Masalah Otot yang Bisa Mengganggu Aktivitas Anak dan Cara Mengatasinya

Tubuh anak yang fleksibel akan mendukung mobilitas fisik yang baik

6 Mei 2021

Masalah Otot Bisa Mengganggu Aktivitas Anak Cara Mengatasinya
Freepik/Prostooleh

Selain memantau perkembangan sosial dan kemajuan akademis anak, di masa tumbuh-kembangnya orangtua perlu jeli memperhatikan kebugaran tubuh anak. Seiring dengan kekuatan dan daya tahan tubuhnya, fleksibilitas merupakan aspek penting dalam kebugaran tubuh. 

Tubuh yang fleksibel merupakan kunci agar anak dapat beraktivitas fisik dengan baik. Hal ini terkait dengan kemampuan atletik dan risiko cedera, terutama saat anak berolahraga. Sepenting apakah aspek fleksibilitas anak dalam kehidupan sehari-hari? Berikut Popmama.com merangkum informasinya, dilansir dari livestrong.com:

Masalah Otot yang Terlalu Kaku

Masalah Otot Terlalu Kaku
Pixabay/Galina9237941221

Sejak usia sekitar 6 tahun, atau masuk kelas di sekolah umum, anak mulai banyak beraktivitas dengan duduk selama berjam-jam. Seiring bertambahnya usia anak, mereka menghabiskan waktu berjam-jam membungkuk di depan komputer dan TV yang menambah masalah kaki, punggung, leher ,dan bahu yang semakin terasa sesak. 

Dilansir dari The Nationwide Children's Hospital, otot cenderung mudah kaku dan terasa kencang pada masa pra-remaja dan awal remaja saat anak mengalami periode pertumbuhan cepat yang singkat. Selama fase perkembangan fisik yang cepat dan singkat ini, otot masih dalam proses penyesuaian dengan pertumbuhan tulang sehingga dapat berdampak pada fleksibilitas tubuh.

Editors' Pick

Otot yang Terlalu Fleksibel Juga Bisa Menimbulkan Masalah

Otot Terlalu Fleksibel Juga Bisa Menimbulkan Masalah
clondalkinleisure.com

Berkebalikan dengan otot yang terlalu kaku, otot yang luar biasa fleksibel atau disebut hipermobilitas juga bisa menimbulkan masalah. Hipermobilitas atau sendi ganda ini membuat seni anak sangat longgar dan anggota tubuh mereka bergerak di luar rentang gerakan normal. 

Anak dengan hipermobilitas bagian tubuhnya dapat melampaui fleksibilitas yang wajar. Mereka mungkin bisa menekuk ibu jari atau jari kelingkingnya hingga batas kelengkungan ekstrem. 

Kondisi hipermobilitas ini bisa dialami turun-temurun dalam keluarga dan umumnya dialami oleh anak perempuan. Memang, anak perempuan cenderung mengalami kelonggaran sendi yang lebih besar ketimbang anak laki-laki pada usia yang sama. 

Ketika anak dengan hipermobilitas ini bertambah usia dan terus tumbuh, otot mereka menjadi lebih kuat dan lebih kencang sehingga kondisinya bisa menjadi normal. Tetapi dalam beberapa kasus, hipermobilitas ini dapat berlanjut hingga dewasa.

Konsekuensi Otot yang Terlalu Kaku

Konsekuensi Otot Terlalu Kaku
Freepik/Feelartfeelant

Jika anak Mama aktif dalam olahraga dan kegiatan fisik lainnya, fleksibilitas sangatlah penting. Fleksibilitas yang buruk dapat menghambat performa anak dan meningkatkan risiko cedera. Otot-ototnya pendek dan kencang, akibatnya rentan mengalami ketegangan yang berujung cedera yang berbahaya.

Hipermobilitas juga Ternyata Bikin Masalah

Hipermobilitas juga Ternyata Bikin Masalah
resilience.af.mil

Untuk anak yang melakukan kegiatan fisik yang melibatkan tingkat fleksibilitas tinggi, seperti senam, balet, dan seni bela diri, hipermobilitas sering dianggap sebagai nilai tambah. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah gejala yang seringkali tak disadari sampai akhirnya kondisinya menjadi parah. Gejala tersebut meliputi: nyeri otot dan persendian, nyeri, bengkak, dan kram. 

Gejala nyeri lebih sering terjadi pada bagian tubuh bawah, termasuk paha dan betis, dan cenderung mempengaruhi sendi yang lebih besar, termasuk lutut dan siku. Anak-anak hipermobilitas juga rentan terhadap keseleo, cedera jaringan lunak, dislokasi sendi, dan nyeri punggung.

Cara Mengatasi Masalah Otot

Cara Mengatasi Masalah Otot
mediadefense.gov

Melakukan peregangan yang teratur dan konsisten adalah kunci untuk mempertahankan atau meningkatkan fleksibilitas anak.

Sebelum melakukan aktivitas fisik, anak harus melakukan pemanasan selama beberapa menit dengan aktivitas kardio umum. Lalu diikuti dengan peregangan dinamis yang melibatkan gerakan berulang yang terus-menerus. 

Setelah beraktivitas fisik, anak harus melakukan peregangan statis selama beberapa menit yang difokuskan pada kelompok otot utama, termasuk bahu, paha depan, paha belakang dan betis.

Semoga informasi ini bermanfaat dalam membantu orangtua memahami kebugaran tubuh anak yang sedang dalam masa aktifnya. 

Baca juga:

The Latest