Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

5 Strategi Cerdas Hadapi Fase “Why” Balita, Mama Wajib Tahu!

5 Strategi Cerdas Hadapi Fase “Why” Balita, Mama Wajib Tahu!
freepik

Fase “why” atau fase bertanya “kenapa?” berulang kali pada balita sering membuat Mama merasa seperti sedang diinterogasi tanpa henti.

Dilansir dari Ovia Health, fase “why” adalah tahap perkembangan ketika balita secara konsisten dan terus menerus mengajukan pertanyaan “kenapa?” sebagai cara untuk memahami dunia dengan meminta penjelasan atas setiap pernyataan yang diberikan orangtuanya.

Namun, di balik rentetan pertanyaan tersebut, sebenarnya si Kecil sedang berada dalam tahap perkembangan penting.

Menurut para ahli, rasa ingin tahu yang tinggi adalah tanda bahwa anak mulai memahami konsep sebab-akibat dan berusaha menghubungkan berbagai informasi yang mereka temui setiap hari.

Meskipun kadang melelahkan, fase ini adalah kesempatan emas untuk membantu si Kecil belajar sekaligus mempererat hubungan emosional antara orangtua dan anak.

Dengan strategi yang tepat, Mama dapat mengubah setiap pertanyaan menjadi momen berharga yang dapat merangsang perkembangan otak si Kecil.

Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum informasi seputar 5 strategi cerdas hadapi fase “why” balita, agar Mama bisa mendampingi fase penuh rasa ingin tahu ini dengan optimal!

1. Memahami fase “why” pada balita

5 Strategi Cerdas Hadapi Fase “Why” Balita, Mama Wajib Tahu!
Freepik/jcomp

Fase “why” atau fase di mana anak bertanya “kenapa?” berkali-kali biasanya dimulai sekitar usia 3 tahun.

Pada tahap ini, si Kecil sedang mengalami perkembangan pesat dalam kemampuan kognitif, khususnya pemahaman sebab-akibat.

Menurut penelitian dari University of Michigan, pertanyaan yang diajukan anak adalah bentuk eksplorasi mental yang membantu mereka memahami bagaimana dunia bekerja.

Setiap “kenapa?” yang dilontarkan si Kecil adalah upaya untuk menghubungkan informasi lama dengan pengalaman baru dalam otak si Kecil.

Bagi Mama, pertanyaan yang datang terus-menerus ini bisa terasa melelahkan, namun penting untuk diingat bahwa munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah tanda bahwa otak anak mama bekerja aktif dan sehat.

Mama dapat memanfaatkan fase ini untuk mengenalkan konsep-konsep baru secara sederhana, membiasakan anak berpikir kritis, serta membentuk kebiasaan belajar yang positif sejak dini

2. Pentingnya koneksi emosional antara anak dengan orangtua dalam fase ini

5 Strategi Cerdas Hadapi Fase “Why” Balita, Mama Wajib Tahu!
Freepik/prostooleh

Pertanyaan “kenapa?” yang keluar dari mulut si Kecil tidak selalu murni ditujukan untukmencari jawaban logis. Terkadang, tindakan ini adalah cara anak meminta koneksi dan interaksi dengan orangtua.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), respon yang penuh perhatian terhadap pertanyaan anak dapat membangun rasa aman yang menjadi dasar perkembangan sosial dan emosional di kemudian hari.

Saat Mama menjawab dengan sabar, si Kecil akan merasa dihargai dan diakui, yang akan meningkatkan rasa percaya diri anak mama untuk terus bertanya dan belajar.

Interaksi ini juga mengajarkan anak bahwa komunikasi adalah proses dua arah, di mana mendengarkan dan merespon sama pentingnya.

Meskipun Mama sedang sibuk, menyempatkan diri menjawab atau minimal mengakui pertanyaan anak dapat memberikan dampak positif jangka panjang pada hubungan orang tua dan anak.

