“When I ask parents what they want for their kids, they say, ‘I want my child to be happy. I want my child to be able to problem solve. I want my child to have friends and interact,’” ujar Ezra.
Problem Solving dan Social-Emotional Jadi Fokus Pembelajaran di NJIS

- Ezra Alexander menegaskan pentingnya ketangguhan dan problem solving dalam menghadapi dinamika global, teknologi, dan tekanan sosial.
- NJIS menekankan pentingnya social-emotional learning dalam membangun siswa yang percaya diri, berani berekspresi, dan mampu berinteraksi secara positif.
- NJIS menerapkan pendekatan pembelajaran holistik dengan fokus pada pengembangan keterampilan sosial, berpikir kritis, komunikasi, serta manajemen diri.
North Jakarta Intercultural School (NJIS) menggelar limited media briefing dan wawancara eksklusif bersama Head of School NJIS, Ezra Alexander, pada Rabu (17/12/2025) di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kegiatan ini membahas upaya sekolah dalam menumbuhkan ketangguhan dan adaptabilitas siswa di tengah dunia yang terus berubah.
Dalam kesempatan tersebut, Ezra Alexander menyoroti tantangan yang dihadapi anak dan remaja saat ini, mulai dari percepatan teknologi, tekanan akademik, hingga kebutuhan akan keterampilan sosial dan emosional. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan siswa tidak lagi hanya diukur dari capaian akademik, melainkan juga dari kemampuan menghadapi situasi sulit, beradaptasi dengan perubahan, dan mengelola emosi.
Ezra juga mengungkapkan bahwa berdasarkan berbagai percakapan dan wawancara dengan orangtua, harapan utama terhadap pendidikan anak bukan semata-mata prestasi akademik.
Berangkat dari pandangan tersebut, NJIS menerapkan pendekatan pembelajaran yang menempatkan problem solving dan social-emotional learning sebagai bagian penting dari proses pendidikan sehari-hari.
Berikut Popmama.com bagikan sejumlah pendekatan dan nilai yang diterapkan NJIS dalam menyiapkan siswa menghadapi masa depan. Yuk, disimak!
Ketangguhan dan Problem Solving sebagai Bekal Utama Siswa

Ezra Alexander menegaskan bahwa ketangguhan (resilience) dan kemampuan problem solving menjadi kompetensi kunci yang perlu dimiliki siswa untuk menghadapi dunia yang terus berubah. Anak-anak saat ini tumbuh di tengah dinamika global, perkembangan teknologi yang cepat, serta tekanan sosial dan akademik yang semakin kompleks.
Ezra menyampaikan bahwa proses belajar tidak selalu berjalan mulus. Karena itu, sekolah perlu memberi ruang aman bagi siswa untuk mengalami tantangan, melakukan kesalahan, dan merefleksikan pengalamannya. Dari proses tersebut, siswa belajar mengenali diri, mengelola emosi, serta mencari solusi secara mandiri.
“Learning happens when students feel safe to make mistakes and reflect on their experiences,” ujar Ezra Alexander dalam sesi wawancara.
Pendekatan ini sejalan dengan praktik pembelajaran di NJIS yang menempatkan siswa sebagai pembelajar aktif. Sekolah tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga pada proses berpikir siswa dalam menghadapi masalah dan mengambil keputusan.
Kemampuan problem solving dikembangkan melalui berbagai keterampilan berpikir, seperti critical thinking, creative thinking, hingga refleksi diri. Dengan pendekatan tersebut, siswa tidak hanya diarahkan untuk menemukan jawaban, tetapi juga memahami proses di balik solusi yang mereka ambil.
Social-Emotional Learning untuk Membangun Siswa yang Bahagia

