Apakah Dosa Anak Ditanggung Orangtua?

Orangtua wajib mendidik anaknya agar jauh dari perbuatan yang berdosa

12 April 2024

Apakah Dosa Anak Ditanggung Orangtua
Pexels/cottonbro studio

Dalam agama Islam pernikahan bukan hanya untuk menyatukan kedua insan yang saling cinta, tetapi juga bertujuan melanjutkan garis keturunan dengan memiliki buah hati. Hal ini terkandung dalam QS. An-Nahl Ayat 72 yang berbunyi:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

Artinya:

"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" (QS. An-Nahl Ayat 72).

Tentunya setiap pasangan suami dan istri ingin memiliki anak yang saleh dan salehah, berperilaku baik dan menjauhi seluruh larangan Allah SWT. Namun hal tersebut bukanlah menjadi perkara yang mudah.

Tidak sedikit ditemukan anak-anak yang tidak menjalankan kehidupannya sesuai syariat agama, seperti melakukan berbagai hal yang mengundang dosa dari Allah SWT. Hal itulah yang menjadi tanggung jawab besar para orangtua.

Lantas, apabila sang buah hati melakukan perbuatan buruk apakah dosa anak ditanggung orangtua? Nah, untuk menjawab rasa penasaran tersebut berikut ini Popmama.com telah merangkumnya secara lengkap.

Mari kita simak bersama!

Dosa Anak Tidak Sepenuhnya Ditanggung oleh Orangtua

Dosa Anak Tidak Sepenuh Ditanggung oleh Orangtua
Pexels/Elina Sazonova

Perlu untuk Mama ketahui bahwa dalam agama Islam, setiap manusia bertanggung jawab atas dosanya sendiri dan tidak memikulnya milik orang lain. Hal ini telah dijelaskan dalam QS. Al-An’am Ayat 164 yang berbunyi:

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ ۚ وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya:

"Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (QS. Al-An’am Ayat 164)

Serta diterangkan pula dalam QS. An-Najm Ayat 38-39, berbunyi:

 

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
 

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Artinya:

"(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS. An-Najm Ayat 38-39)

Dalam hadis riwayat Tirmidzi juga dijelaskan bahwa:

لاَ يَجْنِى جَانٍ إِلاَّ عَلَى نَفْسِهِ لاَ يَجْنى وَالِدٌ عَلَى وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ عَلَى وَالِدِهِ

Artinya:

"Tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali menjadi tanggung jawabnya sendiri, tidaklah orangtua berbuat dosa menjadi tanggung-jawab anaknya dan tidak pula anak berbuat dosa menjadi tanggung jawab orangtuanya." (HR. Tirmidzi)

Selama ini banyak pengertian yang keliru bahwa anak yang melakukan perbuatan tidak baik, maka risiko dosanya akan ditanggung oleh sang orangtua. Pada dasarnya Islam tidak mengenal tanggungan dosa yang dialihkan kepada orang lain, akan tetapi orangtua tetap berperan untuk menjauhkan anaknya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Secara tidak langsung orangtua memang tidak menanggung dosa anaknya, akan tetapi ada kewajiban yang harus mereka laksanakan agar dijauhkan dari dosa.

Editors' Pick

Orangtua akan Berdosa Apabila Ia Tidak Memenuhi Kewajiban pada Anaknya

Orangtua akan Berdosa Apabila Ia Tidak Memenuhi Kewajiban Anaknya
Pexels/Andrea Piacquadio

Sebagai pasangan suami istri yang telah sepakat ingin memiliki buah hati, Mama harus mengetahui bahwa terdapat kewajiban yang harus dilakukan setelah anak lahir di bumi. Kewajiban tersebut bertujuan untuk membentuk anak menjadi seseorang yang hebat dan taat pada agama.

Salah satunya dengan kewajiban yang harus orangtua penuhi yaitu memberikan pendidikan agama. Pendidikan yang berhasil akan membawa keberkahan untuk orangtuanya, tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka mereka yang akan menanggung risikonya.

