Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Belajar Mandiri, Alasan China Masukkan Memasak dalam Kurikulum Sekolah

Implementasi program kurikulum life skills
Scmp.com

Pada tahun 2022, China mulai menerapkan kurikulum baru untuk jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah dasar yang menekankan pada pengembangan keterampilan hidup (life skills). Kurikulum ini mencakup kegiatan praktis seperti memasak, membersihkan, memperbaiki peralatan rumah tangga, bercocok tanam, hingga merawat hewan.

Mulai bulan September 2022, siswa sekolah dasar dan menengah di China diharapkan mampu melakukan tugas-tugas rumah tangga sederhana, seperti sesederhana memasak telur orak-arik dan membersihkan rumah, sebagai bagian dari reformasi sistem pendidikan. 

Kurikulum baru ini, yang difokuskan pada pekerjaan rumah tangga, diumumkan oleh Kementerian Pendidikan China dan langsung menjadi perbincangan di media sosial, terutama di kalangan pelajar yang selama ini kerap dianggap hanya fokus pada pelajaran akademik.

Artikel Popmama.com akan menjelaskan alasan China masukkan kemampuan memasak dalam kurikulum sekolah. Penasaran dengan latar belakang di baliknya? Simak hingga selesai yuk, Ma!

Labour Class Curriculum Structure

Tabel kurikulum
Dok. Ministry of Education People's Republic of China

Mengacu pada laporan Shaping the Labor Education in China: Background and Progress, pemerintah China telah mengintegrasikan pendidikan keterampilan hidup atau labour education ke dalam kurikulum nasional. 

Tujuannya adalah untuk membekali siswa dengan keterampilan praktis sekaligus mendorong perkembangan karakter secara menyeluruh. 

Kurikulum ini menekankan pembelajaran berbasis praktik langsung, di mana siswa diajak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan sehari-hari seperti memasak, bercocok tanam, pekerjaan rumah tangga, hingga handcrafting. Program ini dirancang untuk menanamkan etos kerja, kemandirian, dan rasa penghargaan terhadap pekerjaan, apa pun jenisnya, sejak usia dini.

Struktur kurikulumnya disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Di tingkat sekolah dasar, siswa dikenalkan pada tugas-tugas rumah tangga dasar, berkebun, dan membuat kerajinan sederhana. 

Saat memasuki jenjang sekolah menengah pertama, siswa mulai belajar keterampilan yang lebih kompleks seperti memasak, menjahit, dan menjalani proyek layanan masyarakat. 

Sementara itu, di jenjang SMA, fokus pembelajaran bergeser ke pelatihan vokasional, pekerjaan pertanian, serta kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan. Pendekatan ini sejalan dengan filosofi pendidikan nasional China yang menekankan lima aspek penting dalam perkembangan siswa, yaitu moral, intelektual, fisik, estetika, dan keterampilan kerja (labour education).

Menariknya, kurikulum ini juga melibatkan peran serta keluarga. Sekolah didorong untuk bekerja sama dengan orangtua agar lebih menyadari pentingnya pendidikan keterampilan. 

Salah satu caranya adalah dengan membantu orangtua menyusun daftar pekerjaan rumah yang bisa dilakukan anak di rumah, demi melatih kemandirian dan tanggung jawab mereka secara berkelanjutan.

9 Tahun Kurikulum Memasak

Anak-anak di China belajar memotong
Theworldofchinese.com

Mulai dari kelas 7 hingga 9, siswa di China kini tidak hanya belajar teori di ruang kelas, tapi juga praktik langsung lewat kurikulum memasak yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan hidup. 

Mereka diminta menyusun rencana makan harian yang terdiri dari tiga menu, berdasarkan kebutuhan keluarga dan nilai gizi makanan. Selain itu, mereka juga belajar memasak tiga sampai empat hidangan untuk makan siang atau malam dengan memahami pentingnya nutrisi bagi kesehatan tubuh,

Kurikulum ini mengajak mereka mengenal lebih dalam budaya kuliner Tiongkok, dan menumbuhkan rasa hormat terhadap para pekerja di industri makanan. Meski tidak diharapkan menghasilkan masakan sehebat koki profesional, tentu bukan perkara mudah bagi remaja untuk menyiapkan makanan bergizi sekaligus memahami ilmu di balik makanan dan nilai budayanya.

