Tanpa Gejala Jelas, Dokter Sebut Kanker Ovarium Bisa Mematikan

- Gejala ringan yang sering dianggap sepele, seperti perut membesar dan sakit pinggang
- Perbedaan jenis kista yang perlu diwaspadai, kista berisi campuran jaringan padat dan cairan berpotensi ganas
- Hindari pengobatan alternatif tanpa pengawasan medis, kepatuhan pasien dalam menjalani anjuran medis sangat berperan dalam keberhasilan pengobatan
Banyak perempuan menjalani hari dengan beragam peran tanpa sempat benar-benar mendengarkan sinyal dari tubuhnya sendiri. Keluhan ringan hingga perubahan siklus menstruasi sering dianggap sepele dan dibiarkan begitu saja. Padahal, menurut dokter, kondisi-kondisi ini bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
Kanker ovarium termasuk penyakit yang kerap berkembang secara diam-diam, tanpa gejala khas yang mudah dikenali. Karena itulah, dokter menyebut kanker ini sebagai salah satu yang paling mematikan jika terlambat terdeteksi. Kesadaran untuk mengenali perubahan tubuh dan rutin melakukan pemeriksaan menjadi langkah penting yang nggak boleh diabaikan lho, Ma.
Berikut Popmama.com rangkum mengenai dokter yang ungkap jika kanker ovarium jadi penyakit yang diam-diam mematikan. Yuk simak bersama!
Table of Content
1. Gejala ringan yang sering dianggap sepele

Melalui akun Instagram @dr.indratarigan, dokter Indra Tarigan membagikan kisah seorang pasien perempuan berusia 48 tahun yang datang dengan kondisi perut membesar menyerupai kehamilan usia enam hingga tujuh bulan. Ukuran benjolan di perut pasien tersebut diperkirakan mencapai 15 sentimeter.
Yang memprihatinkan, kondisi ini sudah dialami selama kurang lebih tiga bulan, namun pasien baru memeriksakan diri ke dokter.
Pasien nggak merasakan keluhan yang dianggap serius. Ia hanya mengeluhkan sakit pinggang dan tubuh yang lebih mudah lelah dari biasanya. Menurut dokter Indra, justru kondisi inilah yang berbahaya karena nggak menimbulkan rasa nyeri yang jelas. Berbeda dengan kista yang sering terasa sakit, yang dalam banyak kasus justru bersifat jinak dan nggak ganas.
Sejalan dengan hal tersebut, dilansir dari Inspira Health Network, kanker ovarium kerap dijuluki silent killer karena gejalanya pada tahap awal sangat samar dan mudah diabaikan. Perut kembung yang tak kunjung membaik, cepat merasa kenyang, sering buang air kecil, hingga nyeri ringan di perut bawah sering kali dianggap sebagai gangguan pencernaan atau dampak kelelahan, sehingga nggak segera diperiksakan.
Dikutip dari Lee Health, kondisi ini membuat sebagian besar kasus kanker ovarium baru terdiagnosis saat penyakit sudah berada di stadium lanjut. Pada tahap ini, sel kanker biasanya telah menyebar ke organ lain, sehingga peluang sembuh menjadi lebih kecil dibandingkan jika terdeteksi lebih awal.
2. Perbedaan jenis kista yang perlu untuk diwaspadai

Dokter Indra juga menjelaskan bahwa nggak semua kista memiliki tingkat risiko yang sama. Kista yang berisi campuran jaringan padat dan cairan perlu mendapat perhatian lebih karena berpotensi ganas. Sementara itu, kista yang berisi cairan saja umumnya bersifat jinak dan lebih mudah ditangani.
Pemahaman mengenai perbedaan ini penting agar perempuan nggak menunda pemeriksaan. Kista yang terlihat “nggak mengganggu” bisa saja menyimpan risiko serius jika dibiarkan tanpa evaluasi medis yang tepat.
Dalam kasus tersebut, dokter Indra menyarankan pasien untuk segera dirujuk ke dokter onkologi. Langkah selanjutnya adalah tindakan operasi untuk memastikan apakah kista tersebut bersifat ganas atau nggak.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan keganasan, maka akan ditentukan stadiumnya. Terapi lanjutan seperti kemoterapi dapat dilakukan sesuai kebutuhan medis.
Dokter Indra menekankan bahwa kepatuhan pasien dalam menjalani anjuran medis sangat berperan dalam keberhasilan pengobatan. Penanganan yang tepat dan tepat waktu dapat meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan.
3. Hindari pengobatan alternatif tanpa pengawasan medis

Dokter Indra juga membagikan kisahnya, ia pernah menangani pasien dengan kondisi yang terus memburuk hingga akhirnya meninggal dunia karena memilih pengobatan herbal atau alternatif tanpa pendampingan tenaga medis.
Keputusan seperti ini, menurutnya, sering dipicu oleh rasa takut, penyangkalan, atau kurangnya pemahaman tentang penyakit yang sedang dihadapi. Padahal, penanganan medis yang tepat sejak awal justru dapat memberikan peluang hidup yang lebih baik.
Karena itu, dokter Indra mengimbau agar pasien tetap bersikap optimis dan mempercayai proses pengobatan yang dijalani. Mengikuti anjuran dokter, melakukan pemeriksaan secara rutin, serta nggak menunda penanganan menjadi langkah penting agar kanker ovarium nggak terus menjadi penyakit yang diam-diam mematikan.
Meski disebut silent killer, banyak pasien sebenarnya telah merasakan perubahan pada tubuhnya, namun sinyal tersebut kerap diabaikan karena terlihat sepele. Kisah ini menjadi pengingat bagi setiap perempuan untuk lebih peka terhadap perubahan pada tubuh, sekecil apa pun keluhannya.
Nggak menunda pemeriksaan dan mempercayakan penanganan pada tenaga medis adalah langkah penting untuk melindungi diri.
Semoga informasi ini bermanfaat, ya, Ma. Bagi Mama yang ingin menonton video lengkapnya, silakan klik tautan di bawah ini.


