Dengan kata lain, setiap pertanyaan “kenapa?” adalah peluang untuk mempererat ikatan keluarga sambil mengasah kemampuan bahasa, empati, dan rasa ingin tahu anak

3. Strategi menjawab saat Mama tidak tahu jawabannya

5 Strategi Cerdas Hadapi Fase “Why” Balita, Mama Wajib Tahu!
Freepik/bristekjegor

Tidak semua pertanyaan anak dapat dijawab langsung oleh Mama. Menggunakan kalimat seperti, “Mama tidak tahu, tapi itu pertanyaan bagus!” dapat menjadi strategi yang efektif menghadapi situasi ini.

Menurut Harvard Graduate School of Education, respon seperti ini mengajarkan anak bahwa ketidaktahuan bukanlah kelemahan, melainkan titik awal untuk belajar.

Pendekatan ini mendorong anak untuk melihat proses pencarian informasi sebagai bagian penting dari pembelajaran.

Mama bisa mengajak si Kecil mencari jawabannya bersama, baik melalui buku, eksperimen kecil, atau internet yang aman untuk anak.

Selain memberi Mama waktu berpikir, cara ini membentuk pola pikir yang membuat si Kecil melihat kesalahan dan ketidaktahuan sebagai peluang belajar.

Dengan membiasakan anak untuk ikut mencari solusi, Mama turut menanamkan keterampilan pemecahan masalah yang akan bermanfaat di sekolah dan kehidupan sehari-hari

4. Mengajak anak berpikir dengan mengajukan pertanyaan balik

5 Strategi Cerdas Hadapi Fase “Why” Balita, Mama Wajib Tahu!
Freepik/freepic.diller

Ketika Mama merasa lelah atau ingin melatih kemampuan berpikir anak, pertanyaan balik seperti “kalau menurutmu gimana, nak?” bisa menjadi solusi yang tepat.

Teknik ini membantu anak mama mengasah kemampuan berpikir kritis, membangun logika, dan menghubungkan pengalaman mereka dengan pertanyaan yang diajukan.

Dengan memberikan ruang bagi si Kecil untuk memikirkan jawabannya sendiri, Mama membantu mereka belajar bahwa pengetahuan tidak selalu diberikan, tetapi juga bisa ditemukan melalui pengamatan dan pemikiran mandiri.

Teknik ini juga melatih anak untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan, sehingga membentuk pola pikir kreatif.

Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering diajak berpikir mandiri akan memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang lebih baik di masa depan.

Dengan demikian, strategi pertanyaan balik tidak hanya memberi Mama jeda, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang bagi perkembangan intelektual anak

5. Mengelola kelelahan orangtua menghadapi fase "why?"

5 Strategi Cerdas Hadapi Fase “Why” Balita, Mama Wajib Tahu!
freepik

Menjawab pertanyaan “kenapa?” yang datang bertubi-tubi tentunya bisa melelahkan, terutama ketika Mama sedang sibuk atau lelah.

Namun, penting untuk Mama ketahui bahwa stres dalam mengasuh anak dapat memengaruhi kualitas interaksi antara orang tua dan anak.

Karena itu, penting bagi Mama untuk mengenali batas energi diri. Salah satu cara mengelola hal ini adalah dengan mengatur waktu khusus untuk menjawab pertanyaan anak, sehingga Mama tidak merasa terus-menerus diinterogasi.

Selain itu, menggunakan strategi seperti pertanyaan balik atau mengajak anak mencari jawaban melalui kegiatan menyenangkan dapat membantu menjaga keseimbangan.

Misalnya, Mama bisa mengajak anak menonton video edukasi singkat, melakukan eksperimen rumah sederhana, atau membaca buku interaktif. D

engan begitu, rasa ingin tahu anak tetap terpenuhi tanpa membebani Mama secara berlebihan.

Menjaga kesehatan mental Mama adalah kunci agar proses belajar anak tetap berjalan positif dan menyenangkan

Itulah informasi mengenai 5 strategi cerdas hadapi fase “why” balita. Semoga informasi tersebut dapat membantu Mama yang sedang kewalahan menghadapi fase ini, ya!

Share
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Seru! Rayakan Natal dan Tahun Baru yang Meriah Bersama Lippo Malls

04 Des 2025, 18:39 WIBKid