Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

7 Hormon yang Berubah selama Kehamilan dan Dampaknya bagi Ibu Hamil

Freepik/jcomp
Freepik/jcomp

Banyak perubahan yang terjadi selama kehamilan pada perempuan. Perubahan yang terjadi tidak hanya perubahan fisik, tapi juga pada hormon. Sejak awal kehamilan, tubuh mulai memproduksi berbagai hormon yang bekerja keras untuk mendukung pertumbuhan janin dan mempersiapkan tubuh agar siap menjalani proses persalinan. Perubahan ini yang mengakibatkan ibu hamil mengalami gejala seperti mual, perubahan suasana hati, hingga kelelahan. 

Namun, di balik berbagai perubahan tersebut, setiap hormon memiliki perannya masing-masing dalam menjaga kehamilan tetap sehat dan stabil. Beberapa hormon membantu menjaga rahim tetap kuat, sementara yang lain mempersiapkan tubuh untuk menyusui atau memperlancar aliran darah ke janin. Memahami bagaimana hormon-hormon ini bekerja dapat membantu Mama lebih mengenal tubuh sendiri selama masa kehamilan.

Yuk, simak penjelasan tentang hormon yang berubah selama kehamilan dan dampaknya bagi ibu hamil, yang telah Popmama.com rangkum dilansir dari Parents!

Hormon yang Berubah selama Kehamilan dan Dampaknya bagi Ibu Hamil

1. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)

Freepik
Freepik

hCG sering juga disebut "hormon kehamilan", yang hanya diproduksi selama kehamilan dan merupakan salah satu hormon pertama yang dilepaskan setelah pembuahan. Seminggu setelah pembuahan, plasenta yang sedang berkembang mulai memproduksi hCG. 

Kadar hCG akan berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari selama delapan hingga sepuluh minggu pertama kehamilan. Kadarnya akan mencapai puncak sekitar sembilan hingga sepuluh minggu kehamilan. 

Tugas utama hCG adalah menjaga dinding rahim, menghentikan ovulasi, dan memastikan bayi memiliki lingkungan yang stabil. HCG juga membantu membentuk pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran darah, mencegah sistem kekebalan tubuh ibu hamil menolak embrio, dan menstimulasi tiroid ibu hamil yang mendukung perkembangan otak dan metabolisme janin sejak dini.

Berikut adalah beberapa gejala peningkatan kadar hCG:

  • Kelelahan

  • Mual atau muntah

  • Payudara terasa nyeri

  • Sensitivitas emosional

2. Human Placental Lactogen (hPL)

Pexels/Ivan Samkov
Pexels/Ivan Samkov

Laktogen plasenta manusia (hPL) adalah hormon lain yang hanya dilepaskan selama kehamilan. Peran utamanya adalah memastikan bayi yang sedang berkembang mendapatkan nutrisi dengan cukup. Plasenta mulai memproduksi hPL sejak tiga minggu setelah pembuahan, dan kadarnya terus meningkat hingga sekitar minggu ke-36. 

hPL berfungsi untuk perkembangan janin dengan meningkatkan resistensi insulin sehingga lebih banyak gula yang masuk ke bayi dan memberi sinyal pada otak untuk meningkatkan nafsu makan guna memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Hormon ini juga mendukung pertumbuhan jaringan penghasil ASI. Selain itu, hPL juga berkontribusi pada penambahan berat badan dengan mendorong penyimpanan lemak untuk menghemat energi.

Namun, hPL dapat mengurangi sensitivitas tubuh, sehingga dapat menyebabkan kadar gula darah yang lebih tinggi dan diabetes gestasional.

3. Progesteron

Freepik
Freepik

Progesteron berperan penting dalam siklus menstruasi dan kehamilan. Selama fase setelah ovulasi, progesteron diproduksi oleh kista di ovarium yang disebut korpus luteum. Setelah pembuahan, korpus luteum meningkatkan produksi progesteron untuk mendukung awal kehamilan. Kadarnya meningkat drastis selama trimester pertama, mulai dari enam hingga delapan minggu pertama. Kadar progesteron akan kembali stabil di akhir trimester pertama. 

