- Anak merasa ingin lebih mandiri
- Mengembangkan pemikiran reflektif, anak jadi lebih sadar diri dan mengingat banyak hal sehingga mulai banyak yang dipikirkan
- Lebih peka terhadap penilaian teman sebaya
Mereka masih butuh titik aman dari orang tua agar tidak kehilangan arah. Fokus artikel ini akan membantu Mama–Papa menjaga kedekatan seperti sahabat sekaligus menjadi pembimbing bijak
7 Cara Orangtua Menjaga Kedekatan dengan Anak 12 Tahun

Tahukah Mama kalau anak sudah berusia 10–12 tahun maka mereka sudah memasuki fase “pra-remaja”? Khususnya saat anak berusia 12 tahun, ini merupakan fase penting bagi perkembangan mereka.
Mengapa usia 12 tahun menjadi fase yang spesial bagi anak?
Berikut Popmama.com telah merangkum 7 cara orangtua menjaga kedekatan dengan anak 12 tahun saat memasuki fase pra-remaja.
1. Komunikasi setiap hari dengan empati

Bukan sekadar ngobrol, Mama dan Papa harus hadir dengan empati dan rasa ingin tahu. Bayangkan suasana hangat ketika anak bilang:
“Ma, aku sedih hari ini…”
Alih-alih buru-buru memberi solusi, cobalah, “Aku tahu perasaanmu, Ma. Mau cerita apa yang bikin sedih?”
Hindari menggurui. Lebih baik jadikan komunikasi sebagai dialog terbuka. Rasa kepercayaan akan tumbuh ketika anak merasa didengar tanpa dihakimi.
2. Banyak waktu bersama lewat aktivitas menyenangkan

Bonding tak selalu harus di ruang serius, coba masak bersama, nonton film dengan popcorn homemade, atau jalan sore berdua. Data menunjukkan kualitas interaksi seperti jurnal bareng atau cooking date bisa memperkuat ikatan emosional dan komunikasi anak dan orangtua.
3. Jadilah murid, bukan guru

Biarkan anak mengajari sesuatu, misalnya game favorit, cara edit video TikTok, atau resep camilan kesukaannya.
Pendekatan ini memberi kesan “kedekatan sejajar” tanpa ada batas hirarki. Anak akan merasa lebih percaya diri dan dihargai sebagai individu yang kompeten.
4. Ajukan pertanyaan kreatif

Tunjukkan kepedulian Mama dengan pertanyaan ringan untuk anak. Selain “bagaimana harimu?”, Mama bisa coba tanyakan beberapa hal ini:
- “Apa hal paling lucu yang terjadi hari ini?”
- “Kalau boleh pilih, satu hal apa yang ingin kamu ubah di hari ini?”
Pertanyaan seperti ini mengundang cerita spontan dan menghindarkan percakapan tetap di level basa-basi. Mama dan Papa jadi tahu kehidupan anak lebih dalam.
5. Bangun rutinitas bersama

Adakan rutinitas bersama antara Mama, Papa, dan anak. Bangun kebiasaan positif seperti:
- Cerita ringan sebelum tidur
- Belajar bareng setiap sore
- Jalan pagi saat akhir pekan
Ritual-ritual sederhana ini menciptakan rasa konsistensi dan menjadi “waktu berkualitas” yang ditunggu anak. Konsistensi membuat anak merasa selalu ada Mama–Papa di sampingnya.
6. Terapkan mindful parenting

Mindful parenting itu hadir secara utuh, tidak sambil main hape, atau tergesa-gesa. Ini bukan menuntut Mama dan Papa untuk menjadi orangtua yang sempurna, tapi yang hadir dan mampu mendampingi anak dari fase ke fase.
Orangtua yang mampu membangun mindfulness memperkuat ikatan emosional dengan anak dengan lebih baik.
7. Libatkan Mama dan Papa secara seimbang dalam keseharian anak

Kedekatan emosional tak hanya tugas Mama, lho! Papa juga punya peran besar dalam mendukung regulasi emosi anak, sama pentingnya dengan Mama.
Usahakan kegiatan berkualitas dengan kedua orang tua, misalnya olahraga bareng Papa, dan curhat teatime bareng Mama.
Apa Dampak Jangka Panjangnya?
Dengan membina hubungan harmonis sejak pra-remaja, anak akan punya landasan kuat saat menghadapi remaja penuh tantangan seperti tekanan teman sebaya, ujian emosional, dan pilihan hidup. Hubungan dekat memungkinkan mereka mau curhat saat butuh bantuan, bukan bersembunyi atau salah memilih lingkungan.



















