Mitos atau Fakta: Benarkah Depresi Disebabkan oleh Faktor Keturunan

Jika orangtuanya alami depresi, maka ada kemungkinan keturunannya akan mengalami juga. Benarkah?

31 Agustus 2020

Mitos atau Fakta Benarkah Depresi Disebabkan oleh Faktor Keturunan
Freepik/haiayalex

Kondisi pandemi seperti saat ini tentu memberikan tekanan tersendiri. Banyak orang mengalami masalah ekonomi, relationship, bahkan kemunduruan pada kesehatan mental.

Lalu dampak tekanan ini apakan bisa disebut sebagai ganggun mental seperti depresi yang memicu rasa putus asa?

Siapakah orang yang rentan mengalami hal demikian? 

Menurut mitos, diyakini bahwa orang yang keluarganya memiliki riwayat depresi maka anaknya pun rentan ikut mengalaminya berdasarkan bawaan keturunan. Seperti apa penjelasannya?

Dalam sebuah keluarga memiliki kisah dan riwayat yang berbeda-beda. Begitu pula pada catatan kesehatan di sebuah keluarga besar. Mungkin ada penyakit yang sifatnya bisa diturunkan ke generasi selanjutnya dan ada juga yang tidak.

Jika dalam anggota keluarga ada yang mengalami depresi, tentu ini bukan pengalaman yang menyenangkan.

Lalu benarkah depresi didapat berdasarkan faktor turunan dalam keluarga? 

Cek informasi yang telah Popmama.com siapkan berikut ini!

Apa Itu Depresi?

Apa Itu Depresi
Freepik

Depresi adalah gangguan perubahan suasana hati yang menyebabkan rasa sedih hingga penurunan minat dan hasrat terhadap suatu hal. Depresi dapat memengaruhi banyak aspek dalam kehidupan seseorang.

Terkait apa yang kamu rasa, pikir atau lakukan, bisa saja hilang jika seseorang mengalami depresi.

Lebih dari itu, seseorang yang mengalami depresi juga akan kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagian dari mereka mungkin tidak tertarik pada orang lain, karena untuk merapikan urusan pribadi saja sudah tidak ada motivasi dan harapan lagi.

Apakah Depresi Bisa Terjadi karena Faktor Keturunan?

Apakah Depresi Bisa Terjadi karena Faktor Keturunan
freepik/freepik

Salah satu penyebab terjadinya depresi adalah faktor genetik. Hal ini diketahui memiliki pengaruh pada peningkatan risiko seseorang mengalami depresi.

Tercatat 40% depresi dapat diturunkan dalam keluarga, sementara faktor lingkungan berperan sekitar 60%, lebih besar dari sekadar karena keturunan.

Lalu berdasarkan penelitian diketahui bahwa pada jenis depresi yang parah dan berulang kali terjadi, ternyata faktor genetik lebih berperan dibanding faktor lingkungan.

Orang dengan riwayat depresi dalam keluarga, misalnya memiliki orangtua yang menderita depresi, lima kali lebih berisiko mengalami depresi juga.

Meskipun demikian, bukan berarti jika orangtua atau saudaramu mengalami depresi, lantas kamu pasti juga akan mengalami kondisi serupa.

Kondisi ini disebabkan oleh adanya kelainan pada beberapa gen, bukan hanya satu gen.

Setiap orang mewarisi kombinasi gen dari kedua pihak orangtua.

Jadi tidak ada yang serta merta mewarisi satu gen tertentu penyebab depresi. Selain itu, faktor lingkungan juga memiliki peran.

Jadi jangan khawatir dulu ya, sebab ada banyak cara yang dapat kamu lakukan untuk melindungi diri dari depresi.

Berikut ini Popmama.com telah merangkum panduan untuk mencegah terjadinya depresi yang bisa kamu lakukan sejak dini.

1. Temui teman dan keluarga secara intens

1. Temui teman keluarga secara intens
Unsplash/Katie Treadway

Studi menemukan, kamu lebih terlindungi dari depresi jika punya kehidupan sosial yang baik. Sesibuk apapun, yuk sediakan waktu untuk bertemu teman-teman, ataupun mengerjakan hobi bersama orang-orang baru.

2. Istirahatlah yang cukup

2. Istirahatlah cukup
Pixabay/DanaTentis

Kurang tidur dapat membuat seseorang jadi lebih berisiko mengalami depresi. Bahayanya sangat nyata, orang yang kurang tidur bisa tidak fokus saat menjalani aktivitas.

Salah satunya adalah penurunan kerja indra penglihatan. Mata buram dan berbayang. Bahkan bisa mematikan bagi orang yang mengantuk untuk menyetir kendaraan sendiri.

Agar lebih cepat tidur, coba hindari makanan dan minuman mengandung kafein menjelang tidur. Stop mainkan smartphone di saat mau tidur.

Matikan lampu di ruang tidur agar memberikan efek rileks.

Editors' Pick

3. Buat apa menyalahkan diri sendiri?

3. Buat apa menyalahkan diri sendiri
Freepik/haiayalex

Perjalanan hidup tidak selalu mulus, itu adalah hal wajar. Kadang keberuntungan berpihak, di lain waktu mungkin tidak selalu demikian.

Depresi mungkin membuat seseorang mudah menyesali tindakan dan keputusan yang diambil. Salah sedikit sudah berpikir terlalu jauh.