Progesteron berfungsi dalam membantu mempersiapkan lapisan rahim untuk implantasi, mendukung embrio, dan menjaga rahim tetap rileks untuk menghindari kontraksi prematur. Progesteron juga menekan sistem kekebalan tubuh ibu hamil untuk mencegah tubuh mereka menolak embrio.

Progesteron dapat merelaksasi otot polos dalam tubuh, sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah secara fisiologis. Berikut adalah gejala-gejala hormon progesteron:

  • Pusing

  • Mulas atau refluks asam lambung

  • Bersendawa

  • Mual atau muntah

  • Kembung

  • Konstipasi

  • Mempercepat pertumbuhan rambut dan merangsang kelenjar sebasea di kulit untuk memproduksi lebih banyak minyak. 

4. Estrogen

Freepik/user18526052
Freepik/user18526052

Estrogen berperan penting dalam mengatur siklus menstruasi, terutama selama fase folikuler, yang mendukung pertumbuhan dan pematangan folikel ovarium. Kadar estrogen meningkat selama fase folikuler dan mencapai puncaknya tepat sebelum ovulasi.

Kadar estrogen terus meningkat setelah sel telur yang telah dibuahi menempel di lapisan rahim. Seperti progesteron, estrogen dilepaskan oleh korpus luteum. Kadarnya mencapai puncak menjelang akhir trimester kedua dan tetap tinggi, tapi tetap stabil selama trimester ketiga. 

Estrogen penting untuk perkembangan plasenta dan pertumbuhan otak awal bayi, meningkatkan aliran darah ke rahim, dan membantu pembentukan pembuluh darah baru. Hal ini juga memicu peningkatan oksitosin, hormon penting lainnya yang memperkuat rahim dan mempersiapkan tubuh untuk persalinan. 

Berikut adalah beberapa gejala peningkatan hormon estrogen:

  • Spider veins

  • Mual

  • Nafsu makan meningkat

  • Perubahan rasa dan bau

  • Pembengkakan

  • Payudara terasa nyeri

  • Perubahan suasana hati, mudah tersinggung, dan sensitivitas emosional secara umum

  • Munculnya bercak dan bintik hitam pada kulit karena merangsang melanosit

5. Relaksin

Pexels/Ivan Samkov
Pexels/Ivan Samkov

Setelah pembuahan, kadar relaksin secara bertahap terus meningkat. Setelah trimester pertama, kadar relaksin menurun dan secara bertahap kembali normal setelah melahirkan.

Peran utama relaksin adalah mempersiapkan tubuh untuk kehamilan dengan melonggarkan ligamen di panggul dan merelaksasi otot-otot rahim. Perubahan ini mempersiapkan tubuh ibu hamil untuk kelahiran bayi. Relaksin juga merelaksasi arteri sehingga dapat menangani peningkatan volume darah yang menyertai kehamilan tanpa membuat tekanan darah ibu hamil melonjak tinggi.

Kadar relaksin yang tinggi dapat menyebabkan tubuh terasa lebih ringan dibanding selama kehamilan. Ibu hamil mungkin mengalami efek ini pada bahu, lutut, pinggul, dan pergelangan kaki. Namun, juga memungkinkan untuk ibu hamil mengalami nyeri, sakit, dan peradangan.

6. Prolaktin

Pexels/Yan Krukau
Pexels/Yan Krukau

Saat menstruasi,  prolaktin bertanggung jawab atas perkembangan jaringan payudara. Saat hamil, khususnya setelah pembuahan, kadar prolaktin meningkat secara signifikan, dan mencapai puncaknya pada trimester kedua. Setelah melahirkan, prolaktin tetap tinggi selama menyusui, tidak tetap tergantung pada seberapa sering dan lama menyusui atau memompa ASI.

