Apa Itu Psikopat, Ciri-Ciri dan Cara Pengobatannya

Psikopat dapat dideteksi sejak dini sehingga mendapatkan penanganan yang tepat

28 Januari 2020

Apa Itu Psikopat, Ciri-Ciri Cara Pengobatannya
Pexels/Rene Asmussen

Beberapa orang cenderung menganggap psikopat sebagai sebuah kondisi mental, akan tetapi sebenarnya belum ada diagnosis resmi. Jika dalam dunia psikologi, psikopat adalah gangguan kepribadian.

Dilansir dari Healthline, Dr. Prakash Masand, psikiater dan pendiri Centers of Psychiatric Excellence mengatakan bahwa psikopat merupakan gangguan kejiawaan.

Psikopat adalah gangguan kepribadian antisosial (ASPD) yang menggambarkan seseorang dengan pola manipulasi dan pelanggaran kepada orang lain.

Namun, antisosial yang dimaksud bukan perilaku mengasingkan diri dari lingkungan, tetapi seseorang yang bertentangan dengan masyarakat, aturan, dan perilaku lain yang lebih umum.

Ada beberapa ciri-ciri yang dapat menandakan seseorang disebut sebagai psikopat.

Berikut Popmama.com jelaskan dikutip dari berbagai sumber.

1. Ciri-ciri seorang psikopat

1. Ciri-ciri seorang psikopat
Pexels/Rene Asmussen

Istilah psikopat bukan diagnosis resmi, maka para ahli menjabarkan ciri-ciri psikopat merujuk pada tanda dalam ASPD. Beberapa ciri-ciri tersebut yang dapat menandakan bahwa seseorang termasuk psikopat, yaitu perilaku yang tidak bertanggung jawab secara sosial, mengabaikan atau melanggar hak orang lain, tidak mampu membedakan perilaku benar atau salah, dan kecenderungan sering berbohong.

Selain itu, perilaku lain yang mungkin merupakan tanda-tanda ASPD sebagai ciri psikopat antara lain, kecenderungan untuk mengambil risiko, perilaku tidak beraturan atau seenaknya, dan menipu dengan seringnya melakukan kebohongan.

Seseorang dengan perilaku yang disebutkan tadi mungkin juga tidak memiliki hubungan emosional yang dalam, agresif, dan cenderung pemarah. Tak hanya itu, orang dengan ASPD juga tidak peduli jika mereka melukai seseorang, impulsif, kasar, dan kurang penyesalan.

Editors' Pick

2. Psikopat rentan lakukan hal negatif

2. Psikopat rentan lakukan hal negatif
Pexels/Vijay Putra

Dilansir dari ScienceofPeople.com, peneliti menunjukkan bahwa psikopat berakar sejak usia dini. Anak-anak yang menunjukkan kurangnya rasa takut, ketidakpedulian terhadap teman sebaya, dan memiliki emosi yang tinggi cenderung berisiko tinggi menjadi psikopat.

Psikopat biasanya sangat impulsif dan emosional sehingga berisiko tinggi terhadap penyalahgunaan zat, kriminal, dan penahanan. Menurut Joseph Newman di University of Wisconsin, “Psikopat memiliki risiko 3 kali lipat melakukan tindak kriminal dan kekerasan daripada orang lain. Mereka juga 2 kali lebih mungkin melakukan tindakan antisosial lain, seperti berbohong dan ekspoitasi seksual.” Hal ini dikarenakan orag psikopat tidak memiliki kebaikan dan empati secara sosial.

3. Otak seorang psikopat

3. Otak seorang psikopat
Pexels/Kat Jayne

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ada hubungan antara bagaimana fungsi otak dan perilaku seorang psikopat. Para peneliti percaya bahwa psikopat memiliki pola aktivitas otak yang berbeda dengan orang normal lainnya. Secara khusus, penelitian menyebutkan bahwa aktivitas amigdala, dimana rasa takut diproses dan di korteks frontal orbital atau daerah pengambilan keputusan terjadi lebih sedikit pada orang psikopat.

Sebuah studi mengungkapkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian antisosial atau yang sering dikaitkan dengan psikopat, memiliki volume rata-rata 18% lebih sedikit dalam aktivitas otak sehingga empati hampir tidak ada dalam diri mereka.

5. Cara ketahui sesorang mengidap psikopat

5. Cara ketahui sesorang mengidap psikopat

Psikopat bukan gangguan mental dengan diagnosis resmi sehingga para ahli mendiagnosis seseorang mengenai kondisi ASPD. Seseorang cenderung tidak menyadari bahwa mereka menderita ASPD, akibatnya mereka jarang mencari pengobatan. Mereka biasanya tidak percaya jika ada masalah dalam perilaku.

Para ahli menjelaskan ada beberapa pedoman yang ditetapkan untuk mendiagnosis ASPD, yaitu dimulai pada usia 15 tahun atau masa remaja. Namun, beberapa orang dapat memiliki perilaku dan mengidap ASPD pada akhir masa remaja, tepatnya menuju usia dua puluhan.

Maka, untuk mendapatkan diagnosis yang tepat biasanya ahli psikologi akan memeriksa kesehatan mental dan melakukan evaluasinya secara lengkap. Dalam proses ini, ahli kesehatn mental akan mengevaluasi pikiran, perasaan, pola perilaku, dan hubungan seseorang. Kemudian, ahli akan mengidentifikasi gejala, membandingkannya dengan gejala ASPD, dan melihat sejarah medis seseorang untuk memastikan adanya gangguan mental.

5. Penanganan orang yang psikopat

5. Penanganan orang psikopat

Seperti dalam proses pendiagnosisannya, mengobati seseorang dengan sifat psikopat yang termasuk dalam diagnosis ASPD cenderung sulit. Namun, biasanya penyedia layanan kesehatan akan menggunakan kombinasi psikoterapi (terapi bicara) dengan dibantu obat-obatan.

Perlu diketahui bahwa gangguan kepribadian cenderung tidak dapat diobati dengan obat-obatan. Sedangkan psikoterapi dapat membantu orang dalam memahami diagnosis mereka dan bagaimana dampak di kehidupan serta hubungan mereka dengan orang lain.

Terapis juga akan bekerja untuk mengembangkan strategi sehingga dapat mengurangi keparahan gejala.

Jika obat menjadi bagian dari rencana perawatan, biasanya tenaga medis akan meresepkan obat yang dapat mengobati kondisi kesehaan lainnya, seperti kecemasan, depresi, atau gejala depresi. 

Baca juga:

The Latest