- Fokus pada 2–3 benda saja, bukan keseluruhan ruangan.
- Menggunakan gerakan repetitif: memasukkan, mengambil, mengelompokkan.
- Mengajak tanpa memaksa, karena anak sangat peka terhadap tekanan.
Kapan Sebaiknya Anak Bisa Merapikan Mainannya Sendiri? Ini Jawabannya!

- Usia 18 bulan: Beres-beres sebagai aktivitas sensorik, bukan kewajiban
- Usia 1–3 tahun: senang membantu, tetapi rentan mengalihkan perhatian
- Usia 3–5 tahun: mulai bisa membersihkan banyak hal
Orangtua sering terjebak dalam ekspektasi bahwa anak harus langsung bisa membereskan mainan begitu diminta. Padahal, merapikan adalah keterampilan yang baru berkembang melalui latihan berulang, bukan sesuatu yang otomatis muncul hanya karena diperintahkan. Anak perlu memahami urutannya, belajar mengelola emosi, dan melihat kegiatan beres-beres sebagai bagian dari rutinitas, bukan hukuman.
Kemampuan membereskan mainan juga berkaitan dengan perkembangan motorik, fokus, regulasi emosi, hingga pemahaman tentang sebab-akibat. Karena itu, wajar jika di usia tertentu anak masih membutuhkan banyak bantuan.
Berikut Popmama.com berikan panduan lengkap kapan sebaiknya anak bisa merapikan mainannya sendiri berdasarkan tahapan usia dan cara efektif menerapkannya di rumah.
1. Usia 18 bulan: Beres-beres sebagai aktivitas sensorik, bukan kewajiban

Di usia ini, anak belum memahami konsep tugas. Mereka hanya "ikut" sebagai bentuk eksplorasi. Tujuan utama bukan hasil, melainkan pengalaman. Orangtua justru bertindak sebagai contoh yang menarik.
Mama bisa latih dengan:
Misal, ruangan berantakan, anak baru selesai bermain masak-masakan. Orangtua bisa melakukan pendekatan dengan,
"Ayo kita pulangkan piring plastik ke keranjang kuning. Mama ambil yang besar, kamu ambil yang kecil."
Jika anak menolak, coba bantu urutkan, "Kalau kamu mau, kita bisa mulai dari satu dulu. Kamu pilih mana yang mau kamu bereskan."
Tidak masalah bila hasilnya berantakan karena yang penting, anak merasakan ritme merapikan bersama.
2. Usia 1–3 tahun: senang membantu, tetapi rentan mengalihkan perhatian

Anak usia ini merasa bangga ketika ikut serta, tetapi belum mampu menyelesaikan tugas tanpa bimbingan. Mereka bisa mulai mengenal aturan sederhana, tetapi orangtua tetap menjadi pemimpin dalam kegiatan beres-beres.
Tantangan umum usia ini:
- Fokus pendek, cepat bosan
- Sering berhenti di tengah jalan
- Merasa membereskan itu "membosankan dibanding bermain"
Maka, Mama bisa mulai dengan:
- Gunakan instruksi spesifik, bukan perintah panjang seperti "Bereskan semuanya."
- Beri batasan waktu singkat, maksimal 3 menit.
- Beri pilihan, agar anak merasa punya kontrol.
Misalnya, "Buku kita taruh di rak, mobil-mobilan masuk keranjang. Kamu mau mulai dari buku atau mobil?"
Jika mereka hanya melakukan sedikit, tetap apresiasi usaha, bukan hasil, "Terima kasih, kamu sudah membantu menyimpan mobil. Nanti kita latihan lagi ya."
3. Usia 3–5 tahun: mulai bisa membersihkan dengan bimbingan terstruktur

Pada usia ini, anak sudah mampu memahami perintah dua langkah, mengenali kategori, dan mengikuti rutinitas sederhana. Namun, mereka tetap membutuhkan bimbingan yang menyenangkan. Konsep "permainan" masih sangat efektif.
Orangtua bisa mulai mengajarkan:
- Mengelompokkan mainan berdasarkan jenis
- Mengikuti urutan langkah
- Menyelesaikan sebelum pindah aktivitas lain
Balut situasi "beres-beres" dengan bermain:
- Ubah menjadi permainan: balapan, hitungan mundur, lagu beres-beres
- Tampilkan aturan visual, misalnya stiker gambar mainan pada kotak
Apa bila anak berkata, "Aku tidak mau, capek." Coba respon dengan, "Kita coba dua menit saja. Setelah dua menit, kita lihat berapa banyak yang bisa kita rapikan."
Jika anak terdistraksi, "Aku lihat bonekanya masih di lantai. Mau kamu yang taruh di kotak, atau Mama yang taruh?" Berikan kontrol kecil supaya mereka terdorong untuk melanjutkan.
4. Usia 6–8 tahun: Mulai mandiri Karena terbiasa, bukan dipaksa

Di usia ini, anak sebenarnya mampu membereskan sendiri bila sudah sering dilatih sejak kecil. Mereka sudah lebih memahami konsekuensi logis dan tanggung jawab pribadi. Namun tetap wajar jika sesekali harus diberi pengingat.
Mama dan Papa bisa bangun kemandirian dengan:
- Buat aturan yang jelas dan konsisten
- Terapkan konsekuensi logis, bukan ancaman
- Tunda aktivitas menyenangkan sampai beres-beres selesai
Berikan juga konsekuensi seperti, "Kalau mainan belum dibereskan, kita belum bisa mulai waktu menonton. Silakan bereskan dulu, nanti kita lanjut."
Maka latih dengan bertahap dengan merapikan satu area dan tambahkan tanggung jawab sesuai kemampuan, "Kamu punya lima menit untuk membereskan sebelum tidur. Setelah selesai, kita bisa baca cerita pilihanmu."
5. Kunci penting: tempat yang jelas membuat anak mudah merapikan

Anak tidak bisa merapikan jika tidak tahu di mana meletakkan setiap benda. Aturan menjadi lebih mudah ketika penyimpanan sederhana dan konsisten.
Atur penyimpanan dengan:
- Keranjang besar untuk jenis mainan yang tidak perlu disortir detail
- Wadah transparan agar anak bisa melihat isinya
- Label gambar untuk yang belum bisa membaca
- Penyimpanan berada di ketinggian yang mudah dijangkau
"Semua balok kembali ke rumahnya di kotak hijau. Kalau semuanya sudah pulang, kita bisa lanjut kegiatan berikutnya."
Dengan penyimpanan yang jelas, anak tidak merasa tugas ini sebagai beban, tetapi sebagai rutinitas yang masuk akal.
Itulah panduan lengkap kapan sebaiknya anak bisa merapikan mainannya sendiri berdasarkan tahapan usia dan cara efektif menerapkannya di rumah.



















