Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Tata Laksana Dengue pada Anak Berdasarkan IDAI

Freepik/jcomp
Freepik/jcomp

Data Kementerian Kesehatan per 1 Maret 2024 terdapat hampir 16.000 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 213 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan 124 kematian.

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Kasus dengue terbanyak tercatat di Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak. Keadaan tersebut diperkirakan terus berlanjut seiring dengan musim hujan setelah El nino. 

Berikut ini Popmama.com akan membahas tata laksana dengue pada anak yang wajib diwaspadai. Simak pembahasannya sampai habis, ya!

1. Infeksi dengue

Freepik
Freepik

Infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, termasuk dalam famili Flaviviridae dan terdapat 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, serta DEN-4. Infeksi dengue ditularkan oleh nyamuk betina Ae. aegypti juga Ae. albopictus. Nyamuk ini juga menularkan virus chikungunya, demam kuning (yellow fever), dan infeksi Zika.

Kejadian infeksi dengue lebih tinggi pada anak dibandingkan dengan dewasa dan persentase yang memerlukan perawatan rumah sakit lebih tinggi pada anak Asia dibandingkan ras lainnya. Angka kematian dengue secara global telah dapat ditekan menjadi kurang dari 1%, artinya case fatality rate (CFR) menurun sebesar 28% antara tahun 2010–2016.

Dengue atau demam berdarah ini adalah satu penyakit dengan gambaran klinis yang berbeda (one disease entity) dan terkadang disertai dengan evolusi dan hasil klinis yang sulit diprediksi. 

Sekitar 1 dari 4 individu yang terinfeksi akan menunjukkan manifestasi klinis yang pada umumnya berupa gejala ringan sampai sedang atau sebagai demam yang tidak spesifik. Sekitar 1 dari 20 pasien infeksi dengue dapat berlanjut menjadi berat bahkan mengancam kehidupan yang dikenal sebagai severe dengue.

2. Perjalanan penyakit dengue

Freepik/karlyukav
Freepik/karlyukav

Dengue adalah infeksi dengan manifestasi kompleks dengan masa inkubasi 4 sampai 10 hari, dan memiliki 3 fase dalam perjalanan penyakitnya, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.

  • Fase demam ditandai dengan demam yang timbul mendadak tinggi (dapat mencapai 40 derajat celsius), terus-menerus, kadang bifasik, serta berlangsung selama 2–7 hari. Demam disertai dengan gejala lain yang sering ditemukan seperti muka kemerahan (facial flushing), nyeri kepala, nyeri retroorbita, anoreksia, mialgia, dan artralgia.
  • Fase kritis terjadi pada saat demam turun (time of fever defervescence) yaitu ketika suhu tubuh turun menjadi 37,5–38 derajat celsius atau kurang dan tetap berada di bawah suhu tersebut, merupakan saat berlangsungnya perembesan plasma terjadi sehingga pasien dapat mengalami syok hipovolemik.
  • Fase pemulihan terjadi jika pasien berhasil melewati fase kritis selama 24–48 jam, reabsorbsi cairan ekstravaskular secara bertahap akan berlangsung selama 48-72 jam berikutnya.

3. Klasifikasi infeksi dengue

Freepik/peoplecreations
Freepik/peoplecreations

Sebuah studi multisenter klinis prospektif di daerah endemis dengue yang didukung WHO/TDR mengumpulkan bukti untuk membuat kriteria klasifikasi dengue berdasarkan derajat keparahan. 

Temuan studi mengkonfirmasi bahwa dengan menggunakan satu set parameter klinis dan/atau laboratorium dapat menilai perbedaan yang jelas antara pasien dengan dengue berat dan dengue tidak berat. 

Namun untuk alasan praktis, kelompok pasien dengan dengue tidak berat dibagi menjadi dua subkelompok yaitu pasien dengue dengan warning signs dan tanpa warning signs, untuk itu klasifikasi diagnosis dengue, diantaranya adalah dengue tanpa warning signs, dengue dengan warning signs, dan severe dengue.

Klasifikasi derajat keparahan dengue dapat digunakan secara praktis oleh dokter dalam menentukan tata laksana, seberapa ketat pasien perlu dipantau pada saat di triase maupun perawatan di rumah sakit, untuk pelaporan yang lebih konsisten dalam skala nasional dan internasional, dan sebagai langkah akhir dalam uji coba vaksin dan penelitian obat.          