Selain kemampuan akademik dan problem solving, NJIS juga menempatkan social-emotional learning sebagai fondasi penting dalam proses pendidikan. Pendekatan ini bertujuan membantu siswa memahami dan mengelola emosi, membangun empati, serta menjalin hubungan sosial yang sehat dengan lingkungan sekitarnya.
Ezra Alexander menjelaskan bahwa kesehatan sosial dan emosional siswa memiliki peran besar dalam mendukung proses belajar. Siswa yang merasa aman, dihargai, dan didukung secara emosional cenderung lebih percaya diri, berani berekspresi, dan mampu berinteraksi secara positif dengan teman sebaya maupun guru.
“If students don’t feel safe and supported, real learning cannot happen,” ujar Ezra.
Penerapan social-emotional learning di NJIS dilakukan melalui lingkungan belajar yang inklusif dan suportif. Sekolah membangun hubungan positif antara guru dan siswa, serta menumbuhkan rasa memiliki di dalam komunitas sekolah. Pendekatan ini memungkinkan siswa merasa dilihat dan didengar, sehingga lebih terbuka dalam menghadapi tantangan akademik maupun sosial.
Pendekatan ini juga sejalan dengan harapan orangtua yang menginginkan anak-anak mereka tumbuh bahagia, memiliki kehidupan sosial yang baik, serta mampu beradaptasi dengan berbagai situasi di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
Pendekatan Pembelajaran Holistik di NJIS

Untuk mendukung pengembangan ketangguhan dan social-emotional learning siswa, NJIS menerapkan pendekatan pembelajaran holistik yang terintegrasi dalam keseharian belajar. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada apa yang dipelajari siswa, tetapi juga pada bagaimana mereka belajar, berinteraksi, dan memaknai pengalaman.
Salah satu kerangka yang digunakan adalah Approaches to Learning (ATL), yang mencakup pengembangan keterampilan sosial, berpikir, komunikasi, riset, serta manajemen diri. Melalui pendekatan ini, siswa dilatih untuk berpikir kritis dan kreatif, mampu bekerja sama, berkomunikasi secara efektif, serta mengelola emosi dan tanggung jawab pribadi.
Pendekatan tersebut diperkuat dengan penerapan profil pelajar yang menekankan nilai-nilai seperti rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, integritas, kepedulian terhadap sesama, keseimbangan intelektual dan emosional, serta keterbukaan terhadap keberagaman. Nilai-nilai ini tidak diajarkan secara terpisah, melainkan dibangun melalui proses belajar dan interaksi sehari-hari di lingkungan sekolah.
Dalam praktiknya, NJIS juga menyediakan sistem pendukung siswa yang bersifat inklusif dan personal. Sekolah menerapkan Multi-Tiered System of Supports (MTSS) untuk memastikan kebutuhan akademik, perilaku, dan sosial-emosional siswa dapat teridentifikasi dan ditangani secara bertahap. Selain itu, terdapat sesi advisory satu lawan satu, layanan konseling sosial-emosional, serta dukungan bagi siswa dengan kebutuhan bahasa melalui program English Language Learners (ELL).
Pendekatan holistik ini didukung oleh rasio guru dan siswa yang memungkinkan pendampingan lebih personal, serta tenaga pendidik dengan latar belakang dan pengalaman yang beragam. Dengan demikian, proses pembelajaran di NJIS diarahkan tidak hanya untuk mendukung capaian akademik, tetapi juga perkembangan karakter, empati, dan kesiapan siswa menghadapi tantangan di masa depan.
Ruang Eksplorasi, Kemandirian, dan Perspektif Global

Selain pembelajaran di dalam kelas, NJIS juga menyediakan ruang eksplorasi bagi siswa untuk mengembangkan kemandirian, keterampilan sosial, serta perspektif global. Ruang ini menjadi pelengkap pembelajaran akademik dan sosial-emosional yang telah dibangun di kelas.
Salah satu pendekatan yang diterapkan adalah Let Grow Play Club, yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam aktivitas bermain bebas yang terstruktur secara aman. Melalui aktivitas ini, siswa belajar mengatur diri, berkomunikasi, bekerja sama, serta menyelesaikan masalah secara mandiri melalui pengalaman langsung bersama teman sebaya.
Ruang eksplorasi juga diperluas melalui berbagai kegiatan after school yang mencakup bidang olahraga, seni, dan akademik. Kegiatan ini memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan minat dan bakat, sekaligus membangun kepercayaan diri dan keterampilan sosial di luar konteks pembelajaran formal.
Keberagaman budaya yang hadir di lingkungan NJIS turut memperkaya pengalaman belajar siswa. Interaksi lintas budaya mendorong siswa untuk memahami perbedaan, mengembangkan empati, serta membangun cara pandang global yang relevan dengan dunia yang semakin saling terhubung.
Melalui berbagai ruang eksplorasi tersebut, NJIS berupaya membekali siswa dengan pengalaman belajar yang tidak hanya berorientasi pada akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter, kemandirian, dan kesiapan menghadapi masa depan.


















