Taksonomi Bloom adalah suatu konsep struktur berpikir yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Taksonomi Bloom telah memberikan dampak yang signifikan dalam evaluasi dan penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan.
Konsep ini dapat digunakan oleh pengajar, seperti guru, bahkan Mama sebagai orangtua dalam merancang pembelajaran. Namun, ketika menggunakan Taksonomi Bloom, perlu diperhatikan beberapa elemen di dalamnya.
Berikut Popmama.comjelaskan mengenai mengenal Taksonomi Bloom, konsep struktur kegiatan pembelajaran.
1. Pengertian Taksonomi Bloom
Pexels/Anastasia Shuraeva
Berdasarkan informasi yang dilansir dari situs Pusdiklat, Taksonomi Bloom dapat diartikan sebagai suatu struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan berpikir dari tingkat yang rendah hingga tingkat yang tinggi.
Taksonomi Bloom pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 oleh seorang psikolog pendidikan bernama Benjamin Bloom.
Menurut Sudirman dalam bukunya "Kurikulum dan Pengembangan Pembelajaran: Dalam Perspektif Pragmatis", Taksonomi Bloom sering digunakan dalam perencanaan tujuan pembelajaran dan aktivitas pembelajaran.
Sementara itu, menurut Janet Giesen dalam buku "Asesmen Pembelajaran Berbasis Komputer dan Android" yang ditulis oleh Dr. Ambiyar, M.Pd dan lainnya, tujuan dari Taksonomi Bloom adalah untuk menulis dan merevisi tujuan pembelajaran, merencanakan kurikulum, mengidentifikasi keterampilan dasar, menyelaraskan tujuan dengan teknik dan standar penilaian, mengintegrasikan pengetahuan yang akan dipelajari, serta memperhatikan proses kognitif dalam pembelajaran.
Singkatnya, taksonomi Bloom membagi kemampuan tingkat berpikir atau kognitif menjadi 6 tingkat, menjadi:
C1 – Pengetahuan
C2 – Pemahaman
C3 – Penerapan
C4 – Analisis
C5 – Sintesis
C6 – Evaluasi
*C merepresentasikan cognitive yang berarti kognitif.
Editors' Pick
2. Domain Taksonomi Bloom
Pexels/Julia M Cameron
Pada tahun 1966, Taksonomi Bloom mengemukakan tiga domain pembelajaran yang meliputi:
Domain Kognitif
Domain ini berhubungan dengan aspek ingatan, berpikir, dan proses penalaran. Fokusnya adalah pada perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir.
Domain Afektif
Domain ini berkaitan dengan perasaan, emosi, dan sikap. Dalam penyusunan kurikulum, penting untuk menyertakan konsep atau fakta yang memiliki dampak emosional bagi peserta didik. Pengajar perlu menyadari bahwa mengajar bukan hanya tentang mengisi pengetahuan di otak, tetapi juga mendukung perkembangan sikap yang positif. Hal ini meliputi penerimaan, respons, penghargaan, pengorganisasian, dan karakterisasi.
Domain Psikomotor
Domain ini mencakup perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik fisik, seperti menulis, mengetik, berenang, atau mengoperasikan mesin. Untuk mengembangkan domain ini secara optimal, diperlukan latihan dan pelatihan yang sesuai.
Kemampuan psikomotorik diukur berdasarkan faktor-faktor seperti kecepatan, akurasi, jarak, kekuatan, dan kelenturan dalam melakukan gerakan.
3. Revisi Taksonomi Bloom
Pexels/Agung Pandit Wiguna
Pada tahun 2021, konsep Taksonomi Bloom mengalami revisi oleh Anderson, Krathwohl, dan para ahli aliran kognitivisme. Revisi ini dikenal dengan sebutan Revisi Taksonomi Bloom.
Revisi tersebut terfokus pada ranah kognitif dan melibatkan penggunaan kata kerja.