Peran utama prolaktin adalah merangsang jaringan payudara untuk mempersiapkan produksi ASI. Kadar prolaktin yang tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan beberapa hal, seperti:

  • Keputihan seperti susu pada puting susu

  • Libido rendah

  • Hot flashes

  • Vagina kering

  • Sakit kepala atau perubahan penglihatan

  • Menenangkan, merelaksasi, bahkan membuat mengantuk

7. Oksitosin

Freepik
Freepik

Oksitosin sering disebut sebagai "hormon cinta" karena berperan dalam ikatan emosional. Selain itu, oksitosin juga berperan penting dalam persalinan dan laktasi. 

Kadar oksitosin baru mulai meningkat pada minggu-minggu menjelang persalinan. Sebelum melahirkan, oksitosin menyebabkan rahim berkontraksi, yang membantu melebarkan serviks dan mendorong bayi ke bawah dan melalui jalan lahir. Selama persalinan, oksitosin meningkat secara signifikan. Setelah melahirkan, oksitosin membantu rahim ibu hamil berkontraksi untuk kembali ke ukuran sebelum hamil. 

Menjelang persalinan, beberapa ibu hamil mengalami euforia ringan dan keinginan untuk ‘berkemah’ membersihkan, merapikan, atau memanggang. Perilaku ini mungkin dipengaruhi oleh oksitosin, bersama dengan hormon kehamilan lainnya.

Cara Mengatasi Perubahan Hormon pada Ibu Hamil

Pexels/Pavel Danilyuk
Pexels/Pavel Danilyuk
  • Olahraga secara teratur

    Aktif berolahraga selama kehamilan dapat membantu mengelola fluktuasi hormon. Olahraga memiliki efek yang kuat pada keseimbangan hormon, dengan meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan sensitivitas reseptor hormon. Olahraga teratur memperkuat pembuluh darah, meningkatkan kebugaran secara keseluruhan, dan mengurangi risiko komplikasi kehamilan. 

  • Mengurangi gula

    Gula memiliki dampak buruk pada sekresi hormon, yang menyebabkan berbagai komplikasi selama kehamilan. Ibu hamil perlu menghentikan konsumsi gula sepenuhnya dari pola makan, seperti dalam jus, permen, dan lainnya. Jika kelebihan gula, ibu hamil dapat merasa lelah sepanjang hari. 

    Penting bagi ibu hamil untuk mengonsumsi buah-buahan dan hindari jus buah dengan tambahan gula. Mengurangi gula darah selama kehamilan akan menstabilkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga mencegah risiko diabetes gestasional.

  • Tetap terhidrasi

    Hidrasi sangat penting selama kehamilan karena memengaruhi keseimbangan hormon dan kesehatan secara keseluruhan. Ibu hamil perlu minum air putih sebanyak 6 hingga 8 gelas setiap hari. Minum banyak air putih dapat mencegah sembelit selama kehamilan.

  • Mengelola stres

    Stres dapat berdampak buruk pada kesehatan bayi dan ibu. Lonjakan hormon stres dapat memengaruhi pertumbuhan bayi, menyebabkan keguguran, serta komplikasi serius lainnya. Kadar hormon stres yang tinggi akan meningkatkan risiko kelahiran prematur.

    Ibu hamil dapat melakukan meditasi, berjalan kaki, dan yoga yang dapat membantu mengelola dan mengurangi stres. Menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang juga dapat membantu mengurangi stres.

Nah, itulah hormon yang berubah selama masa kehamilan dan dampaknya bagi ibu hamil. Mama pernah merasakan yang mana, nih?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyuni Sahara
EditorWahyuni Sahara
Follow Us

Latest in Pregnancy

See More

Kenali 7 Tanda Tubuh Mau Melahirkan dalam Waktu Dekat

17 Nov 2025, 21:36 WIBPregnancy