Program ini disambut beragam oleh para orangtua. Sebagian besar merasa senang karena anak-anak mereka akhirnya belajar keterampilan yang nyata dan berguna untuk kehidupan sehari-hari. 

Mereka percaya bahwa anak-anak tidak hanya akan tumbuh jadi pintar secara akademis, tapi juga lebih mandiri dan siap menghadapi dunia nyata. Namun, tidak sedikit juga orangtua yang merasa terbebani karena harus ikut terlibat dalam proses pembelajaran ini. 

Tambahan tugas rumah dan kegiatan yang menyita waktu membuat beberapa keluarga merasa kewalahan. Perdebatan pun muncul di media sosial Tiongkok, dengan pro dan kontra yang sama-sama ramai disuarakan. 

Meski begitu, kurikulum ini tetap menjadi langkah baru yang menarik dalam upaya menciptakan pendidikan yang lebih seimbang antara teori dan praktik.

Disesuaikan dengan Kompetesi Umur

Anak-anak di China membentuk kubis
Theworldofchinese.com

Kurikulum keterampilan hidup di China dirancang secara bertahap dan disesuaikan dengan usia serta kemampuan siswa di setiap jenjang. 

Untuk siswa kelas 1 dan 2 SD, fokus pembelajaran adalah pada kegiatan sederhana seperti membersihkan ruangan, mencuci sayuran, mengupas buah, serta merawat satu atau dua jenis tanaman atau hewan kecil. 

Memasuki kelas 3 dan 4, tanggung jawab mereka meningkat. Mereka mulai diajarkan membersihkan ruang kelas, mencuci pakaian dalam, kaus kaki, dan sepatu, serta mengenal cara membuat hidangan dingin dan menggunakan peralatan rumah tangga.

Siswa kelas 5 dan 6 SD diarahkan untuk menguasai keterampilan memasak dua hingga tiga masakan sederhana, seperti telur dadar atau telur orak-arik dengan tomat. 

Sementara itu, di jenjang SMP, siswa didorong untuk memasak tiga hingga empat hidangan secara mandiri. Selain itu, mereka juga belajar membuat satu atau dua jenis kerajinan tradisional, serta diberi kesempatan untuk mencoba pengalaman langsung dalam dunia kerja melalui kegiatan seperti praktek di industri, pengenalan teknologi baru, layanan masyarakat modern, atau kegiatan volunteering. 

Pendekatan bertahap ini bertujuan menumbuhkan kemandirian secara alami sesuai dengan usia, serta membekali siswa dengan keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Ajarkan Kemandirian, Kuasai Life Skills

Anak-anak di China belajar bekerja sama
Theworldofchinese.com

Kurikulum baru yang mulai diterapkan sejak tahun 2022 untuk siswa sekolah dasar dan menengah di China bertujuan untuk menumbuhkan kemandirian melalui pembelajaran berbagai keterampilan hidup, terutama memasak. 

Dalam kurikulum ini, siswa mengikuti satu sesi pelajaran setiap minggu yang berfokus pada keterampilan dasar, seperti merawat rumah, mengolah makanan, hingga tanggung jawab pribadi, dengan materi yang disesuaikan menurut usia. 

Pendekatan ini terbukti membawa dampak positif, anak-anak menjadi lebih ceria, antusias, dan aktif selama proses belajar. Hal ini menunjukkan pentingnya penguasaan keterampilan praktis serta penerapan pendidikan holistik dalam mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh.

Dengan adanya kurikulum ini, anak-anak diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Itu dia alasan mengapa China masukkan kemampuan memasak dalam kurikulum sekolah. Keren ya, Ma, dengan kurikulum ini  mereka jadi tampak lebih siap menghadapi tantangan dan lebih menikmati proses belajar itu sendiri. Bagaimana menurut Mama?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us