Pasien dengue tanpa warning signs dapat berkembang menjadi severe dengue. Faktor komorbid pada pasien dengan infeksi dengue memungkinkan kondisi dengue tanpa warning signs berlanjut menjadi warning signs atau severe dengue.

4. Tata laksana infeksi dengue

Freepik
Freepik

Tatalaksana infeksi dengue relatif sederhana, tidak mahal, dan sangat efektif dalam menyelamatkan hidup pasien selama intervensi dilakukan secara benar dan tepat waktu. 

Kuncinya terletak pada identifikasi dini, tepat menentukan hari sakit agar dapat menempatkan dalam fase penyakit, serta memahami masalah klinis yang terjadi pada tiap fase. 

Triase adalah tempat skrining pertama secara cepat pada pasien yang datang baik di poliklinik maupun ruang gawat darurat. Kegiatannya adalah memilah dan mengidentifikasi pasien kedalam kelompok severe dengue agar tidak terjadi keterlambatan, dengan warning signs, atau bisa rawat jalan.

Kegiatan triase di rawat jalan/poliklinik, ruang gawat darurat, maupun rawat inap harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:     

  • Mengenali demam sebagai tanda dan gejala dengue. 
  • Menatalaksana pasien dengue sejak awal fase demam dan melakukan pemantauan setiap hari pada pasien tanpa warning signs
  • Mengenali tahap awal perembesan plasma atau fase kritis dengue dan memulai pemberian terapi cairan. 
  • Mengenali pasien dengan warning signs yang memerlukan perawatan dan/atau pemberian cairan intravena. 
  • Merujuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap/tinggi. 
  • Mengenali dan mengelola pasien dengan severe dengue (perembesan plasma hebat, syok, perdarahan hebat dan kerusakan organ berat) secara cepat dan tepat. 
  • Pemberitahuan secara dini pasien dengan dengue kepada Dinas Kesehatan setempat. 
  • Tenaga kesehatan perlu menggunakan pendekatan bertahap untuk melakukan investigasi pasien agar dapat mendiagnosis banding, menegakkan diagnosis serta menata laksana dengue.

Demikian tata laksana dengue pada anak. Dengan pendekatan bertahap dan penanganan yang tepat, tatalaksana dengue dapat efektif menyelamatkan nyawa pasien, khususnya anak-anak yang lebih rentan terhadap penyakit ini.

Share
Editorial Team

Dampak Perceraian Orangtua pada Anak, Bisa Sebabkan Depresi Berat

Freepik/studio4rt
Freepik/studio4rt

Perceraian merupakan peristiwa yang kompleks dan emosional bagi semua orang yang terlibat, terutama bagi anak-anak. Dampak perceraian pada anak dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk usia anak, jenis kelamin, temperamen, dan cara orangtua menangani perceraian.

Ketika orangtua memutuskan untuk berpisah, anak-anak tidak hanya harus menyesuaikan diri dengan perubahan dinamika keluarga, tetapi juga menghadapi berbagai dampak psikologis, emosional, dan sosial.

Dalam banyak kasus, anak-anak mungkin merasa bingung, cemas, dan tidak aman. Mereka mungkin juga mengalami perasaan kehilangan dan ketidakpastian mengenai masa depan.

Memahami bagaimana perceraian mempengaruhi anak-anak sangat penting agar orangtua dan keluarga dekat lainnya agar dapat memberikan dukungan yang tepat untuk membantu mereka melewati masa ini dan memastikan kesejahteraan mereka tetap terjaga.

Berikut Popmama.com rangkum dampak perceraian orangtua pada anak, awas bisa jadi pembangkang lho!

1. Meras sedih dan ditinggalkan karena orangtua bercerai

Ilustrasi - Freepik/Jcomp
Ilustrasi - Freepik/Jcomp

Dampak emosional yang terjadi pada anak orangtua yang bercerai yakni bisa mengalami kesedihan dan duka yang cukup mendalam. Anak-anak mungkin merasa sedih, kehilangan, dan marah atas perceraian orang tua mereka.

Mereka mungkin merasa ditinggalkan, tidak dicintai, dan tidak aman. Selain itu anak-anak mungkin bingung tentang apa yang terjadi dan apa artinya bagi mereka. Mereka mungkin tidak yakin dengan masa depan mereka dan peran mereka dalam keluarga.

2. Anak mungkin merasa bersalah karena perceraian orangtua