Perkembangan Psikologis Anak Usia 3 Tahun: Teman Khayalan

Sering melihat anak Mama bicara sendiri, entah itu terhadap obyek atau pun tidak? Jangan buru-buru ketakutan dan menganggap anak bicara dengan makhluk gaib, Ma. Di usia 3 tahun, sangat umum anak memiliki teman khayalan sendiri.
Memiliki teman khayalan juga bukan menandakan anak Mama merasa sendiri atau tidak normal. Faktanya, anak dengan teman khayalan tumbuh lebih kreatif, kooperatif, mudah bersosialisasi, mandiri dan bahagia lho.
Teman khayalan bisa jadi 'berwujud' manusia atau hewan, dan hadir dengan nama dan kepribadian tertentu. Sebagian anak merasa, teman khayalan adalah pelindungnya, temannya mencurahkan isi hatinya, bahkan sebagai 'kambing hitam'. Lebih dari itu, meski hanya imajinasi, teman khayalan membantu anak belajar membangun hubungan dengan orang lain dan mengendalikan perubahan.
Teman Khayalan Membantu Memberikan Wawasan kepada Orangtua

Menyimak interaksi anak Mama dengan teman khayalannya dapat memberikan wawasan yang berguna tentang ketakutan dan tekanannya. Terkadang anak tak mau menceritakan ketakutannya pada orangtua. Namun ia lebih terbuka bercerita pada teman khayalannya. Begitu pun dengan karakter teman khayalan yang diciptakan anak Mama. Jika teman bermain khayalannya takut terhadap monster di bawah tempat tidur, maka bisa jadi anak Mama pun demikian.
Meski teman khayalan bisa menjadi kuncian orangtua jika anak bersikap buruk, tetapi hindari menggunakannya untuk memanipulasi anak Anda. Misalnya, "Poppy (teman khayalan) mau lho makan sayur, kenapa kamu nggak mau?". Karena, walaupun masih kecil, ia tahu bahwa teman khayalan hanyalah sekedar ciptaan imajiner. Jika orangtua melibatkan teman khayalan untuk menekannya, ia tak lagi merasa punya tempat nyaman untuk bebas berekspresi.
Mengapa Perlu Mendorong Imajinasi Anak?
Imajinasi aktif membantu anak berkembang lebih baik, melebihi apa yang Anda pikirkan.
Menambah kosakata
Anak-anak yang bermain permainan imajiner atau mendengarkan banyak dongeng dan cerita yang dibacakan lantang dari buku, cenderung memiliki banyak kosakata yang lebih baik ketimbang anak-anak yang tidak melakukannya.
Mendorong kemandirian
Berimajinasi menjadi siapapun akan mendorong anak mempraktikkan hal-hal yang telah dipelajarinya, dan menciptakan situasi seperti apa yang diinginkannya. Cerita-cerita khayalan di mana ia menjadi bocah pemberani yang berhasil menggagalkan rencana jahat penyihir, tanpa disadari menumbuhkan perasaan bahwa ia bisa kuat, berani dan mengendalikan situasi. Bahkan jika itu situasi yang menakutkan.
Mengajarkan anak memecahkan masalah
Berimajinasi mengajarkan anak berpikir kreatif dalam kehidupan nyata. Baik itu di sekolah atau di rumah, orang dewasa seringkali jadi pengambil keputusan terhadap apa yang akan dilakukan anak-anak dan bagaimana anak harus melakukannya. Tetapi dalam permainan khayalan, anak-anak memutuskan sendiri apa yang harus dilakukannya dan bagaimana melakukannya (bagaimana menangkap monster, misalnya), dan bagaimana menyelesaikan masalah (bagaimana melepaskan ikatan tali penculik hingga membangun tenda yang lebih kuat).
Untuk mendorong imajinasi anak, bisa lewat beberapa cara. Membacakan buku cerita, mendongeng, mengajak anak menggambar bebas, bermain drama atau menggunakan benda-benda di sekitar sebagai alat bermain, bisa menjadi cara sederhana agar anak selalu bersemangat dan terinspirasi.



















