Anak 4 Tahun Diejek Temannya dan Ingin Laser, Ini Jawaban Bijak Dok Fin

Kasus bullying pada anak-anak ternyata bisa terjadi sejak usia dini, bahkan sejak bangku Taman Kanak-Kanak. Hal ini dialami oleh salah satu pasien dokter kecantikan Findrilia Sanvira yang baru berusia empat tahun.
Orang tua dari sang anak datang membawa anak tersebut ke klinik kecantikan dengan keinginan menghilangkan suatu tanda di wajahnya yang menjadi bahan ejekan teman-temannya.
Menanggapi hal ini, dr. Findrilia atau yang akrab disapa Dok Fin justru menolak melakukan tindakan medis seperti laser pada pasiennya yang masih sangat kecil. Alih-alih menghilangkan tanda tersebut, ia memilih memberikan edukasi pada anak dan orang tua tentang cara menghadapi bullying dengan bijak.
Tak hanya menguatkan mental sang anak, Dok Fin juga menekankan pentingnya melawan aksi bullying sejak dini. Berikut Popmama.com ulasan lengkapnya yang bisa jadi pengingat bagi orang tua.
1. Jawaban bijak Dok Fin kepada pasiennya yang merupakan korban bullying
Sebagai orangtua, tentu kita jugu ingin anaknya hidup dengan nyaman tanpa ejekan teman-temannya. Begitu pula yang dilakukan pasien "Dok Fin" yang datang membawa anaknya dengan maksud untuk menghilangkan suatu tanda yang membuat sang anak tidak percaya diri.
Karena usianya yang masih begitu kecil, Dok Fin menolak untuk melakukan laser sebagai salah satu treatment yang banyak digunakan untuk mengatasi hiperpigmentasi.
Alih-alih melakukan tindakan, langkah awal yang bisa orang tua lakukan adalah memvalidasi perasaan anak dan memberikan pemahaman bahwa tanda di wajahnya bukanlah suatu kesalahan.
Penting juga untuk tidak terburu-buru mengambil tindakan medis hanya karena tekanan sosial. Selain itu, ajarkan anak cara merespons ejekan dengan santun tapi tegas.
Seperti saran yang diberikan Dok Fin, dengan mengucapkan, "Thank you ya kamu perhatian sama aku, nanti wajahku bisa bersih kok."
Pendekatan ini membantu anak tidak terpancing emosi dan mengurangi niat pelaku bullying untuk terus mengganggu.
2. Pentingnya membangun empati pada anak sejak dini

Bullying sering terjadi karena kurangnya empati pada anak. Dok Fin mengingatkan bahwa "candaan" yang dianggap lucu bisa membuat orang lain menangis dan kehilangan percaya diri.
Karena itu, orang tua perlu menanamkan nilai empati sejak kecil dengan memberi contoh menghargai perbedaan fisik, sifat, maupun latar belakang orang lain.
Di sisi lain, anak juga perlu dilatih mentalnya agar tak mudah sedih atau marah saat diejek. Seperti dijelaskan dokter kecantikan tersebut, menunjukkan kesedihan justru akan membuat pelaku bullying merasa berhasil.
"Nggak boleh sedih, kalau kamu sedih justru dia (pelaku bullying) happy," sambung Dok Fin memberi peringatan.
Dengan membekali anak cara berpikir positif dan keyakinan bahwa ia berharga apa adanya, anak akan lebih tangguh menghadapi tekanan sosial di masa depan.
3. Maraknya kasus bullying yang terjadi pada anak usia dini

Bullying kini tak hanya terjadi pada anak remaja, tapi sudah merambah ke usia prasekolah. Seperti cerita pasien Dok Fin yang masih berusia empat tahun di atas, ejekan fisik seperti komentar tentang penampilan bisa langsung berdampak pada kepercayaan diri anak.
Orang tua kerap tak menyadari bahwa anak usia TK justru juga sudah mampu menyakiti teman dengan kata-kata yang didengar dari lingkungan sekitar, Ma, Pa.
Keterbatasan pemahaman anak usia dini tentang konsep menghargai perbedaan membuat mereka mudah meniru perilaku kurang baik. Tanpa pendampingan yang tepat, ejekan ringan bisa berubah menjadi trauma berkepanjangan.
Kasus pasien Dok Fin ini menjadi pengingat bahwa bullying bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja, bahkan pada anak usia empat tahun.
Daripada fokus mengubah fisik anak, langkah terpenting adalah membangun ketahanan mental dan empati di lingkungan sekitarnya.
Seperti pesan Dok Fin, dunia membutuhkan lebih banyak empati, bukan kata-kata yang melukai dan pendidikan untuk itu harus dimulai dari keluarga.


















