Sterilisasi atau Tubektomi, Kontrasepsi Permanen untuk Cegah Kehamilan

Fakta seputar metode strerilisasi yang perlu Mama ketahui

9 Oktober 2018

Sterilisasi atau Tubektomi, Kontrasepsi Permanen Cegah Kehamilan
Freepik/pressfoto

Ada beberapa pilihan kontrasepsi yang umum digunakan untuk mencegah kehamilan, seperti kondom, pil KB, suntik KB dan IUD (KB spiral). Namun, jika Mama berencana untuk mencegah kehamilan secara permanen, maka KB steril atau tubektomi adalah pilihan terbaik.

Tubektomi atau KB steril pada umumnya diminati oleh pasangan suami isteri yang tidak berniat menambah jumlah anak, tidak ingin memiliki keturunan atau memiliki resiko kehamilan yang tinggi seperti hamil di atas usia 40 tahun. Pasalnya, kontrasepsi ini bersifat permanen.

1. Apa itu tubektomi

1. Apa itu tubektomi
Pixabay/Whitesession

Tubektomi merupakan metode kontrasepsi yang dilakukan pada perempuan. Cara kerja KB steril ini dilakukan dengan mengikat atau memotong saluran tuba falopi, sehingga sel telur tidak akan menemukan jalan menuju rahim dan begitupula dengan sperma yang tidak mampu mencapai tuba falopi untuk membuahi sel telur. Meski demikian, sel telur tetap dapat dilepaskan oleh ovarium secara normal dan tidak mempengaruhi kerja hormon apapun.

Itulah sebabnya metode ini bersifat permanen. Artinya tidak seperti kontrasepsi lain yang bisa dihentikan kapanpun Mama ingin hamil lagi, KB steril terbukti ampuh mencegah kehamilan. Tingkat keberhasilan metode ini dalam mencegah kehamilan bahkan mencapai 99%, dimana hanya 1 diantara 200 perempuan yang mampu hamil pasca menjalani prosedur tubektomi.

Editors' Pick

2. Prosedur pelaksanaan tubektomi

2. Prosedur pelaksanaan tubektomi
Pixabay/Sasint

Sebelum memulai proses tubektomi, dokter biasanya akan melakukan serangkaian tes untuk memeriksa kondisi kesehatan sekaligus memastikan Mama sedang tidak hamil.

Ada dua prosedur pelaksanaan tubektomi yang bisa Mama pilih, yakni :

  • Tuba implan. Tuba impan (Hysteroscopic sterilization) merupakan metode KB steril yang dilakukan tanpa operasi atau pembedahan. Metode ini dilakukan dengan memasukkan dua logam kecil (essure) ke dalam tuba falopi melalui vagina dan leher rahim Mama, sehingga dapat mencapai saluran tuba falopi.

Implan ini berfungsi sebagai penghambat untuk mencegah bertemunya sperma dan sel telur. Proses ini memakan waktu sekitar tiga bulan sebelum bekas luka (jaringan parut) dari implan benar-benar menutup tuba falopi dengan sempurna. Oleh sebab itu, disarankan untuk tetap menggunakan kontrasepsi lain seperti kondom atau pil KB selama proses penebalan luka berlangsung

  • bedah laparoskopi. Metode ini dilakukan melalui pembedahan, yakni dengan mengikat tuba falopi demi mencegah masuknya sel telur ke rongga rahim. Operasi yang dilakukan bersifat minor dimana dokter akan membuat sayatan kecil diatas pubis untuk menutup tuba falopi.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dokter untuk menutup tuba falopi, diantaranya dengan memotong atau mengikat menggunakan cincin (Tubal occlusion), mengangkat sebagian tuba atau memblokir saluran tuba falopi dengan perangkat medis. Kebanyakan perempuan memilih metode tubal occlusion untuk sterilisasi.

3. Waktu terbaik melakukan tubektomi

3. Waktu terbaik melakukan tubektomi
Mindbasedhealing.com

Tubektomi atau KB steril dapat dilakukan kapan pun Mama siap dan dalam kondisi sehat. Umumnya metode ini dilakukan seminggu pasca menstruasi.

Metode sterilisasi ini akan lebih mudah dilakukan saat Mama menjalani persalinan melalui operasi cesar. Sebab, sesaat setelah melahirkan bayi dan menjahit sayatan pada rahim, dokter akan melakukan prosedur tubektomi pada kedua saluran telur (tuba falopi) dengan cara mengikat atau memotongnya. Sehingga prosesnya dapat dilakukan berbarengan dengan proses persalinan.

Meski demikian, sebaiknya pertimbangkan secara matang sebelum memutuskan untuk menjalani KB steril. Bicarakan dengan pasangan mengenai prosedur yang akan Mama jalani dan kemungkinan Mama tidak akan hamil lagi, sehingga tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Kemungkinan untuk membatalkan KB steril agar bisa hamil kembali sangat kecil ketika tindakan medis sudah terlanjur dilakukan pada tuba falopi Mama. Kemungkinan bisa hamil lagi pun jauh lebih kecil dibandingkan perempuan yang belum hamil namun tidak menjalani metode sterilisasi ini.

4. Kondisi Mama pasca tubektomi

4. Kondisi Mama pasca tubektomi
Pixabay/Deborabalves

Apabila Mama memilih sterilisasi dengan tubal occlusion, biasanya proses penyembuhan luka sayatan akan berlangsung sekitar 5 hingga 7 hari. Adalah kondisi yang normal jika Mama merasa tidak nyaman, pusing atau mual pasca operasi. Istirahat yang cukup dan hindari mengangkat beban berat akan membantu mempercepat proses pemulihan.

Pada kasus yang jarang terjadi, tubektomi memiliki resiko yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik, yakni kehamilan di luar rahim.

Risiko lain yang mungkin terjadi adalah pendarahan, infeksi luka sayatan dan cedera pada bagian perut. Segera konsultasikan dengan dokter apabila terjadi pendarahan serius di bagian vagina atau luka operasi.

Baca juga: 5 Fakta Soal Nyeri Persalinan yang Membuat Tidak Nyaman

Baca juga: 7 Cara agar Cepat Pulih Pasca Persalinan Normal

Baca juga: Apa yang Janin Rasakan Saat Ibu Hamil Sedih dan Stres?

The Latest