Seperti yang dikutip dari buku "Ringkasan Teori-Teori Dasar Pembelajaran" karya Ferry Wibowo, dalam Revisi Taksonomi Bloom ini, aspek analisis dan evaluasi tetap dipertahankan, tetapi dalam bentuk kata kerja seperti "menerapkan", "menganalisis", dan "mengevaluasi".
Pada revisi ini, komponen sintesis berganti posisi dengan evaluasi, dan juga mengalami perubahan nama. Komponen kata kerja dalam pengetahuan berubah menjadi kategori "mengingat" yang menggantikan kategori "klasifikasi pengetahuan" dalam enam kategori utama.
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi, terdapat perubahan urutan taksonomi, di mana posisi evaluasi dan sintesis berubah, dan juga terjadi perubahan nama, di mana komprehensi menjadi "memahami" dan sintesa menjadi "mencipta".
Maka, pada Revisi Taksonomi Bloom ini dirumuskan 6 level proses berpikir, yaitu:
Mengingat (Remembering), yakni mengingat kembali suatu fakta atau gagasan.
Memahami (Understanding), yaitu mampu menerjemahkan suatu konsep, kaidah, atau prinsip.
Menerapkan (Applying), mampu memecahkan suatu masalah menggunakan metode, konsep, atau prosedur.
Menganalisis (Analyzing), dapat mengenali, menguraikan, serta mengkritisi suatu struktur, bagian atau hubungan.
Mengevaluasi (Evaluating), mampu menilai hasil karya, mutu suatu tulisan berdasarkan norma internal.
Mengkreasi (Creating), yaitu dapat menghasilkan karangan, teori, klasifikasi, proposal, tulisan ilmiah, karya.
4. Cara Orangtua Menerapkan Taksonomi Bloom
Pexels/Tima Miroshnichenko
Orangtua dapat menerapkan Taksonomi Bloom dalam pendidikan anak dengan beberapa cara yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir dan pembelajaran anak. Berikut adalah beberapa cara yang Mama sebagai orangtua dapat lakukan untuk menerapkan Taksonomi Bloom:
Mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Orangtua dapat mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang spesifik untuk anak mereka. Tujuan ini harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Orangtua dapat menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan merangsang anak untuk berpikir secara kreatif dan analitis. Ini dapat melibatkan memberikan pertanyaan terbuka, merangsang diskusi, melibatkan anak dalam eksperimen atau proyek praktis, dan mendorong pemecahan masalah.
Mendorong refleksi dan evaluasi. Orangtua dapat mendorong anak untuk merenungkan apa yang telah dipelajari dan melakukan evaluasi mandiri terhadap pemahaman mereka. Ini dapat melibatkan bertanya kepada anak tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka menghubungkannya dengan pengalaman sehari-hari, dan bagaimana mereka dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi baru.
Menggunakan pertanyaan yang dirancang dengan baik. Orangtua dapat menggunakan pertanyaan yang dirancang dengan baik untuk mendorong anak berpikir secara mendalam dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Pertanyaan dapat melibatkan tahap-tahap Taksonomi Bloom, mulai dari mengingat dan memahami hingga menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Memberikan umpan balik yang konstruktif. Orangtua dapat memberikan umpan balik yang konstruktif kepada anak mereka untuk membantu mereka memperbaiki pemahaman dan keterampilan mereka. Umpan balik harus spesifik, berfokus pada proses belajar, dan memberikan panduan yang jelas tentang langkah-langkah selanjutnya yang dapat diambil.
Mengintegrasikan pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua dapat membantu anak menghubungkan apa yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan sehari-hari. Ini dapat melibatkan mengidentifikasi peluang untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata, seperti saat berbelanja, memasak, atau melakukan kegiatan sehari-hari lainnya.
Itulah penjelasan untuk mengenal Taksonomi Bloom, konsep struktur kegiatan pembelajaran. Dengan memahami tujuan dan menerapkan Taksonomi Bloom, Mama dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, meningkatkan pemahaman, dan memperluas keterampilan dalam berbagai ranah pembelajaran.