- Pemahaman dan keyakinan seseorang tentang konsumerisme yang membuat termotivasi untuk membeli sebuah barang
- Ingin diakui keberadaannya oleh orang-orang sekitar berkat menggunakan barang/jasa tertentu
Apa Itu Konsumerisme? Remaja Wajib Tahu Dampak Negatifnya

Berbelanja tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sosial setiap manusia. Aktivitas tersebut jadi salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui transaksi jual-beli. Tak hanya untuk mencukupi kebutuhan primer saja, tujuan seseorang berbelanja bisa pula sekadar memuaskan keinginan belaka.
Kehadiran berbagai platform belanja daring (e-commerce) kian memanjakan masyarakat dalam melakukan kegiatan berbelanja jadi lebih mudah. Kecanggihan teknologi membuat kamu bisa berbelanja hanya dalam genggaman melalui gawai. Benda kotak tersebut akan menampilkan barang-barang yang kamu cari atau butuhkan.
Tidak hanya itu saja, pembayarannya pun bisa dari mana saja dan kapan saja melalui mobile banking ataupun dompet digital. Sampai akhirnya, sebagian orang menganggap kebiasaan berbelanja ini jadi bagian gaya hidup atau disebut konsumerisme.
Namun, perlu diketahui bahwa konsumerisme dapat membawa efek yang buruk bagi kehidupan kamu lho. Popmama.com akan mengulas terkait dampak negatif konsumerisme. Apa saja? Simak penjelasannya di bawah ini, ya.
Konsumerisme adalah...

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumerisme merupakan paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Konsumerisme juga diartikan sebagai gaya hidup tidak hemat.
Konsumerisme memiliki definisi lain, yakni sebagai ideologi sekelompok masyarakat yang melakukan proses konsumsi serta pemakaian barang-barang produksi secara berlebihan. Sederhananya, istilah konsumerisme merujuk pada gaya hidup konsumtif atau boros.
Fenomena konsumerisme ini sudah menjadi tren di kalangan remaja. Kamu pernah mendengar atau mengalami sendiri membeli sebuah benda karena alasan lucu tanpa memikirkan fungsionalnya.
Nah, itu sudah termasuk tindakan konsumerisme lho. Secara tidak langsung maka kegiatan belanja yang kamu lakukan hanya sekadar buang-buang uang karena berujung sia-sia. Barang tersebut hanya memenuhi ruangan saja dan tidak terawat
Faktor Penyebab Munculnya Sifat Konsumerisme pada Remaja

Gaya hidup boros ini tentu lebih banyak mendatangkan pengaruh negatif daripada positif. Bukan tidak mungkin kamu tidak bisa "mengerem" untuk tidak membeli sebuah barang padahal tidak membutuhkannya.
Konsumerisme dipengaruhi di kalangan remaja adalah globalisasi dan modernisasi. Globalisasi menyebabkan kamu jadi lebih mudah memperoleh barang-barang dari luar negeri secara mudah melalui platform belanja daring.
Sementara modernisasi menghadirkan kemajuan teknologi di berbagai bidang, termasuk proses transaksi jual-beli. E-commerce adalah wujud kemajuan teknologi yang membuat transaksi lebih efektif dan efisien.
Faktor penyebab sifat konsumerisme berasal dari dalam diri sendiri (internal) serta eksternal yang meliputi:
Faktor Internal
Faktor Eksternal
- Ingin mengikuti tren terkini dengan menggunakan benda tertentu
- Adanya tekanan dari luar (seperti lingkaran pertemanan atau orang sekitar) yang mengharuskan membeli atau memakai barang/jasa
- Produsen melakukan cara pemasaran berupa promosi yang dinilai "menguntungkan"
Ciri-Ciri Konsumerisme

Sifat boros ini mempunyai beberapa tanda yang membantu mendeteksi seseorang sudah terjebak dalam konsumerisme atau tidak. Ciri-ciri konsumerisme antara lain:
- Timbul perasaan bangga saat memiliki barang terutama saat dipamerkan pada teman atau orang lain
- Cenderung ingin tampil menarik di depan khalayak dan menjadi pusat perhatian
- Meniru gaya hidup seseorang atau FOMO seperti selebriti dan influencer yang dianggap sebagai panutan
- Keinginan untuk mempunyai barang yang berbeda karena tidak mau disamakan dengan orang lain
- Membeli produk terbatas (limited edition) yang mempunyai nilai eksklusif karena barang tidak banyak ditemukan dan dijual di pasaran
Dampak Negatif Konsumerisme

Menghindarkan diri dari sifat konsumerisme bertujuan agar kamu tidak perlu terimbas dampak negatif lainnya yang lebih merugikan. Kerugian ini tidak hanya berlangsung sebentar tetapi bisa jangka panjang lho.
Dampak negatif konsumerisme harus diketahui para remaja supaya bisa memantapkan dan mengevaluasi kebiasaan berbelanja selama ini. Dampak negatif konsumerisme antara lain:
- Gaya hidup yang boros karena selalu memprioritaskan kebutuhan tersier.
- Tidak mampu mengontrol antara pengeluaran dan pemasukan sehingga bisa terjadi "lebih besar pasak daripada tiang",
- Ketimpangan sosial di masyarakat semakin terlihat berkat suatu tren yang bisa memengaruhi status seseorang
- Banyak barang yang tidak terpakai dan jadi sia-sia karena dibeli sekadar FOMO (ikut-ikutan) atau gengsi saja
- Menurunkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena lebih tertarik dengan produk lokal karena jauh lebih menarik dan lebih dipandang mewah
Contoh Konsumerisme Dalam Kehidupan Sehari-hari

Jika kamu masih belum memahami konsep konsumerisme, berikut beberapa contohnya yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
- Membeli atau mengoleksi tas mahal dan mewah berharga ratusan juta sekadar ikut-ikutan saja tanpa memikirkan manfaatnya
- Berlomba membeli ponsel keluaran terbaru untuk dipandang keren oleh teman
- Membeli pakaian, peralatan make up maupun aksesoris pelengkap lainnya supaya terlihat trendy dan kekinian.
Demikian paparan mengenai dampak negatif konsumerisme yang harus para remaja tahu agar tidak tekor. Mulailah untuk mengatur uang jajan kamu sendiri agar terbiasa ketika nanti memperoleh pendapatan sendiri. Gunakan uang secara bijak ya!



