Sehingga membuat perasaan tidak tenang dan berpikir bahwa diri ini buruk dan tidak pantas.

Jika kamu alimi hal serupa, ubah pola pikir kamu! Fokus pada hal yang bisa kamu kendalikan dan easy going dengan hal yang di luar kendalimu.

Misalkan, kamu akan ada pertemuan meeting online. Maka hal yang bisa kamu siapkan adalah materi presentasi dan kuota internet yang cukup. 

Jika nanti ada gangguan dengan internet, maka itu di luar kendalimu. Yang penting jumlah kuota tersedia dan itu sudah kamu siapkan dengan baik.

4. You are what you eat

4. You are what you eat
Pexels

Ada jenis makanan tertentu yang dapat menjaga mood kamu tetap stabil, antara lain makanan rendah lemak, ikan, buah, sayur, kacang-kacangan, terutama makanan yang mengandung omega-3 dan asam folat.

Selain itu batasi konsumsi minuman berkafein dan hindari minuman keras. Ada efek lain yang terjadi pada hormon tubuh ketika mengonsumsi asupan tersebut.

Kurangi juga makanan tinggi gula dan makanan yang diproses. Waspadai penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat memicu depresi, seperti obat penghambat beta (beta-blockers), kortikosteroid, ataupun pil KB.

Tubuh kamu bergantung pada apa yang kamu konsumis setiap hari, itulah sebabnya disebut "You are what you eat."

5. Jauhi orang yang membuatmu rendah diri

5. Jauhi orang membuatmu rendah diri
Freepik/prostooleh

Tidak semua orang akan mendukungmu. Akan selalu ada orang-orang tertentu yang membuatmu merasa tidak percaya diri.

Dalam penelitian ditemukan, interaksi sosial yang negatif ternyata berhubungan dengan peningkatan kadar protein yang disebut sitokin.

Selain berperan dalam proses peradangan, protein ini juga diketahui berhubungan erat dengan depresi.

6. Kurangi waktu mengakses media sosial

6. Kurangi waktu mengakses media sosial
Unsplash/Kev Costello

Walaupun terkesan tidak begitu penting, tapi terlalu sering mengakses media sosial ternyata dapat menyebabkan efek negatif.

Apa saja yang mungkin kamu rasakan?

Terlalu sering surfing di media sosial bisa akibatkan kamu merasa rendah diri dan depresi.

Menghapus atau mengalihkan perhatian dari akun media sosialmu selama beberapa waktu mungkin dapat membantu membuat pikiran lebih jernih.

7. Membantu orang lain

7. Membantu orang lain
forge.medium.com

Studi menemukan bahwa menjadi sukarelawan dan menolong orang lain dapat membantu memulihkan kesehatan mental, lho.

Ini karena menjadi relawan membuatmu berhenti terus-menerus memikirkan diri sendiri dan fokus pada kebutuhan orang lain yang lebih membutuhkan.

Di alam bawah sadar kamu akan memberikan sinyal bahwa ada orang yang membutuhkan pertolongan kamu. Kamu berharga jika bisa menolong sesama.

8. Membuat rencana sebelum melakukan sesuatu dengan tepat

8. Membuat rencana sebelum melakukan sesuatu tepat
creativedigest.net

Hindari mencoba mencapai atau melakukan banyak hal sekaligus. Perhatikan kemampuan kamu dan batas waktu untuk mengerjakan sesuatu.

Kamu perlu mengenali kemampuanmu sendiri dan mencoba untuk hidup seimbang. Selain itu, terlalu banyak pilihan ternyata juga dapat membuatmu lebih berisiko depresi.

Untuk meminimalkan hal tersebut, cobalah rencanakan yang ingin kamu lakukan. Misal tulis daftar belanja sebelum pergi ke supermarket atau tulis undangan pernikahan di bulan ini, mana saja yang ingin kamu hadiri dan pastikan kamu sudah memilih baju sebelum pergi di harinya.

9. Rajin olahraga

9. Rajin olahraga
Freepik/tirachardz

Salah satu manfaat olahraga adalah sebagai antidepresan untuk meredakan stres. Jika sudah memiliki pasangan, kamu juga bisa berolahraga bersama pasangan kamu.

Itu akan lebih baik untuk membangun intimasi dengan pasangan dan ada serotonin yang keluar dan menyebabkan rasa senang dan nyaman jika berolahraga bersama pasangan.

Penelitian menemukan, olahraga sama efektif dengan terapi kognitif atau obat antidepresan. Olah raga dapat melepaskan hormon endorfin yang memperbaiki mood, meningkatkan suhu tubuh yang dapat menenangkan sistem saraf pusat, dan mengurangi kadar zat kimia dalam tubuh yang dapat memperparah depresi.

Maka semakin rajin menjaga kesehatan tubuh, risiko untuk mengalami depresi akan semakin kecil. Sebaliknya, depresi dapat membuatmu lebih berisiko terkena diabetes dan penyakit jantung, juga berbagai penyakit lainnya.

Selain itu, kamu dapat mengenali hal atau waktu tertentu yang dapat memicu depresi, seperti tanggal meninggalnya orang yang dicintai. Coba untuk mengambil langkah antisipasi sebelum momen ini memicu depresi. Misalnya, mengisi waktu pada hari itu bersama teman.

Itulah hal yang bisa kamu lakukan sebagai cara mencegah depresi secara efektif. Jangan stres meski di rumah saja, karena kamu berharga.

Baca juga:

The Latest