Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Viral di Media Sosial, 6 Anak SD Sayat Tangan karena Ingin Ikuti Tren

Freepik/rawpixel.com
Freepik/rawpixel.com

Baru-baru ini beredar video di sosial media, di mana enam siswa SD dari Kabupaten Serang, Provinsi Banten mencoba menyayat tangannya. Diketahui enam siswa SD ini melakukan hal tersebut karena mengikuti tren yang beredar dan ingin dianggap keren.

Terpengaruh konten buruk yang beredar, tentunya aksi para bocah ini menjadi viral di media sosial dan membuat para orangtua dan guru merasa sedih.

Berikut Popmama.com rangkum kronologis viral di media sosial, 6 anak SD sayat tangan karena ingin ikuti tren.

1. Terpengaruh oleh tren di sosial media

Freepik
Freepik

Keenam siswa yang melakukan aksi tersebut diketahui bersekolah di salah satu SD di Kabupaten Serang

Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Kabupaten Serang, Kurotu Akyun, mengonfirmasi bahwa anak SD tersebut adalah siswa kelas 5. Akyun telah melakukan tindakan dengan meminta keterangan dari anak-anak SD tersebut.

Mereka mengaku nekat menyayat tangannya karena terpengaruh oleh media sosial.

"Sementara itu, mereka hanya ikut-ikutan," kata Akyun pada Minggu, (5/11/2023).

Akyun menyebut bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan Komnas PA di tingkat provinsi dan pusat terkait fenomena ini.

Terlebih lagi, tren menyayat tangan juga dilaporkan terjadi di beberapa daerah lain. "Karena itu, kami berkoordinasi dengan Komnas PA di tingkat provinsi dan pusat untuk menggali lebih dalam agar tidak terlalu meluas," ucapnya.

"Meluasnya tren ini menjadi sesuatu yang tidak kita harapkan," tambah Akyun.

2. Merupakan 'tren' lama dan merupakan indikasi masalah psikologis

Freepik
Freepik

Akyun menambahkan bahwa sebenarnya tren ini bukanlah hal baru.

Sejak lama, sebelum media sosial berkembang seperti sekarang, ada fenomena menyayat tangan yang mengandung kode tertentu.

Kode ini dibuat dengan menggunakan pisau cukur dan pecahan kaca untuk melukai tangan. "Dulu, kode-kode ini cukup mengkhawatirkan," kata Akyun.

Komnas PA Kabupaten Banten terakhir meminta orangtua untuk mengawasi anak-anak mereka.

Menurut Akyun, ada indikasi masalah psikologis pada anak-anak yang nekat melukai tangan mereka sendiri.

"Pengawasan oleh orangtua sangat penting. Ketika ada perilaku anak yang tidak biasa, segera tanggapi dan lakukan pendekatan," tambahnya.

3. 870 siswa menyayat tangan di Magetan dan butuh penanganan

Freepik/tirachardz
Freepik/tirachardz

Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Jawa Timur melaporkan bahwa ada 870 siswa dari SMP dan SMA yang terlibat dalam tren menyayat tangan. Motif siswa melukai diri mereka sendiri karena mengikuti tren dari teman-teman mereka atau ada masalah pribadi.

"(Ada) masalah dengan keluarga yang tidak harmonis atau masalah dengan pacar mereka, tapi yang paling banyak adalah karena ikut-ikutan teman-teman mereka," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan, Rohmad Hidayat.

Pemerintah Kabupaten Magetan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tren ini.

RSUD Sayidiman Magetan telah disiapkan untuk memberikan pendampingan psikologis.

Direktur Utama RSUD Sayidiman Magetan, Rohmat Santosa, menjelaskan bahwa ada dua tenaga ahli yang akan membantu siswa-siswa tersebut.

"Ada 2 psikolog yang kita siapkan untuk menangani siswa yang memiliki unsur psikologi dalam penanganan siswa menyayat lengan tangan mereka. Untuk fasilitas pelayanan sudah siap, tapi pasien dari kasus tersebut sampai saat ini belum ada yang masuk," katanya.

Dinas Pendidikan Magetan sendiri masih melakukan identifikasi siswa yang perlu pendampingan psikologis.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Magetan, Suwata, siswa yang mengalami stres berat dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan pendampingan psikologis. Bagi siswa yang tidak termasuk dalam kategori tersebut, pihak Dindik akan melibatkan orang tua siswa dan sekolah dalam penanganannya.

Itulah rangkuman kronologis viral di media sosial, 6 anak SD sayat tangan karena ingin ikuti tren. Dengan adanya kasus ini, diharapkan bisa menjadi perhatian bagi para orangtua dan juga para orang dewasa untuk selalu mengawasi konten yang diterima oleh anak-anak.

Share
Topics
Editorial Team
Lovita Nindyani
EditorLovita Nindyani
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

7 Alasan Pengalaman Liburan Lebih Bermakna dari Mainan untuk Masa Depan Anak

19 Des 2025, 10:05 WIBBig Kid