4 Tradisi Masyarakat Sunda dalam Menyambut Bulan Ramadan

Masyarakat Sunda, yang terkenal dengan jati diri dan kearifan lokalnya, memiliki berbagai tradisi yang unik saat menyambut bulan Ramadan. Tradisi-tradisi ini tidak hanya mencerminkan nilai religius, tetapi juga menggambarkan kekuatan ikatan sosial dan budaya di kehidupan bermasyarakat.
Empat tradisi penting yang biasa dilakukan menjelang Ramadan adalah Keramasan, Munggahan, Papajar dan Nyekar. Masing-masing memiliki makna tersendiri dan menjadi cara bagi masyarakat untuk menyiapkan diri memasuki bulan yang penuh berkah ini.
Penasaran dengan kelanjutannya? Yuk simak Popmama.com merangkum beberapa tradisi masyarakat Sunda dalam menyambut bulan Ramadan secara lebih detail.
1. Keramasan

Keramasan, yang dalam dialek Sunda berarti mandi besar atau mandi taubat, dilaksanakan sebagai simbol pembersihan diri. Dengan melakukan keramas, masyarakat menunjukkan niat untuk menyucikan jiwa dan raga sebelum memasuki bulan Ramadan.
Dalam tradisi ini, tidak hanya mandi yang dilakukan, tetapi juga diwarnai oleh doa dan harapan supaya bisa menjalani ibadah puasa dengan baik. Tradisi keramasan melambangkan upaya spiritual untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan suci.
2. Papajar

Papajar, berasal dari istilah "mapag pajar" yang bermakna menyambut fajar, merupakan tradisi yang sudah ada sejak abad ke-16. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum Ramadan dan biasanya diisi dengan aktivitas yang menyenangkan seperti berkumpul dan berbagi hidangan.
Papajar menjadi momen untuk menguatkan tali persaudaraan antar anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks Papajar, masyarakat juga mengungkapkan kebahagiaan menyambut bulan suci dengan berbagai kegiatan rekreasi.
3. Nyekar

Tradisi Nyekar adalah kegiatan berziarah ke makam keluarga sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan arwah orang-orang terkasih. Menjelang Ramadan, masyarakat Sunda berbondong-bondong mengunjungi tempat pemakaman untuk mendoakan para leluhur.
Kegiatan ini menjadi refleksi tentang pentingnya menghargai dan mendoakan yang telah tiada. Selama Nyekar, individu tidak hanya melaksanakan ritual doa, tetapi juga memberikan penghormatan dengan membawa bunga dan makanan sebagai persembahan. Tradisi ini memperkuat tali persaudaraan antar keluarga dan menciptakan suasana kebersamaan yang hangat.
4. Munggahan

Munggahan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Sunda pada akhir bulan Sya'ban sebagai cara untuk membersihkan diri sebelum Ramadan. Munggahan sering kali identik dengan kebersamaan dan jamuan makan-makan, di mana keluarga dan tetangga berkumpul untuk menikmati hidangan khas.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi sekaligus sebagai ungkapan syukur atas segala rezeki yang telah diperoleh. Dalam pelaksanaan Munggahan, masyarakat mengadakan berbagai kegiatan yang melibatkan interaksi sosial, seperti doa bersama dan saling memberikan ucapan selamat menyambut bulan suci.
Nah, itulah penjelasan terkait beberapa tradisi masyarakat Sunda dalam menyambut bulan Ramadan yang penting untuk diketahui. Semoga informasinya dapat bermanfaat ya, Ma.



















