- Sifilis primer
Kemenkes: Ada 23 Ribu Warga Indonesia Terjangkit Raja Singa, Ini Penyebabnya!

- 23.347 warga Indonesia terjangkit raja singa pada tahun 2024, mayoritas usia muda dan 77 di antaranya merupakan sifilis kongenital.
- Risiko terinfeksi penyakit menular seksual meningkat pada gaya hidup bebas, namun juga dapat menular dari ibu pada bayinya.
- IMS sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, skrining rutin dianjurkan untuk deteksi dini dan pencegahan penularan kepada pasangan.
Kementerian Kesehatan RI mencatat pada tahun 2024, sebanyak 23.347 warga Indonesia terjangkit penyakit menular seksual raja singa atau sifilis. Apa penyebabnya?
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum ini menular melalui hubungan seksual yang tidak aman. Penyakit menular seksual ini tidak hanya berisiko akibat pergaulan bebas saja, orang yang ‘tidak nakal’ juga bisa terinfeksi, lho, Ma.
Data jumlah penderita raja singa dari Kemenkes tersebut menjadi bukti bahwa penyakit ini dapat menyerang siapa saja, terutama kaum muda. Penyakit ini bahkan dapat menular dari ibu pada bayi mereka.
Yuk simak penjelasan selengkapnya seputar Kemenkes ungkap ada 23 ribu warga Indonesia terjangkit raja singa dan apa penyebabnya yang telah Popmama.com rangkum berikut ini!
Penderita Raja Singa di Indonesia Didominasi Usia Muda

Penyakit sifilis atau yang dikenal juga sebagai raja singa saat ini menjadi perhatian serius di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus sifilis mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Kementerian Kesehatan RI ungkap sebanyak 23.347 warga Indonesia terinfeksi raja singa pada tahun 2024. Angka ini turut memprihatinkan sebab penderita sifilis banyak didominasi oleh usia muda.
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan, Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr. Ina Agustina mengatakan bahwa penyakit raja singa banyak terjadi di usia produktif 25 - 29 tahun. Beberapa tahun terakhir, remaja usia 15 - 19 tahun bahkan sudah mulai berisiko terinfeksi penyakit menular seksual.
Tercatat dalam tiga tahun terakhir, sifilis dini menjadi mayoritas dengan 19.904 kasus. Pada catatan kasus tersebut, 77 di antaranya merupakan sifilis kongenital yang menular dari ibu ke bayi mereka.
Fakta ini tentu mengkhawatirkan sebab Infeksi Menular Seksual (IMS) tidak mengenal usia dan dapat membuka peluang penularan HIV.
Penyebab Raja Singa, Siapapun Berisiko Terinfeksi

Risiko terinfeksi penyakit menular seksual seperti raja singa memang lebih berisiko pada orang dengan gaya hidup bebas. Beberapa populasi kunci seperti hubungan sesama jenis, waria, pekerja seks perempuan, dan pengguna napza suntik berisiko paling tinggi terinfeksi raja singa.
Raja singa menular melalui kontak langsung dengan luka yang muncul di area kelamin, anus, mulut, atau bibir. Hubungan seksual yang tidak menggunakan pengaman, berganti-ganti pasangan, atau tidak mengetahui status kesehatan pasangan sangat meningkatkan kemungkinan penularan.
Tidak menutup kemungkinan orang yang ‘tidak nakal’ bahkan bayi sekalipun dapat berisiko terkena penyakit ini.
Raja singa juga dapat ditularkan oleh Mama kepada bayi mereka selama di dalam kandungan, persalinan, atau lewat ASI. Ibu hamil yang terinfeksi raja singa dapat membuat bayi lahir dengan berat badan rendah, prematur, atau bayi lahir mati.
Orang yang tidak ‘nakal’ dalam arti tidak pernah melakukan seks bebas atau berganti pasangan juga dapat berisiko terinfeksi penyakit ini. Orang yang pernah terpapar raja singa tanpa disadari atau tidak menjalani pengobatan akan berisiko menularkan pasangannya.
Kenali Gejala Raja Singa atau Sifilis

