Mengajarkan Anak Mengenal 6 Jenis Kekerasan

Yuk, ajarkan anak mengenai beberapa jenis kekerasan yang bisa terjadi pada anak

25 November 2024

Mengajarkan Anak Mengenal 6 Jenis Kekerasan
Freepik

Mengajarkan anak-anak mengenai jenis kekerasan adalah langkah penting dalam membentuk generasi yang sadar akan pentingnya menjaga keamanan, menghormati hak asasi manusia, dan membangun hubungan yang sehat.

Itulah yang dilakukan oleh seorang guru dan juga konten kreator, Bu Galih. Melalui akun @galihtyanr miliknya, Bu Galih membuat beragam video edukasi anak. Salah satu konten yang ia ajarkan kepada murid-muridnya adalah mengenai 6 jenis kekerasan.

Anak dan Mama harus tahu, berikut Popmama.com rangkum mengajarkan anak mengenal jenis kekerasan. Disimak bersama, ya!

Ajarkan Anak 6 Jenis Kekerasan

Video edukasi yang diunggah oleh Bu Galih melalui akun @galihtyanr miliknya ini mengajarkan murid-muridnya mengenai 6 jenis kekerasan. Jenis-jenis kekerasan yang ia ajarkan ini bersumber dari PERMENDIKBUD No. 46 Tahun 2023 dan di bagi dalam 2 part video.

Bu Galih menjelaskan pada caption bahwa ia ingin sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk memperoleh pengetahuan demi masa depan, tetapi juga sebagai tempat di mana murid-murid harus diajarkan untuk berperilaku baik terhadap satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.

Ia tak ingin kekerasan, terutama pada anak, dijadikan hal yang biasa terjadi. Itulah mengapa ia mengajarkan murid-muridnya yang nanti akan menjadi generasi mulia di masa depan mengenai jenis-jenis kekerasan.

6 Jenis Kekerasan

1. Kekerasan fisik

1. Kekerasan fisik
Freepik

Kekerasan fisik melibatkan penggunaan kekuatan atau kekerasan tubuh untuk menyakiti atau melukai orang lain.

Anak-anak perlu belajar bahwa kekerasan fisik tidak dapat diterima dan bahwa mereka harus mencari solusi damai dalam menghadapi konflik.

Mengajarkan mereka tentang pentingnya komunikasi yang baik dan menyelesaikan masalah dengan cara yang aman adalah langkah awal yang penting.

Editors' Pick

2. Kekerasan seksual

2. Kekerasan seksual
Freepik

Kekerasan seksual melibatkan tindakan yang tidak diinginkan dan tidak pantas yang berhubungan dengan keintiman fisik atau non-fisik.

Penting bagi anak-anak untuk belajar mengenali tanda-tanda pelecehan seksual, mengetahui batasan pribadi mereka, dan memiliki kepercayaan diri untuk melaporkan apa pun yang membuat mereka merasa tidak nyaman.

Pendidikan yang tepat tentang kekerasan seksual harus disampaikan secara sensitif dan sesuai dengan tingkat usia anak.

3. Kekerasan psikis

3. Kekerasan psikis
Freepik/gpointstudio

Kekerasan psikis melibatkan tindakan yang bertujuan untuk melukai perasaan dan emosi seseorang, seperti mengancam, mempermalukan, atau mengabaikan.

Dorong anak-anak untuk menjadi teman yang baik dan mendukung satu sama lain. Ajarkan mereka untuk tidak terlibat dalam tindakan kekerasan psikis. Ajarkan juga tentang pentingnya membangun kepercayaan diri dan harga diri yang kuat.

Bantu mereka mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tekanan dan mengatasi kekerasan psikis dengan cara yang sehat, seperti menggunakan teknik koping yang positif, berbicara dengan orang dewasa yang mereka percayai, atau mencari bantuan dari teman sebaya.

4. Perundungan

4. Perundungan
Freepik

Perundungan atau bullying melibatkan tindakan intimidasi, penghinaan, atau penganiayaan fisik atau verbal yang berulang kali terhadap seseorang yang lebih lemah. Perundungan dapat berupa penganiayaan, pengucilan, penolakan, pengabaian, penghinaan, penyebaran rumor, panggilan yang mengejek, intimidasi, teror, mempermalukan di depan umum, dan pemerasan.

Anak-anak perlu belajar mengenali tanda-tanda perundungan, mengerti perlunya melaporkan perilaku tersebut, serta mendapatkan dukungan dari orang dewasa.

Pendidikan tentang empati, kerja sama, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dapat membantu mengurangi dan mencegah perundungan.

5. Diskriminasi dan intoleransi

5. Diskriminasi intoleransi
Freepik/master1305

Diskriminasi adalah perlakuan tidak adil atau pengecualian terhadap seseorang berdasarkan perbedaan seperti suku, agama, gender, atau disabilitas. Intoleransi mengacu pada sikap negatif, ketidaksukaan, atau ketidakmenerimaan terhadap individu atau kelompok yang berbeda dari kita.

Ajarkan anak tentang pentingnya menghormati keberagaman dan menghargai perbedaan antara individu. Bicarakan tentang kekayaan yang terdapat dalam keberagaman budaya, agama, dan latar belakang sosial. Dorong mereka untuk menghargai perspektif orang lain dan menghindari prasangka atau stereotip.

Diskusikan juga dengan anak tentang arti toleransi dan penerimaan. Ajarkan mereka untuk menghormati perbedaan, menjaga sikap terbuka, dan membangun hubungan yang inklusif dengan teman-teman mereka.

6. Kebijakan yang mengandung kekerasan

6. Kebijakan mengandung kekerasan
Freepik/pvproductions

Kebijakan yang mengandung kekerasan merujuk pada kebijakan atau tindakan yang menggunakan kekerasan sebagai metode untuk mencapai tujuan tertentu. Ini bisa mencakup berbagai bentuk kekerasan, baik fisik maupun non-fisik, yang digunakan oleh pemerintah, lembaga, atau organisasi dalam rangka menekan atau mengendalikan individu atau kelompok.

Penting untuk menjelaskan kepada anak-anak bahwa kebijakan yang mengandung kekerasan tidak etis dan melanggar hak asasi manusia. Anak-anak harus diajarkan nilai-nilai seperti perdamaian, keadilan, dan penghormatan terhadap martabat manusia.

Mereka juga perlu diberdayakan untuk memahami pentingnya partisipasi aktif dalam masyarakat dan mengambil sikap terhadap kebijakan atau tindakan yang tidak adil atau kekerasan.

Itulah penjelasan mengenai mengajarkan anak mengenai jenis kekerasan. Dengan memberikan pemahaman yang tepat sesuai usia, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan sikap yang positif, memahami dan menangani konflik dengan cara yang sehat, serta membangun hubungan yang saling menghormati.

Tak hanya itu, kita sebagai orangtua juga dapat membantu anak-anak menjadi individu yang memiliki kesadaran sosial dan moral yang tinggi, serta menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.

Baca juga:

The Latest