Belajar dari Kasus 56 Siswa Silet Tangan Setelah Meminum Zat Benzo

Kasus ini harus dijadikan pembelajaran untuk para orangtua

3 Oktober 2018

Belajar dari Kasus 56 Siswa Silet Tangan Setelah Meminum Zat Benzo
Freepik/Teksomolika

56 orang siswa di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pekanbaru yang menyayat tangannya sendiri setelah mengonsumsi minuman berenergi. Minuman yang diminum oleh 56 siswa ini terindikasi mengandung zat benzo. 

Padahal minuman yang dikonsumsi siswa Pekanbaru ini termasuk dijual bebas di pasaran dengan harga yang sangat terjangkau. Tidak heran jika sejumlah anak sekolah yang berjumlah 56 siswa ini masih mampu membelinya. 

BNNK Pekanbaru melakukan pemeriksaan urine terhadap para siswa SMP dan terbukti beberapa siswa telah mengonsumsi lebih dari 2 kemasan minuman berenergi yang mengandung zat benzo. Setelah meminum minuman berenergi ini, mereka seolah tidak merasakan sakit padahal sudah berusaha menyayat tangannya sendiri. 

Kasus seperti ini seharusnya menjadi pembelajaran untuk orangtua lain agar tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban. Orangtua perlu memahami kandungan dari zat benzo di minuman berenergi. Belum lagi di kasus ini para siswa berusaha meniru adegan pada tayangan YouTube dan seharusnya tontonan si Anak perlu menjadi perhatiaan orangtua. 

Berikut beberapa rangkuman dari Popmama.com mengenai pembelajaran yang harus orangtua perhatikan dari kasus 56 siswa SMP yang menyayat tangannya sendiri setelah mengonsumsi minuman berenergi dengan kandungan zat benzo. 

1. Kandungan zat benzo pada minuman berenergi

1. Kandungan zat benzo minuman berenergi
Pexels/Breakingpic

Dalam kasus ini siswa SMP yang meminum minuman berenergi dengan kandungan zat benzo merasakan kebal karena tidak merasakan rasa sakit. Rasa sakit saat menyilet tangannya sendiri terasa begitu kebas, sehingga seolah tidak merasa sakit. 

Perlu diketahui kalau zat benzo atau benzodiazepin termasuk jenis obat yang memiliki efek sedatif atau menenangkan, ini dikategorikan sebagai obat psikoaktif. 

Sebenarnya dalam dunia medis, zat benzo bisa digunakan untuk mengatasi berbagai masalah psikologis seperti insomnia, depresi akut, gangguan kecemasan. Selain itu, zat benzo bisa digunakan sebagai obat penenang saat operasi hingga mencegah terjadinya efek kejang. 

Namun, jika zat benzo tidak dipergunakan secara tepat. Ada beberapa efek samping yang dirasakan jika obat penenang ini terus dikonsumsi, seperti:

  • Tubuh gemetaran,
  • menimbulkan rasa kantuk,
  • pengelihatan menjadi kabur,
  • menimbulkan kantuk berlebihan,
  • merasa pusing atau sakit kepala,
  • lebih sering merasa kebingungan,
  • memicu perasaan grogi hingga depresi,
  • sulit menyeimbangkan tubuh saat sedang berdiri atau berjalan.

Jika zat benzo atau benzodiazepin disalahgunakan, maka ini akan mengacaukan kinerja otak dan menurunkan fungsinya. Bahkan penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan seseorang sulit bernapas hingga menyebabkan koma. 

2. Terinspirasi tontonan YouTube

2. Terinspirasi tontonan YouTube
Popmama.com/FxDimasPrasetyo

Para siswa SMP yang meminum minuman berenergi sebelum menyayat tangannya menggunakan silet mengaku kalau terinspirasi dari tayangan YouTube. Sangat miris karena sebuah tontonan saja, ada banyak korban yang berusaha menyayat tangannya sendiri. 