Raja singa memiliki dua tahapan dengan masing-masing gejala yang berbeda. Mengutip dari Mayo Clinic, raja singa dapat berkembang secara bertahap dengan gejala yang bervariasi. Berikut beberapa tahapannya:
Tahap primer ditandai dengan luka kecil (chancre) yang muncul di tempat bakteri penyebab raja singa masuk ke dalam tubuh. Luka ini biasanya akan sembuh dalam kurun waktu 3 - 6 minggu. Luka pada tahap ini biasanya juga terdapat di beberapa area tersembunyi seperti vagina, penih, anus, atau di dalam rongga mulut.
- Sifilis sekunder
Pengidap raja singa juga dapat mengalami ruam di beberapa area tubuh seperti telapak tangan atau kaki. Ruam biasanya tidak gatal, namun juga dibarengi dengan munculnya gejala adanya kutil di area mulut atau kemaluan, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, rambut rontok, berat badan turun, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kelelahan.
- Sifilis laten
Pada fase ini, penderita tidak menunjukkan gejala apa pun, sehingga sering kali tidak menyadari bahwa dirinya masih terinfeksi. Tahap sifilis laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
- Sifilis tersier
Sifilis tersier adalah tahap paling lanjut dari infeksi sifilis yang terjadi ketika penyakit ini tidak diobati selama bertahun-tahun. Pada tahap ini, sifilis dapat menyerang jantung, pembuluh darah, otak, sistem saraf, hati, tulang, hingga berisiko kematian.
Selain empat tahapan sifilis di atas, terdapat juga sifilis kongenital, yakni sifilis yang menular dari Mama kepada bayinya. Bayi yang terinfeksi sifilis dapat mengalami luka dan ruam kulit, demam, penyakit kuning, anemia, bengkak di area hati dan limpa, rinitis, tuli, perubahan tulang, hingga keruntuhan pada pangkal hidung.
Pentingnya Skrining Rutin agar Terhindar dari Risiko IMS

Banyak orang yang tidak sadar telah terinfeksi IMS karena penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Infeksi yang berkembang secara diam-diam dapat menimbulkan dampak serius, seperti kerusakan organ, gangguan kesuburan, atau bahkan penularan ke orang lain.
Penyakit raja singa dapat merusak berbagai organ penting seperti jantung, otak, hati, tulang, dan saraf. Akibatnya, penderita bisa mengalami kelumpuhan, kebutaan, gangguan mental, gangguan koordinasi, bahkan kematian.
Selain itu, tes IMS sangat dianjurkan bagi ibu hamil karena beberapa jenis infeksi, seperti sifilis dan HIV, bisa ditularkan kepada bayi dalam kandungan dan menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal.
Melalui skrining dan tes rutin, infeksi dapat terdeteksi lebih awal sehingga pengobatan bisa segera dilakukan. Hal ini juga sangat penting untuk mencegah penularan kepada pasangan, terutama jika salah satu pihak tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi.
Kemenkes RI Targetkan Indonesia Bebas IMS Tahun 2030

Melihat data kasus penderita raja singa dan penyakit menular seksual lainnya semakin meningkat, Kementerian Kesehatan menegaskan kembalinya komitmen untuk menekan kasus IMS di Indonesia tahun 2030.
Berbagai upaya dilakukan oleh Kemenkes RI untuk menekan kasus IMS di Indonesia. Pencegahan dilakukan melalui pendekatan “ABCDE”, yaitu Abstinence (tidak berhubungan seksual sebelum menikah), Be faithful (setia pada satu pasangan), Condom (penggunaan kondom untuk kelompok berisiko), Drugs (tidak menggunakan narkoba), dan Education (edukasi dan peningkatan kesadaran).
Target utama untuk menekan angka kasus IMS di Indonesia diperkirakan 95-95-95 pada 2030. Maksudnya, 95% ODHIV mengetahui statusnya, 95% dari mereka menjalani pengobatan, dan 95% dari yang diobati mencapai supresi virus.
Pemerintah RI juga akan menargetkan eliminasi sifilis dan gonore hingga 90% serta mendorong triple elimination HIV, sifilis, dan hepatitis B dari Mama ke anak.
Itu dia penjelasan rinci mengenai Kemenkes ungkap ada 23 ribu warga Indonesia terjangkit raja singa. Berbagai langkah pencegahan yang diupayakan oleh pemerintah juga harus diiringi dengan kesadaran diri agar terhindar dari risiko tertular raja singa dan IMS lainnya.
Apakah Mama sudah melakukan skrining dan tes IMS?



















