Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Kenali 5 Penyebab Anak Mudah Takut saat Mendengar Suara Keras

Freepik/master1305
Freepik/master1305

Apakah anak mama takut dengan suara kembang api atau gemuruh petir?

Atau, anak mengeluarkan reaksi yang berlebihan ketika mendengar teriakan?

Bisa jadi, respons tersebut adalah petunjuk bahwa anak mama mudah takut dengan suara keras!

Memiliki ketakutan terhadap suara bising adalah bagian alami dari perkembangan si Kecil. Ini adalah hal yang wajar dialami oleh anak-anak, karena suara yang keras identik dengan ancaman yang akan membuat mereka merasa lebih tidak aman dibanding biasanya. Telinga pun terasa jadi nyeri sehingga muncul ketidaknyamanan.

Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan beradaptasi dan perlahan ketakutan tersebut akan pudar. Namun, bagaimana ya jika keadaan ini malah semakin parah?

Apakah ada penyebab tertentu yang membuat anak selalu merasa takut dengan suara keras?

Berikut Popmama.com telah merangkum 5 penyebab anak mudah takut saat mendengar suara keras yang bisa membantu Mama mendeteksi akar permasalahannya!

1. Faktor genetik

Pexels/Kampus Production
Pexels/Kampus Production

Ketakutan anak terhadap suara keras yang tak kunjung pulih bisa jadi adalah tanda bahwa ia menderita fonofobia. Kondisi ini merupakan bagian dari gangguan kecemasan, lho, Ma!

Definisi dari fonofobia sendiri adalah kondisi ketakutan luar biasa yang memicu kepanikan pada penderitanya ketika mereka mendengar suara kencang. 

Anak dengan keluarga yang memiliki riwayat gangguan kecemasan akan lebih rentan untuk terkena fonofobia. Apabila secara garis keturunan, Mama menemukan kondisi yang demikian, berikan perhatian khusus kepada anak. Waspadailah jika gejalanya semakin tak terkendali!

2. Memiliki trauma dengan suara

Freepik/Jcomp
Freepik/Jcomp

Coba Mama ingat kembali, apakah anak mempunyai pengalaman buruk dengan suara?

Misalnya, anak pernah melihat secara langsung bagaimana bahaya sambaran petir.

Atau contoh kasus lainnya, adanya teriakan yang pernah membuat kepanikan hebat dan hal itu masih terngiang terus di kepalanya. 

Bukalah obrolan dengan si Kecil dan bahas mengenai ketakutannya tersebut. Bila anak belum menunjukkan reaksi yang siap, jangan menekan dia.

Walau begitu, selalu berikan pesan kepadanya bahwa Mama akan selalu menyiapkan ruang untuk anak bercerita.

Sembari menunggu proses terbukanya anak, Mama bisa pantau bagaimana reaksinya terhadap ragam suara di kehidupan sehari-hari. Dari situ, perlahan Mama mungkin akan tahu secara spesifik jenis suara apa yang sangat menganggunya. 

3. Imajinasi yang berlebihan

Unsplash
Unsplash

Daya imajinasi pada usia anak-anak memang bisa dibilang sedang tinggi-tingginya. Namun, ini bisa membawa dampak buruk jika yang terbayang di pikirannya adalah hal-hal negatif dan menghambat perkembangannya. 

Jangan biarkan anak terjebak dan terhasut oleh imajinasinya sendiri, ya, Ma!

Mama bisa menelusuri tontonan dan bacaan apa yang sedang disaksikan oleh anak. Bisa jadi, ketakutannya berasal dari konten tersebut. Lalu karena emosinya yang belum stabil, anak jadi merefleksikan sebuah fiksi di kehidupan nyatanya.

Misalnya, anak menganggap kembang api adalah sebuah suara ledakan yang terjadi di medan perang.

Disini, Mama mempunyai peran aktif untuk mengedukasi anak dan membantunya untuk menghilangkan perasaan mudah takut.

4. Tidak terbiasa dengan lingkungan berisik

Unsplash/Caroline Hernandez
Unsplash/Caroline Hernandez

Jika sebelumnya anak terbiasa tinggal di daerah sunyi, maka bisa jadi ia sedang mengalami kesulitan untuk beradaptasi.

Anak akan membandingkan lingkungannya yang dulu dengan tempatnya yang sekarang. Faktor inilah yang menimbulkan respons alamiah anak ketika mendengar suara bising dan keras. 

Jika reaksi anak berlebihan, Mama harus siap dan sabar untuk menenangkan anak. Memarahinya hanya akan menambah ketakutan si Kecil menjadi 2 kali lipat.

Dampingi anak dalam hal menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Pastikan kepadanya bahwa suara tersebut bukanlah pertanda bahaya dan semua masih baik-baik saja. 

5. Mengidap hiperakusis

Pexels/Courtney Stephens
Pexels/Courtney Stephens

Hiperakusis terjadi ketika anak memiliki sensitivitas yang berlebih terhadap suara. Bukan hanya tidak nyaman, anak akan memperlihatkan sensasi kesakitan bila mendengar suara-suara keras seperti suara mesin, alat penyedot debu, suara blender, atau sumber kebisingan lainnya. 

Gejala yang ditimbulkan hiperakusis biasanya berupa:

  • Rasa sakit yang menusuk telinga, rahang, dan leher.
  • Telinga terasa penuh sehingga sulit mendengar suara lain
  • Kesemutan di telinga.

Segera cari pertolongan medis apabila anak menampakkan tanda-tanda tersebut!

Demikianlah 5 penyebab anak mudah takut saat mendengar suara keras.

Untuk membantu anak meredakan ketakutannya, Mama perlu mengindikasikan dan memastikan apa yang menjadi penyebab rentannya keberanian si Kecil.

Konsultasikan dengan profesional apabila keadaan anak semakin sulit ditanggulangi. 

Share
Topics
Editorial Team
Erick akbar
EditorErick akbar
Follow Us

Latest in Kid

See More

Ngobrol dengan Boneka Bisa Jadi Cara Mendidik Perilaku Baik pada Anak

15 Des 2025, 16:24 WIBKid