Jika diperhatikan, YouTube sebenarnya memiliki dua sisi mata berbeda. Ada yang sisi positif dengan beragam konten yang bisa ditiru, lalu ada juga sisi negatif yang ditemukan. Mulai dari konten yang berisi pornografi, hate speech, kekerasan hingga tontonan penebar kebencian terhadap orang lain. 

Penggunaan media elektronik dan dunia digital yang sangat dekat dengan anak-anak akan membuat dirinya lebih mudah mendapatkan konten negatif. Inilah yang menjadikan peran keluarga begitu penting bagi kehidupan si Anak. 

Mungkin sudah banyak yang mengetahui kalau keluarga memang memberikan pengaruh terpenting dalam kehidupan anak-anak. Namun, belum semua keluarga bisa menjalani tugas ini dengan semestinya bahkan ada yang menganggap semuanya remeh. 

Untuk mengatasi konten YouTube yang ditonton si Anak, ada beberapa langkah yang harus Mama perhatikan seperti: 

  • Melakukan pengawasan. Walau usia si Anak sudah mulai beranjak dewasa, dirinya masih membutuhkan pengawasan. Terutama saat si Anak menyaksikan video YouTube di malam hari, ada baiknya untuk terus dipantau karena bisa saja menonton sesuatu konten yang negatif. Memonitor harus tetap dilakukan agar si Anak tidak melakukan hal menyimpang. 
  • Mengakses dengan akun keluarga. Jika Mama ingin mengetahui video apa saja yang si Anak tonton di dalam YouTube, ada baiknya untuk memberikan akun e-mail keluarga. Mama perlu membuat akun e-mail yang dapat diakses oleh seluruh anggota keluarga. Dengan cara ini, Mama setidaknya bisa melihat segala history dari tayangan YouTube yang ditonton si Anak. Bahkan akun e-mail yang digunakan secara bersama-sama ini bisa digunakan untuk menyaring segala tontonan video. 
  • Melakukan kegiatan positif. Sebenarnya ada banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan si Anak, seperti berolahraga, masuk ke dalam ekstrakulikuler sekolah hingga mengikuti berbagai perlombaan. Selain itu, Mama bisa mencoba memberikan alternatif lain seperti YouTube Kids. Di sini setidaknya video-video sudah dikurasi berdasarkan konten yang ramah ditonton anak.

3. Pintar memilih lingkungan pergaulan 

3. Pintar memilih lingkungan pergaulan 
Unsplash/Ben Hershey

Jika dilihat jumlah korban dari minuman berenergi dengan kandungan zat benzo memang cukup banyak. 56 orang siswa SMP yang terindikasi terdapat cairan zat benzo saat tes urine. 

Jumlahnya yang cukup banyak, seharusnya membuat orangtua lain harus lebih waspada terhadap lingkungan pergaulan dari anak-anaknya. 

Saat memilih lingkungan pergaulan ada baiknya si Anak memilih teman-teman yang positif. Sebagai orangtua, Mama perlu mengingatkan mengenai hal ini, jangan sampai dirinya terjebak di dalam lingkungan yang salah karena ini hanya menyumbang perilaku negatif di masa depannya kelak. 

Bukan berarti si Anak harus memilih-milih teman, namun ini semua demi kebaikan dirinya. Bantu si Anak dalam menentukan teman-teman pergaulannya dari berbagai aspek seperti: 

  • Selalu berpikiran positif,
  • memiliki kebiasaan baik,
  • teman yang dapat dipercaya,
  • berada di lingkungan yang memotivasi,
  • lingkungan yang selalu mengajarkan bersyukur,
  • teman yang mampu menularkan semangat setiap harinya.

Beberapa aspek di atas tentu akan membantu si Anak mampu terhindar dari berbagai lingkungan pergaulan yang menyimpang atau bahkan menjerumuskan dirinya sendiri. 

Tak hanya itu, jika si Anak terbiasa dengan lingkungan yang positif dengan begitu dirinya tidak akan mudah goyah bila sewaktu-waktu dihadapkan oleh sebuah lingkungan negatif. 

The Latest