aku masih punya Mama, Papa, dan… 

"Alia!" panggil Usagi, teman sebangkuku yang selalu menemaniku selama aku tinggal di jepang, "Hari ini kamu ulang tahun, kan? Selamat, ya! Semoga panjang umur," Usagi mengulurkan tangan. 

"Terima kasih," aku membalas uluran tangannya. Usagi merapatkan mantel putihnya, begitu juga aku. Musim salju mulai turun. 

Semua murid memakai mantel tebal. Aku dan Usagi menuju halte bus. "Kok, kamu sepertinya tidak bahagia?" tanya Usagi lagi. 

Aku mengedikkan bahu. Aku memang agak sedih karena tidak ada yang merayakan ulang tahunku. Tiba-tiba mataku tertuju pada kilauan benda kecil di depanku. Segera kuambil.

Owww … sekeping uang logam. "Uang logam tahun berapa?" 

Usagi merebut logam itu dari tanganku. "Hebat!" teriaknya tiba-tiba, cukup mengagetkan. 

"Li, ini benar-benar hari keberuntungan buat kamu!" lanjutnya. 

"Apa maksudmu?" tanyaku tidak mengerti. 

"Menurut orang jepang, kalau kita menemukan uang logam pada hari ulang tahun, dan tahun pembuatan uang logam tersebut sesuai dengan tahun kelahiran kita, maka tiga permintaan kita akan dikabulkan!" jelas Usagi panjang lebar. 

Aku tersenyum, "Aku tidak percaya," kataku. 

"Kamu harus percaya. Tuhan sedang berbaik hati pada kamu!" Usagi mengembalikan uang logam itu. Kulihat tahun pembuatannya sama dengan tahun kelahiranku.

"Ayo Alia, sekarang kamu harus minta sesuatu!" Usagi terus memaksa. aku tidak percaya, tapi tidak apa-apalah.

"Kalau begitu aku akan minta kepada Tuhan, supaya hari ini ada matahari bersinar!" kataku akhirnya. Beberapa saat kemudian permintaanku itu benar-benar dikabulkan Tuhan. 

"Lihat Alia!" teriakan Usagi, "Lihat! Matahri muncul di balik awan!" 

Ah, aku hampir-hampir tidak percaya. Matahari muncul di langit sana, padahal sekarang musim salju! 

"Betul, kan, apa yang kubilang. Tuhan sedang berbaik hati sama kamu. Sekarang, coba ajukan permintaan kedua! Ayo, Alia!" kata Usagi. 

"Aku mau hadiah bunga sakura!" aku mengucapkan permintaan kedua. Diiin! Diiin! Bus yang aku tunggu datang. 

"Aku pulang dulu, ya! Nanti aku telepon!" kataku sebelum masuk bus. 

Usagi mengangguk, lalu melambaikan tangan. Di dalam bus aku tersenyum sendiri. Apa benar yang dikatakan Usagi? Ah, aku yakin itu hanya kebetulan saja. Mana mungkin uang logam bisa membawa keberuntungan? Aku tak yakin permintaan kedua terkabul. "Stop!" teriakku sampai di depan rumahku. 

"Cepat masuk Alia!" kata Mama begitu pintu dibuka. Sepertinya sebentar lagi akan ada badai salju. Aku mencium tangan Mama lalu masuk ke kamar. Sekali lagi aku terkejut. 

Di kamarku sudah ada beberapa tangkai bunga sakura. "Itu bunga dari Tante Irma. Tadi dia ke sini," Mama menjelaskan. Ya Tuhan … Usagi benar! Aku menuju telepon dan memijit nomor telepon Usagi. Kebetulan ia sudah sampai di rumah. Aku ceritakan permintaan keduaku itu. 

"Sekarang apa permintaan terakhir kamu?" tanya Usagi. 

Aku garuk-garuk kepala, "Aku … aku tidak tahu." 

"Begini saja, bagaimana kalau kamu minta pada Tuhan agar hasil ulanganmu selalu yang terbaik!" usul Usagi beberapa saat kemudian. 

"Ah, kamu ada-ada saja!" tolakku. 

"Ini kesempatan baik Alia!" 

"Tidak! Itu nanti akan membuatku malas belajar!" 

"Tapi …" Sekitar seperempat jam aku berdebat dengan Usagi. Hingga akhirnya aku dan Usagi bertengkar. Usagi membanting telepon. Aku juga membanting telepon. 

"Ada apa sih?" tanya Mama melihat kelakuanku. 

"Tidak baik membanting-banting telepon!" 

"Habis Usagi duluan," gerutuku. 

"Memangnya ada apa?" tanya Mama lagi. Aku menarik napas sejenak, lantas menceritakan semuanya. Tentang uang logam itu, tentang permintaan pertama dan kedua yang dikabulkan, dan tentang permintaan terakhir yang membuatku membanting telepon. 

"Kamu benar! Meskipun Tuhan sedang berbaik hati padamu, tapi sebaiknya jangan menuruti permintaan Usagi itu," Mama mendukungku. 

"Lalu aku minta apa?" tanyaku sebelum Mama meninggalkanku. Mama menghentikan langkahnya,

"Bagaimana kalau kamu minta sahabat saja? iya, seorang sahabat sejati!" katanya.

Sahabat? Ya! Kenapa tidak? Akhirnya aku minta pada Tuhan supaya diberi seorang sahabat sejati. Aku lalu masuk kamar, mengganti pakaian, lalu menuju meja makan. Aku baru saja menyiapkan piring ketika bel berbunyi. Kudengar Mama membuka pintu.

"Alia! Coba kamu lihat, siapa yang datang," kata Mama. 

Aku menoleh. Usagi?! Usagi tersenyum, mendekati tempat dudukku dan mengulurkan tangan, "Maafkan aku, ya! Aku …" 

Aku menggeleng-geleng. Aku tidak mau mendengar kelanjutan perkataan Usagi. Aku yakin Usagi menyesali perbuatannya karena dia seorang sahabat sejati yang dikirimkan Tuhan untukku. Seperti permintaan terakhirku!.

Itulah contoh cerita fiksi beserta pengertian, ciri-ciri, unsur, dan jenis-jenisnya.

Walaupun sudah diajarkan di sekolah, tapi Mama dan Papa bisa mengajarkan pada anak juga. Sehingga, anak makin paham tentang cerita fiksi. Setelah itu, anak juga bisa belajar menulis cerita fiksi sendiri.

Semoga bermanfaat.

Share
Topics
Editorial Team
Addina Zulfa Fa'izah
EditorAddina Zulfa Fa'izah
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

7 Alasan Pengalaman Liburan Lebih Bermakna dari Mainan untuk Masa Depan Anak

19 Des 2025, 10:05 WIBBig Kid