Risiko terbesar dari seorang anak yang tidak mendapatkan pendidikan secara baik, yakni orangtuanya akan mendapatkan dosa dari perbuatan zalim sang anak. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, ia dilahirkan di bumi dalam keadaan suci, fitrah, dan tanpa dosa.

Maka dari itu, orangtua yang harus memberikan pendidikan kepada anak agar mereka menjadi hamba Allah SWT yang saleh dan salehah, baik di dunia dan akhirat. Dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi SAW menyebutkan bahwa:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تَنْتِجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟

Artinya:

"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganya?" (HR. Bukhari)

Lalu Allah SWT juga memberikan isyarat dalam QS. Luqman Ayat 13, bahwa:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya:

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Anak yang Bermaksiat dan Orangtuanya Ikut Andil, maka Ia akan Berdosa

Anak Bermaksiat Orangtua Ikut Andil, maka Ia akan Berdosa
Pexels/Luis Quintero

Bukan hanya perihal tidak memberikan pendidikan yang layak, tetapi orangtua juga akan berdosa apabila ia ikut andil dalam perbuatan buruk yang dilakukan oleh anaknya. Contohnya seperti memudahkan jalan sang anak ketika melakukan kemaksiatan.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa:

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ،

Artinya:

"Setiap kalian ra'in (penanggung jawab) dan masing-masing akan ditanya tentang tanggung jawabnya. Penguasa adalah penanggung jawab atas rakyatnya, dan akan ditanya tentangnya. Suami menjadi penanggung jawab dalam keluarganya, dan akan ditanya tentangnya." (Muttafaq 'Alaih)

Menurut Al-Minhaj 12/147, Fathul Bari 13/140, makna ra’in dalam hadis tersebut yaitu seorang penjaga yang diberi amanah, lalu harus memegang perkara yang dapat membaikkan amanah dalam pejagaannya. Ia dituntut untuk berlaku adil dan menunaikan perkara yang dapat memberi maslahat bagi apa yang diamanahkan kepadanya.

Hal ini sama dengan peran orangtua dalam keluarga, mereka akan terjerat dalam maslahat dosa apabila tidak menjalankan amanah yang telah diberikan oleh Allah SWT, untuk mendidik anaknya menjadi sosok yang beriman.

Ulama Buya Yahya juga pernah menjelaskan mengenai hal ini bahwa, “Pada dasarnya, kalau anak sudah baligh dosa pribadi ditanggung sendiri. Cuman dosa itu akan kena orangtua, jika orangtuanya termasuk andil dalam dosa tersebut,” terang Buya Yahya.

“Bahkan sekalipun orangtuanya sudah meninggal, maka dosa tersebut akan tetap mengalir pada orangtuanya karena mengajarkan perbuatan buruk,” tambahnya.

Anak yang Sudah Akil Baligh akan Menanggung Seluruh Dosanya Sendiri

Anak Sudah Akil Baligh akan Menanggung Seluruh Dosa Sendiri
Pexels/Helena Lopes

Menurut Rasjid (2010:83) berdasarkan bahasa akil memiliki arti berakal, memahami, atau mengetahui. Lalu baligh didefinisikan sebagai seseorang yang sudah mencapai usia tertentu dan dianggap sudah dewasa, atau sudah mengalami perubahan biologis yang menjadi tanda-tanda kedewasaannya.

Anak yang memasuki masa akil baligh, maka ia sudah seharusnya mengetahui hal-hal baik dan buruk, serta perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Maka dari itu, di usia yang sudah baligh, anak akan mendapatkan pahala dan menanggung dosanya sendiri.

Orangtua yang telah memberikan pendidikan dengan baik, layak, dan sesuai pada syariat agama Islam, tetapi anaknya tetap melakukan perbuatan maksiat, maka orangtua sudah tidak bertanggung jawab dengan hal tersebut. Risiko dosa atas perbuatan buruk tersebut akan ditanggung oleh sang anak.

Nah Ma, itulah penjelasan mengenai apakah dosa anak ditanggung orangtua? Sebagai orangtua, Mama jangan lupa untuk mendidik si Kecil menjadi orang yang beriman, ya.

Baca juga:

The Latest